Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Anisa Nurul Rosnadia

Pendidikan Karakter, Melawan Jarak

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 13:54 WIB

Wabah Covid-19 hadir bagaikan petir di siang bolong yang menggetarkan seluruh lini kehidupan. Tak tanggung-tanggung, sektor kesehatan, ekonomi, pariwisata, bahkan pendidikan pun terombang-ambing dan berjuang untuk tetap melaju sebagaimana mestinya.

Sektor pendidikan sebagai salah satu sektor yang terdampak, berjuang untuk melakukan transformasi secepat mungkin agar tetap dapat melayani peserta didik dengan kualitas yang optimal. Para pendidik mulai memutar otak agar memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi. Di tengah situasi ini, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah pendidikan karakter. Mengapa demikian? Berbagai kecanggihan teknologi memang sangat memudahkan guru untuk mengajar siswa meskipun tanpa tatap muka. Namun, atmosfer yang dihadirkan sangat berbeda dibandingkan proses pembelajaran langsung di dalam kelas. Perbedaan ini amat berpengaruh terhadap psikologi siswa. Siswa kehilangan keteladanan yang biasanya mereka saksikan langsung dari gurunya dan momen untuk interaksi dengan teman-temanya. Ditambah, guru tidak dapat mengontrol lingkungan sekeliling siswa belajar. Hal ini tentunya menghambat proses penanaman nilai-nilai dan karakter kepada siswa.

Pendidikan karakter merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk menginternalisasikan nilai moral dan akhlak kepada para peserta didik agar mereka berpikir dan bertindak dengan bijak dalam situasi apapun. Hal ini bertujuan agar manusia tumbuh dengan bahagia, bermartabat, dan menjadi pemimpin yang dapat diandalkan di zaman yang serba dinamis di masa yang akan datang. Lebih jauh, hal ini diharapkan dapat membangun Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat yang diisi oleh manusia-manusia yang berkualitas. Harapan inilah yang menjadikan pendidikan karakter sebagai inti dari proses pembelajaran.

Penanaman nilai tentunya membutuhkan praktek yang diintegrasikan dengan seluruh proses kegiatan belajar mengajar ke dalam semua mata pelajaran dan melibatkan semua warga sekolah. Hal ini dapat diwujudkan dengan membangunan psikologis dan sosio-kultural siswa secara total melalui penyeimbangan kegiatan olah hati (spiritual and emotional), olah pikir (intellectual), olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic), serta olah raga dan karsa (affective and creativity).

Secara teknis, proses integrasi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar dapat dilakukan mulai tahap perencanaan dan pelaksanaan.

Pada tahap perencanaan, guru harus cermat menganalisis Kompetensi Dasar (KD) pada RPP yang dapat diintegrasikan dengan karakter tertentu yang sesuai. Kemudian, guru merevisi tujuan pembalajaran yang terdapat di dalam RPP dengan menambahkan tujuan yang bersifat mengembangkan karakter (afektif). Setelah itu, guru merevisi kolom indikator ketercapaian KD dengan menambahkan ketercapaian karakter yang sesuai dengan tujuan di RPP. Terakhir, guru merancang metode belajar yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran, antara lain pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), kooperatif (Cooperative Learning), dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Metode ini telah terbukti efektif dalam mengembangkan karakter siswa.

Pada tahap pelaksanaan, guru menerapkan model-model pembelajaran yang telah dirancang di tahap perencanaan. Namun, penerapan metode pembelajaran kontekstual, kooperatif, dan aktif saja tidak cukup. Hal yang paling harus diperhatikan adalah bagaimana guru memberikan keteladanan dalam seluruh aktifitasnya dengan siswa. Di masa pandemic, proses pelaksanaan inilah yang menjadi tentangan terbesar bagi guru.

Pembelajaran aktif secara daring dapat dilaksanakan dengan baik jika didukung oleh profesionalitas guru dan sarana yang menunjang. Profesionalitas guru yang dimaksud ialah persiapan rencana kegiatan pembelajaran dan alternatif jika rencana tidak dapat terlaksana. Sementara yang dimaksud dengan sarana ialah gadget seperti HP yang mendukung digunakannya aplikasi-aplikasi tertentu baik pada guru maupun siswa dan kekuatan sinyal. Faktor lainnya tentu saja alokasi waktu. Kendala waktu biasanya terletak pada orangtua, seperti yang dihadapi oleh orangtua yang memiliki anak lebih dari satu namun hanya memiliki satu HP dan orangtua yang keduanya bekerja sehingga waktu yang bisa digunakan oleh anaknya belajar hanyalah malam hari saat orangtuanya di rumah.

Komunikasi yang baik antara orangtua dan guru harus terbentuk agar guru bisa mengarahkan orangtua untuk mengakali tantangan yang ada sehingga kebutuhan anak untuk mendapatkan pendidikan tetap terpenuhi. Selain itu, guru harus menyiasati pendidikan karakter meskipun siswa tidak dapat hadir di jam pelajaran seperti membuat konten materi yang interaktif dan dapat diakses 24 jam.

Saat ini, para guru telah melakukan banting setir yang luar biasa saat mendadak proses KBM mengalami perubahan. Dalam waktu singkat, mereka meraup ilmu-ilmu pembelajaran jarak jauh seperti pembuatan konten lewat kanal youtube, berbagi materi dan soal melalui berbagai aplikasi seperti Google Classroom, wordwall, quizzes, dan lain sebagainya. Kecepatan para guru dalam melakukan adaptasi pendidikan seharusnya mendapatkan apresiasi yang lebih dari berbagai pihak. Terlebih, perjuangan ini bertujuan untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas sudah bahwa betapapun banyaknya rintangan dalam proses pendidikan di masa pandemi, para guru terus berusaha yang terbaik agar siswa kebutuhan siswa terpenuhi. Adapun tantangan terbesar yang dihadapi adalah pendidikan karakter. Hal ini diatasi dengan menerapkan pendidikan yang berpusat pada siswa yang menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran karena hal itu cukup efektif dalam menanamkan moral. Para guru telah bekerja keras menggunakan berbagai aplikasi baru sebagai media yang menunjang pembelajaran aktif. Hal tersebut seharusnya cukup menjadi alasan untuk menghargai para guru yang telah berupaya menghadirkan pendidikan yang berkualitas di tengah wabah Covid-19.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image