Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Fitri

Hikmah Pandemi untuk Pendidikan Indonesia

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 12:04 WIB
Sumber gambar: pixabay.com

Setahun yang lalu, tak sedikit orang tua yang bertanya-tanya: kapan pembelajaran akan dilakukan secara luring? Selain orang tua, banyak pihak yang memiliki pertanyaan sama sehingga narasi mengenai learning lost generation dan dampak psikologis pembelajaran daring sudah sering dibahas. Dua narasi tersebut mendominasi dampak negatif pandemi bagi pendidikan Indonesia.

Sadar atau tidak pandemi sudah hampir dua tahun melanda Indonesia. Tidak elok rasanya jika masih meributkan dampak negatif pagebluk terhadap dunia pendidikan. Selama itu seharusnya lebih dari cukup untuk belajar, beradaptasi, dan mengambil hikmah terhadap pendidikan Indonesia. Bukankah menjadi pembelajar lebih baik daripada mengeluh?

Berikut 5 hikmah yang dapat diambil dari pandemi terhadap pendidikan Indonesia:

Pertama, percepatan teknologi pada pendidikan Indonesia.

Ketika pandemi masuk ke Indonesia dan pembelajaran daring dilakukan, guru dan sekolah mulai sibuk melakukan mini penelitian untuk mencari teknologi terbaik sebagai pendukung proses pembelajaran.

Selain itu, pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan mulai gencar mengadakan pelatihan penggunaan teknologi pembelajaran, baik melalui youtube, webinar, maupun workshop. Kondisi demikian, mau tak mau membuat guru, siswa, dan orang tua kudu melek terhadap teknologi pembelajaran.

Beriringan dengan hal tersebut, mulai banyak bermunculan platform pendukung pembelajaran, baik platform yang sudah ada maupun paltform baru. Beberapa platform yang naik daun seiring dengan pebelajaran daring dilakukan yaitu, Zoom Meeting, Google Meet, Google Classroom, Edmodo, Moodle, Ruang Guru, Zenius, dan lain-lain.

Kedua hal tersebut cukup menjadi indikator bahwa pendidikan Indonesia siap menghadapi era 5.0. Selain itu, secara otomatis guru sudah memiliki kecakapan guru abad 21.

Kedua, pendidikan Indonesia menjadi lebih fleksibel.

Kalimat “belajar itu bisa di mana dan kapan saja” rasanya cocok menjadi tagline pembelajaran daring. Teknologi sungguh memanjakan kita, guru bisa mengajar dimana saja baik dengan tipe syncronus atau asyncronus. Tidak harus selalu datang ke sekolah untuk memberi materi.

Tidak hanya guru, siswa juga bisa belajar kapan saja. Sudah menjadi rahasia umum, semenjak pembelajaran daring, banyak guru membuat video pembelajaran yang kemudian diunggah ke youtube untuk kemudian diakses siswa.

Siswa bisa mengakses video tersebut kapan saja dan dapat terus diulang untuk ditonton jika diperlukan. Dengan demikian siswa mendapat materi pembelajaran tidak terbatas pada waktu tertentu.

Ketiga, terjalinnya kerja sama antara orang tua dan guru

Pada hakikatnya pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab sekolah melalui guru. Kerja sama yang baik antara guru dan orang tua sangat diperlukan. Beberapa tahun ke belakang kita pernah mendengar orang tua tidak terima ketika anaknya ditegur oleh guru, bahkan melaporkan guru kepada polisi. Padahal mendidik itu tidak hanya tugas guru, tetapi juga orang tua.

Pembelajaran daring menjadi titik balik dari segelintir ketidakharmonisan hubungan guru dan orang tua. Dengan menjadi pendamping anak pada pembelajaran daring, orang tua mengetahui beratnya beban guru dalam mendidik siswa. Selain harus menyampaikan materi dengan efektif, pendidikan karakter pun tidak dapat dilupakan.

Hal tersebut juga menjadi penanda kerja sama semua pihak merupakan kunci keberhasilan pendidikan Indonesia. Pemerintah memberi kebijakan, guru menjalankan fungsinya sebagai fasilitator siswa di sekolah, orang tua menjadi pendamping dan pendukung siswa di rumah, serta siswa sadar akan kewajibannya untuk terus belajar.

Keempat, guru menjadi lebih kreatif dan inovatif.

Ungkapan “The Power of Kepepet” rasanya sangat tepat jika disematkan pada kondisi sekarang. Kondisi “kepepet” ini ternyata berpengaruh signifikan dan menjadi motivasi bagi guru untuk terus berinovasi dan kreataif untuk efektivitas pembelajaran daring.

Guru kreatif akan memaksimalkan teknologi sebagai pendukung pembelajarannya. Misalnya dengan bantuan Canva, Quizizz, dan Google workspace for education guru berusaha menjadikan kelasnya menjadi menarik dan interaktif meskipun dilakukan secara daring.

Pada Canva misalnya, kita bisa menemukan berjuta presentasi bertema pendidikan hasil kreativitas guru. Selain itu, melalui Quizizz, misalnya ulangan akan terasa seperti bermain game.

Pun inovasi juga terasa pada bentuk penilaian. Penilaian yang pada umumnya kaku hanya terpaku pada tes tertulis saja, sekarang sudah beragam. Seperti pembuatan video, podcast, projek pembuatan produk, dan lain-lain.

Kelima, sekolah lebih Independen dalam menjalankan proses pendidikan.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan memberikan keleluasaan bagi guru untuk mengajarkan Kompetensi Dasar (KD) esensial yang dirasa penting untuk diajarkan. Selain itu, melalui kurikulum darurat pemerintah turut serta untuk mengefisiensikan materi ajar yang harus diajarkan.

Program sekolah merdeka juga menjadi ladang kreativitas guru untuk terus berkreasi menciptakan proses pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Sehingga guru lebih bebas berekspresi dan merdeka dalam menjalankan peran dan fungsinya.

Kita selalu berharap segala hal positif yang muncul tidak akan hilang. Hal yang sangat terasa adalah penggunaan teknologi. Sebelum pandemi, penggunaan teknologi masih sangat terbatas. Namun sekarang, pendidikan berbasi IT sudah ditemukan di berbagai sekolah dan di segala proses pembelajaran.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Supriadi di buku karangan Prof. Poppy Yaniawati, E-Learning: Alternatif Pembelajaran Kontemporer, bahwa setiap perkembangannya, teknologi selalu bersinggungan dengan pendidikan, karena ada kebutuhan dari pendidikan untuk senantiasa meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran dan pengolahan sistem pendidikan.

Sekali lagi, terima kasih pandemi, karena sudah menyadarkan kami bahwa pendidikan membutuhkan teknologi untuk terus berkembang dan bersaing dengan negara lain.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image