Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Novita Anggraeni

Usai Corona, Semua ‘kan Kembali Merona: Catatan Seorang Guru Kala Pandemi

Guru Menulis | Thursday, 07 Oct 2021, 11:06 WIB

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi sejarah baru dalam dunia pendidikan yang tak asing lagi ditengah-tengah masyarakat. Pembelajaran kini mengalami transformasi dan adanya adaptasi dalam penerapannya kepada peserta didik akibat wabah Covid-19 yang sedang melanda hampir diseluruh wilayah dunia. Pandemi melemahkan pilar-pilar kehidupan diberbagai bidang termasuk pendidikan. Dalam rangka mempersempit penularan virus, pemerintah terpaksa mengeluarkan imbauan agar aktifitas belajar dilakukan dari rumah. Namun, untuk saat ini belajar melalui dunia maya menjadi hal yang mutlat untuk dilakukan agar pembelajaran tetap berjalan dengan pemanfaatan media berbasis teknologi. Berdampingan dengan morat – maritnya ketidakjelasan seperti saat ini memang tidak mudah, banyak masyarakat yang mengeluhkan sistem pembelajaran online tidak efektif bahkan bisa berdampak pada mental peserta didik itu sendiri, jaringan internet yang belum meluas dan tidak merata pada daerah-daerah tertentu serta masih banyak lagi pro kontra yang terjadi karena sistem pembelajaran online kendatipun terlihat lebih derasnya kekurangan dari sistem belajar didunia maya. Pada akhirnya pernyataan bisa karena biasa sepertinya dapat menjadi prinsip untuk apapun hal yang dilakukan dimasa pandemi ini.

Beberapa berita online gencar melaporkan bagaimana anak-anak dari keluarga menengah kebawah kesulitan dalam mengakses jaringan internet, ala kadarnya gadget yang dimiliki oleh siswa sehingga para orang tua berjuang agar anak-anaknya dapat tetap belajar sekalipun keadaan perekonomian kurang mendukung. Kontibusipun dilakukan oleh pemerintah yang berbaik hati dengan memberikan dukungan kepada para pelajar melalui pasokan kuota internet gratis. Tak dipungkiri status kritis seperti mendesak kerjasama antara guru dan orang tua kiranya dapat dilakukan dengan harmonis. Peserta didik yang biasanya diawasi oleh guru disekolah, namun keadaan berganti arah saat ini. Orang tualah yang mengggantikan peran guru dalam memantau anak-anak belajar dirumah. Meski pada kenyataannya, banyak pula orang tua yang berdalih tidak dapat mendampingi anak belajar dari rumah karena bekerja, tidak mengerti penggunaan gawai, atau bahkan alasan orang tua tidak dapat menahan perasaan saat mengajari anaknya belajar online. Terkadang guru dan orang tua harus cooling down dengan kondisi belajar online yang kerapkali tak mendukung. Tak jarang, banyak keluh kesah siswa yang tidak dapat menangkap materi sehingga memasung efektifitas pembelajaran.

Materi pembelajaran banyak yang tidak dapat tersampaikan dengan tuntas karena penyederhanaan kurikulum yang disesuaikan pada masa pandemi ini. Porsi jam belajar yang dikurangi, serta banyaknya peserta didik yang cenderung mengabaikan tugas-tugas dari guru karena lebih asik mengonsumsi gadget untuk bermain games. Entah karena terlalu lama berdiam diri dirumah, sehingga banyak anak bermain games untuk mensiasati agar mereka tetap menjaga kewarasan selama belajar online. Namun, sepertinya orang tuapun tak memiliki pilihan karena bermain games bisa jadi membunuh kejenuhan sang anak diluar waktu jam belajar. Walau terkadang justru dengan kecanduan bermain games yang kerap kali siswa mengabaikan kehadiran kelas online dan tugas yang diberikan oleh guru.

Adanya perubahan keputusan untuk belajar dari rumah dan pembelajaran jarak jauh menuntut guru untuk terampil dalam merespon perubahan tersebut. Bagaimana tidak, banyak guru yang mesti beradaptasi pada keadaan yang tidak lumrah seperti sekarang ini. Istilah gagap teknologi nampaknya sudah tidak lagi berlaku bagi semua tenaga pendidik, hal tersebut dikarenakan semua proses pembelajaran mau tidak mau harus melebur dengan teknologi. Pembelajaran yang kreatif dan inovatif menuntut guru untuk terus ditingkatkan agar tidak menghambat pembelajaran yang biasanya dilakukan secara langsung serta membuat peserta didik dapat tetap merasakan pembelajaran yang efektif dan tak jenuh meski dilakukannya dengan sistem pembelajaran online.

Peralihan sistem pendidikan yang awalnya konvensional diruang kelas beralih ke sistem yang serba digital. Bukannya zero mistake, banyaknya perbedaan cara pandang terhadap pembelajaran online yang dilaksanakan oleh semua jenjang pendidikan menuai ragam pendapat dari berbagai pihak. Maka semangat saling memperbaiki harus tetap dilakukan. Bukan tidak mungkin, pembelajaran online akan langgeng sekalipun pandemi telah usai karena sudah ada sekolah ataupun universitas yang menerapkan model pembelajaran Hybrid Learning yaitu perpaduan belajar online dan tatap muka yang mungkin saja menjadi tren dimasa depan.

Peran guru seolah bertambah dengan adanya fenomena belajar online tidak hanya kemampuan untuk berpikir kritis, komunikatif, kreatif dan kolaboratif melainkan mampu berdampingan dengan teknologi yang saat ini tidak dapat terelakan. Cukup sulit mejaga ketertarikan siswa dalam belajar online dibandingkan dengan face to face, namun disitulah tantangannya. Guru sebagai fasilitator anak harus mampu menumbuhkembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal. Guru yang profesional harus dapat menempatkan diri di segala kondisi dan kontribusi terhadap pendidikan tetap dapat diberikan untuk kemajuan bangsa. Saat ini, guru harus mampu terkoneksi dengan teknologi suka atau tidak suka. Keberadaanya harus dapat memberikan inovasi kendatipun dalam keadaan seadanya.

Pada prinsipnya belajar dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun tidak terbatas ruang dan waktu. Meratapi dan menghukumi keadaan tidak akan memperoleh perubahan yang lebih baik. Saat ini yang dapat dilakukan adalah sama-sama memajukan kualitas pembelajaran sekalipun hanya melalui dunia maya. Menanti kapan masa pandemi tamat masih menjadi sesuatu yang sulit diramalkan. Maka yang perlu diprioritaskan adalah tetap meningkatkan hasil mutu lulusan agar tetap bisa bersaing sekalipun peserta didik dipaksa lahir dari polemik virus yang mewabah. Karena bukan tidak mungkin lulusan era Covid dapat membentuk siswa yang lebih ulung dalam penggunaan teknologi yang akan menguntungkan dimasa sekarang dan yang akan datang serta memiliki motivasi yang tangguh dan pantang menyerah terhadap situasi yang tidak kondusif sekalipun.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image