Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Sikap Cepat Marah, Baik atau Buruk?

Gaya Hidup | Monday, 04 Oct 2021, 13:44 WIB
Mensos Risma saat bertemu perwakilan pemda dan Himbara di Manado (Dok Kemensos)

Marah, sebagaimana juga sedih, merupakan bentuk emosi yang dimiliki oleh setiap manusia. Kedua hal tersebut adalah anugerah Allah yang memiliki potensi. Marah atau sedih, bahagia ataupun menderita, berpotensi menjadi baik dan atau buruk.

Sikap marah secara umum bukanlah sesuatu yang buruk jika dilakukan pada tempat yang seharusnya dan proporsional. Misalnya marah karena agama diganggu. Lantas bagaimanakah jika sikap marah Menteri Sosial Tri Rismaharini terhadap seorang petugas PKH (Program Keluarga Harapan) di Gorontalo, baik atau buruk?

Menteri Sosial Tri Rismaharini diketahui marah dan menujuk salah satu pendamping PKH ketika ia menemukan ada warga di Gorontalo yang terdata menerima bansos PKH tetapi saldonya tidak pernah terisi.

Atas sikap Risma itu pun memunculkan berbagai tanggapan dan reaksi publik. Terutama Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, yang tak bisa terima anak buahnya diperlakukan seperti itu. Dimarahi didepan umum.

Dalam surat Ali Imran ayat 134 Allah SWT memerintahkan agar orang-orang yang beriman dapat menahan amarahnya, terutama terhadap saudaranya seiman. Marah tidak sama dengan tegas.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 134).

Menahan amarah (emosional) tergolong pembuatan baik. Karena sifat marah yang tidak dibenarkan secara syar'i merupakan turunan dari sifat syaitan. Marah itu adalah salah satu anak panah beracun yang dimiliki oleh syaitan.

Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat di atas bahwa apabila seseorang mengalami emosi, maka hendaklah menahannya (yakni memendamnya dan tidak melampiaskannya); dan sangat dianjurkan memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka.

Maka kalau kita menahan marah berarti kita sedang melawan syaitan yang sedang melepaskan panah apinya. Oleh karena itu diperintahkan bagi orang yang sedang marah untuk berwudhu agar api kemarahan tidak membakar dirinya dan orang lain.

Bahkan sesiapa yang mampu menahan amarahnya, Rasullullah Saw menyebutkan itulah mereka yang orang yang kuat.

Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah Saw. Beliau bersabda: orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.

Dalam hadits yang lain Rasulullah Saw juga bersabda:

Hariah ibnu Qudamah As-Sa'di yang menceritakan hadis berikut: Bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. Untuk itu ia mengatakan, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu nasihat yang bermanfaat bagi diriku, tetapi jangan banyak-banyak agar aku selalu mengingatnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu jangan marah." Ia mengulangi pertanyaannya kepada Nabi Saw. berkali-kali, tetapi semuanya itu dijawab oleh Nabi Saw. dengan kalimat, "Kamu jangan marah."

Maka sudah jelaslah seperti apa pandangan agama Islam terhadap sikap marah. Dalam banyak keterangan baik dari Alquran maupun hadits Rasulullah, semuanya melarang untuk marah.

Apalagi jika seorang menteri yang sejatinya menjadi contoh bagi masyarakat. Memang, sayyidina Umar bin Khattab juga pernah marah, begitu juga sahabat yang lain. Akan tetapi itu berkaitan dengan Agama Allah dan kebenaran.

Tetapi kasus Tri Rismaharini berbeda. Berdasarkan klasifikasi dari pegawai PKH Gorontalo yang kemarin jadi sasaran brutal Mensos, ternyata ia tidak melakukan kesalahan terkait data calon penerima bantuan sebagaimana motivasi kemarin Mantan Wali Kota Surabaya itu.

Dengan demikian kemarahan yang ditunjukkan oleh Bu Menteri belum sesuai dengan kebutuhan, tempat, dan waktu. Ini sangat menyedihkan korban. Konon dibarengi dengan sikap verbal bernada ancaman.

Pun demikian, semoga ini menjadi pelajaran berharga buat semua pihak, wabil khusus pejabat publik yang bertugas mengayomi masyarakat dan anak buahnya. Jika perlu marah, maka marahnya cukup sekedar saja, dan tidak perlu dipertontonkan ke publik atau media.

Ya mau bagaimana lagi, Tri Rismaharini memang tipikal temperamen. Ia dikenal sebagai walikota yang meledak-ledak. Kadang juga melankolis nggak karuan hingga mencium kaki seseorang. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image