Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ajie wicaksono

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN NON FORMAL (PAKET C) DI TENGAH PANDEMI

Guru Menulis | Tuesday, 05 Oct 2021, 09:24 WIB

Pendidikan bertujuan memperbaiki perilaku manusia dan menjadikannya sebagai pribadi yang berkualitas sehingga memiliki kemampuan menjawab tantangan perubahan zaman. Pendidikan Non Formal di Indonesia normalnya dilakukan secara tatap muka antara tutor dan warga belajar, namun dengan adanya pandemi Covid-19 maka pembelajaran dilakukan secara daring (online) untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19. Hal ini berdasarkan Surat Edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 dengan kebijakan proses belajar dilakukan dari rumah yang dilakukan secara online.

Pembelajaran secara tatap muka masih beresiko tinggi sehingga penting untuk mencari inovasi pembelajaran agar tujuan pendidikan tetap tercapai dengan baik. Permana et al. (2021) mengemukakan bahwa inovasi merupakan kreasi dan implementasi ‘kombinasi baru’ yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan sehingga dapat dilihat hasilnya. Inovasi dapat merujuk pada produk, jasa, proses kerja, pasar, kebijakan, atau system baru sehingga menciptakan nilai tambah. Inovasi pembelajaran di tengah pandemic dapat berupa blended learning, yaitu kombinasi pembelajaran tatap muka dan online/daring (Widiara, 2018).

Permasalahan dalam pengembangan inovasi belajar dihadapi oleh banyak pihak, terutama tutor dan warga belajar. Tuntutan pembelajaran daring yang harus menggunakan teknologi seperti smartphone atau laptop dan internet menjadi salah satu permasalahannya. Hal ini karena penggunaan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh tidak terbiasa diterapkan dalam pendidikan non formal di Indonesia. Bahkan permasalahan dalam pendidikan formal (SD, SMP, SMA) dan non formal seperti kesetaraan (Paket A, Paket B, Paket C) pun juga berbeda. Hal tersebut karena karakter peserta didik masing-masing juga berbeda. Peserta didik pendidikan non formal atau disebut juga dengan warga belajar rata-rata sudah bekerja sehingga dapat merasa jenuh jika pembelajaran di tengah pandemi seperti sekarang tidak dapat mengakomodir kebutuhannya akan pendidikan, sudah berusia matang yang mungkin sulit menyesuaikan diri dengan penggunaan teknologi digital, serta sudah berkeluarga yang sangat membutuhkan efisiensi waktu dalam belajar. Oleh karena itu tutor perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut dalam mengembangkan inovasi pembelajaran.

Sebaliknya, kendala pun juga dihadapi para pendidik atau tutor seperti keterbatasan kuota internet dan perangkat untuk berpartisipasi dalam pembelajaran jarak jauh dan masih belum familiarnya tutor beserta warga belajar dalam mengaplikasikannya. Selain itu, juga kompetensi tutor yang perlu diperkuat untuk mendukung pembelajaran efektif di era kenormalan baru adalah Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial, Kompetensi Spiritual, dan Kompetensi Kepemimpinan. Kendala lainnya juga dialami dalam pembelajaran di daerah terpencil yang umumnya terkendala dengan ketersediaan infrastruktur teknologi untuk mendukung pembelajaran daring(Mulyana et al., 2020).

Sasaran proses pembelajaran adalah warga belajar sehingga dalam menetapkan model pembelajaran maka tutor harus memperhatikan pada upaya membelajarkan siswa (Jayul & Irwanto, 2020). Iriansyah (2020) mengemukakan bahwa inovasi pembelajaran pada kondisi khusus seperti pandemi covid-19 dapat menggunakan pendekatan contextual learning dengan modul pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), serta metode “Discovery Learning” untuk mendorong peserta didik mampu menemukan dan menjelaskan hasil belajar sendiri. Penelitian Andini & Widodo (2021) menunjukkan bahwa pembelajaran daring bagi warga belajar kesetaraan paket C menggunakan virtual learning karena dalam prosesnya dapat memberikan kesempatan warga belajar berinteraksi dengan bahan ajarnya secara langsung serta mudah berinteraksi dengan tutor. Media virtual learning dapat menggunakan televisi, video tape, video conferencing, internet dan sebagainya, sedangkan interaksi tutor dan warga belajar dapat menggunakan aplikasi seperti Whatsapp Group (WAG), zoom, atau Google Meet. Pembelajaran virtual learning berbeda dengan pembelajaran konvensional/ceramah karena konsep pembelajaran virtual learning tutor selain memberikan materi sesuai kurikulum berinteraksi dengan tutor.

Dalam penelitian Ali et al. (2020), pembelajaran menggunakan blended learning tiga model yakni luring, daring, dan kombinasi sehingga menciptakan model pembelajaran baru seperti live book, recording materi, kuis, diskusi, group observation or self observation, webinar dan apresiasi belajar. Live book atau buku aktivitas berupa tugas belajar secara mandiri berdasarkan materi dari modul yang diberikan, sedangkan recording berupa rekaman materi dari tutor (audio maupun video). Selain itu juga terdapat kuis untuk melatih warga belajar menjawab pertanyaan dengan waktu yang ditentukan. Ulinniam et al. (2021) mengemukakan bahwa kuis dapat digunakan untuk membantu tutor dalam menilai kemampuan warga belajar dalam pembelajaran online.

Model pembelajaran dengan tatap muka (luring) sesekali dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Model luring berupa mengerjakan proyek karya secara mandiri maupun berkelompok, group observation atau self observation (pengamatan langsung) oleh warga belajar untuk mengumpulkan data dan mengamati fenomena yang terjadi di lingkungannya yang merupakan bentuk discovery learning. Model diskusi juga digunakan tutor dan warga belajar untuk membahas materi. (Aminatun, 2020)

Dalam pembelajaran online, kendala yang umum dialami warga belajar yaitu kuota yang terbatas, jaringan tidak stabil, dan tugas yang menumpuk. Ketiga kendala tersebut perlu menjadi perhatian semua pihak yang terkait dengan pembelajaran. Aplikasi e-learning yang rendah kuota (tidak memerlukan kuota internet besar) perlu dipersiapkan penyelenggara pendidikan (Jamaluddin et al., 2020). E-learning berpengaruh secara positif terhadap minat belajar warga belajar pada program kejar paket C di PKBM Pioneer Karanganyar dengan kontribusi sebesar 74,7 %. Artinya dengan adanya e-learning yang tepat maka dapat membangun minat warga belajar mengikuti pembelajaran di tengah pandemi (Aminatun, 2020).

Model belajar untuk warga belajar kesetaraan khususnya paket C menciptakan interaksi dua arah dan pertukaran informasi antara warga dan tutor sehingga tutor tidak menggurui namun berperan sebagai fasilitator. Dalam menciptakan inovasi pembelajaran di tengah pandemi, tutor juga perlu mengambil metode yang tepat sesuai dengan kondisi warga belajar yang difasilitasinya. Tutor juga harus memaksimalkan potensi yang dimiliki agar dapat memfasilitasi warga belajar dalam mencapai tujuan belajarnya. Hal ini untuk menciptakan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu penting untuk mendiskusikan berbagai metode pembelajaran yang akan diterapkan dan mengambil kesepakatan bersama dalam menentukan metode pembelajaran antara tutor dan warga belajar agar kedua belah pihak dapat menjalankan peran masing-masing dalam pembelajaran.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image