Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Carissa Aurelia

Bahaya Mengabaikan Kesehatan Mental : Kebingungan Yang Bisa Menimbulkan Stress

Eduaksi | Tuesday, 07 Jun 2022, 08:15 WIB

Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari kita pastinya selalu menginginkan perasaan yang bahagia. Tentu menjalani hidup tidak semudah yang kita kira, tidak bisa sesuai dengan ekspektasi dan rencana yang sudah ditentukan. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya kita bisa berada dalam fase hidup yang mana kita bakal kehilangan arah, tidak mengetahui tujuan hidup kita sampai merasa tertekan. Umumnya, kebingungan ini meliputi masalah relasi, percintaan dan kehidupan sosial. Ketika menghadapi fase ini, kita membutuhkan fisik dan mental yang kuat supaya kasus ini tidak berlanjut lebih jauh lagi.

Rasa bingung yang timbul kepada diri kita tentu beresiko kepada mental dan pikiran kita sendiri. Kesehatan mental merupakan hal yang penting bagi anak-anak, remaja hingga dewasa. Gangguan kesehatan mental tidak seperti gangguan yang terjadi pada fisik, tetapi seberapa besar kondisi mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, orang yang mengalami gangguan kerap mempertanyakan eksistensinya sebagai seorang manusia, adapun beberapa orang yang merasa bahwa dirinya itu tidak mempunyai tujuan hidup.

Semua orang seharusnya wajar jika mengalami hal tersebut, namun ini tidak boleh dianggap remeh karena jika tidak dihadapi dengan serius bisa berubah menjadi depresi. Ketika sedang terjebak dalam kebingungan, kita akan cenderung mengabaikan berbagai macam kenikmatan yang sebenarnya bisa kita nikmati, padahal untuk mencapai tujuan dalam hidup, kita perlu menghargai dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Selain mencintai diri sendiri, kita harus mengeksplorasi diri kita agar tidak mudah timbul hal-hal yang berdampak buruk menimpa kita.

Setiap orang harus benar-benar menjaga kesehatan mentalnya melalui berbagai cara, seperti bepergian ke luar kota, memberikan self reward ketika selesai mengerjakan tugas dan sering melakukan komunikasi dengan keluarga maupun dengan teman dekat. Hindarkan diri dari gangguan kebingungan, sejatinya manusia itu layak bahagia tanpa mendapatkan tekanan apapun, tetapi mendapat kebahagiaan tidak semudah yang kita bayangkan, harus dari usaha kita sendiri dan tidak melibatkan orang lain untuk melakukannya.

Seorang perempuan lebih dominan mengalami kasus ini, perempuan lebih rentan merasakan dampak dari quarter-life crisis karena mengalami banyak tuntutan. Dosen Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta, Cania Mutia M.Psi., Psikolog, menyatakan bahwa peran lingkungan sekitar dalam memperlakukan dan memandang perempuan begitu berpengaruh pada tingkat keparahan quarter-life crisis yang dialami oleh seorang wanita. Perempuan ketika menunjukkan emosinya membuat quarter-life crisis lebih terdeteksi pada perempuan, perempuan lebih mengekspresikan emosinya, tidak seperti laki-laki yang cenderung menutupinya.

Saat ini media sosial bisa menjadi faktor yang paling menonjol untuk mempengaruhi seseorang merasakan krisis ini, yang mana banyak seseorang yang membandingkan dirinya dengan orang lain baik itu secara fisik, karir, dan lain sebagainya. Terlebih lagi jika banyak dari mereka yang suka membandingkan dirinya sendiri dengan teman dekat, sehingga membuat perasaan mereka menjadi semakin tidak puas terhadap apa yang dicapai pada saat ini. Selain itu juga faktor tuntutan sosial juga menjadi pemicu adanya krisis ini, seperti “kapan lulus?” , “kapan nikah?”, “kapan punya pacar?” yang bisa membuat seseorang menjadi lebih tertekan.

Dalam menghadapi Quarter Life Crisis kita harus menyikapi lingkungan dan tuntunan sosial dengan melakukan hal-hal yang positif. Hal ini dapat dimulai dari yang pertama, kita harus dapat kenali diri. Dengan kita mengenali diri sendiri kita dapat mengetahui apa potensi yang kita miliki dan kekurangan yang harus diperbaiki. Dengan begitu kita dapat menyiasati kelemahan dan mengoptimalkan potensi yang kita miliki. Yang kedua, sudahi membandingkan diri dengan orang lain. Karena dalam pencapaian seseorang kita tidak tahu bagaimana mereka berusaha untuk mencapai di titik itu. Fokuslah pada diri sendiri dan upayakan dengan maksimal untuk mendapatkan yang terbaik.

Ketiga, Menyusun life goals. Buatlah target hidup secara bertahap, dimulai dengan target 5 tahun kedepan, 10 tahun kedepan, dan seterusnya. Supaya apapun yang sudah kita targetkan bisa menjadi lebih realistis dan mudah dicapai. Keempat, mau menerima kegagalan. Dalam kehidupan pastinya kita melewati berbagai proses hidup dan ada kalanya kita berada di titik kegagalan. Tetapi dari kegagalan itu bukan menjadi alasan untuk kita berhenti, melainkan menjadi evaluasi diri kita dan menentukan tujuan hidup. Dan yang terakhir kita harus melakukan tindakan secara nyata sebagai bentuk kita mampu keluar dari masa krisis ini untuk menata kehidupan yang lebih baik lagi kedepannya.

.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image