Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tantri Mega Sanjaya

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Untuk Mengatasi Masalah Pengangguran

Eduaksi | Friday, 03 Jun 2022, 07:47 WIB
Sumber foto: aset Canva

Masalah pengangguran menjadi tantangan yang masih dihadapi oleh Indonesia. Sumber daya manusia (SDM) bisa menjadi kekuatan jika sumber daya manusianya memiliki kualitas. Sebaliknya, jika kualitasnya rendah maka SDM yang besar malah menjadi beban.

Saat ini angka pengangguran masih tinggi.

Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2021 terdapat 9,10 juta orang pengangguran di Indonesia atau sekitar 6,49 persen.

Jumlah penduduk yang besar sebetulnya merupakan sebuah peluang. Pasti mereka juga memiliki kebutuhan dan konsumsi yang juga besar. Inilah yang seharusnya kita manfaatkan.

Mengapa terjadi pengangguran? Ada pengangguran bisa dibilang wajar karena setiap hari atau setiap bulan ada yang keluar dan masuk dari pekerjaannya. Namun, jika jumlahnya selalu bertambah, itu yang menjadi kekhawatiran.

Masalah pengangguran terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara dunia kerja dengan lulusan pendidikan. Sebuah perusahaan atau lembaga biasanya membutuhkan karyawan dengan kualifikasi tertentu. Nah, banyak calon karyawan yang tidak bisa memenuhinya. Miss link antara dunia pendidikan dan dunia kerja ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita.

Apakah hanya itu masalahnya? Tentu saja tidak. Sebetulnya kalau kita mau jeli maka peluang pekerjaan itu sangat banyak.

Meskipun bukan pekerjaan tetap tetapi kita harus tetap bekerja. Itu kata seorang pemateri dalam sebuah pelatihan kewirausahaan.

Ternyata bisa jadi seseorang menganggur karena pilih-pilih jenis pekerjaan. Kadang orang merasa gengsi dengan pekerjaan itu. Beberapa waktu lalu salah satu contohnya adalah lulusan sebuah kampus yang meminta gaji yang besar sehingga memberatkan bagi perusahaan.

Belum bekerja sudah meminta gaji. Itupun cukup besar pula nominalnya. Padahal banyak hal yang harus kita lewati dulu proses-prosesnya.

Lapangan pekerjaan itu banyak. Bahkan tidak harus menjadi karyawan tetapi kita bisa menciptakan atau membuka lapangan kerja sendiri.

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha

Membuka lapangan kerja sendiri lebih potensial karena kita sendiri jadi pimpinan atau pemilik usaha. Keuntungannya kita bisa mengatur kebijakan sendiri. Bahkan bisa menentukan besaran keuntungan atau gaji sendiri.

Ini bisa menjadi solusi dari masalah pengangguran. Jika setiap orang punya jiwa wirausaha maka tidak bingung mencari pekerjaan atau membuka lapangan kerja.

Kendala yang dihadapi biasanya anggapan membuka usaha harus besar. Padahal, jenis usaha itu tidak harus besar. Dagang tidak harus partai besar tetapi bisa menengah atau kecil. Banyak usaha seperti kuliner, fashion, atau jasa yang bisa dirintis. Banyak yang sudah membuktikan keuntungan yang besar.

Menumbuhkan jiwa wirausaha bahkan perlu dilakukan sejak usia dini. Jadi sejak anak-anak sudah diajarkan berdagang. Saat itu bukan masalah untung atau ruginya tetapi pengalaman. Ya, pengalaman berdagang itu tidak kalah penting.

Kemudian setelah remaja anak diajarkan lebih mandiri dengan keuangannya. Bukan saja mengatur keuangan tetapi cara mendapatkan pemasukan. Latih pula ank untuk magang kepada orang- orang sukses di bidang wirausaha. Jika sudah dibiasakan maka dia akan menjadi sosok yang mahir berwirausaha.

Apalagi saat ini dunia digital semakin maju. Banyak hal bisa dilakukan secara online termasuk bisnis. Bisnis online semakin mudah dilakukan karena biayanya lebih terjangkau. Bisnis online pun lebih fleksibel waktunya.

Menumbuhkan wirausaha juga penting dilakukan di kampus. Mahasiswa perlu diajarkan menjadi pengusaha. Kampus perlu sering mengadakan seminar atau pelatihan kewirausahaan untuk memotivasi dan memberikan panduan menjadi pengusaha.

Penulis:

Tantri Mega Sanjaya. Dosen di kampus La Tansa Mashiro, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image