Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image isna sofiatun

Growth Mindset Sebagai Komitmen Tanpa Batas Guru Saat Pandemi

Guru Menulis | Monday, 04 Oct 2021, 08:54 WIB

Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal di kehidupan manusia. Hampir semua aspek kehidupan telah terdampak Covid-19, tak terkecuali aspek pendidikan. Pendidikan adalah aspek krusial karena merupakan kunci masa depan bangsa. Maka berbagai upaya telah dicanangkan pemerintah agar pendidikan selama pandemi tidak berhenti. Mulai dari pembelajaran jarak jauh (PJJ) sampai percobaan pembelajaran tatap muka terbatas. Bahkan pemerintah telah mengumumkan model pembelajaran yang sesuai saat pandemi, yaitu Flipped classroom. Tentunya, semua itu butuh kecepatan penyesuain guru dalam inovasi pembelajaran. Seperti kita tau, bahwa guru adalah ujung tombak pendidikan. Bahkan sejarah mencatat, saat Jepang telah menyerah kepada sekutu hal pertama yang ditanya Kaisar Hirohito adalah “berapa jumlah guru tersisa?”. Ini menunjukkan bahwa guru adalah kunci keberhasilan suatu bangsa di masa depan. Peran guru tentu tak akan pernah terganti oleh apapun khusunya dalam pembentukan karakter, bahkan dengan teknologi sangat canggih sekalipun.

Pembelajaran tatap muka yang berganti menjadi pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka terbatas memaksa guru untuk selalu beradaptasi dengan teknologi dan berbagai model pembelajaran baru. Masa pandemi adalah masa extraordinary karena adanya pembatasan pergerakan manusia. Padahal, manusia tetap harus memenuhi kebutuhan materi dan non materi untuk keberlangsungan hidup. Kebutuhan non materi itu termasuk ilmu, terutama bagi para pelajar. Selama pandemi kurang lebih 18 bulan, siswa mengalami learning loss. Untuk mengatasi hal ini, hampir semua orang menuntut sekolah, guru, bahkan pemerintah untuk segera melakukan pembelajaran tatap muka. Padahal jika kita tengok, pandemi belum usai. Pergerakan manusia masih harus terus dibatasi karena kita tidak akan pernah kembali pada masa sebelum pandemi tapi kita akan menuju pada kehidupan new normal.

Mindset atau pola pikir tentu sangat mempengaruhi seseorang untuk berhasil atau gagal dalam suatu situasi. Ada dua tipikal guru dalam menghadapi pandemi ini. Mereka yang bertahan dengan fixed mindset cenderung akan bertahan dalam kebiasannya, zona nyaman. Guru tipikal ini enggan untuk belajar lagi dalam memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran. Dia akan mudah putus asa dan pasrah atas keadaan yang ada. Sebaliknya, mereka yang mempunyai growth mindset akan menggunakan keterbatasan sebagai kesempatan untuk terus belajar. Seperti yang diungkapkan Munif Chatib dalam bukunya bahwa guru adalah manusia pembelajar. Seharusnya pola pikir inilah yang harus dimiliki setiap guru, terutama disaat pandemi.

Teknologi telah menjamin kemudahan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika kita tanya lebih baik ketinggalan dompet atau handphone maka lebih banyak diantaranya menjawab lebih baik ketinggalan dompet. Hal ini menunjukan bahwa teknologi telah menciptakan ketergantungan bagi aktivitas manusia secara global, terutama saat pandemi. Kultur belajar pun berubah menjadi serba online. Pembelajaran online menjadi pilihan utama untuk menjamin proses pendidikan tetap terjaga. Melihat kondisi ini, guru harus berfikir bahwa ini adalah peluang untuk merubah sistem pendidikan Indonesia. Pembelajaran yang dulu hanya bisa dilakukan di kelas dengan satu sumber buku atau guru sekarang siswa bisa belajar dari berbagai sumber yang tersedia. Pembelajaran yang hanya memanfaatkan papan tulis dan kertas sekarang dapat menggunakan berbagai platform yang menarik.

Seorang guru harus memiliki komitmen tanpa batas di masa pandemi. Keyakinan guru bahwa setiap siswa dapat belajar adalah salah satu faktor yang sangat penting. Guru harus yakin bahwa setiap siswa adalah pembelajar cerdas dengan segala keunikannya. Guru harus meyakinkan siswa bahwa mereka adalah pembelajar yang tangguh, yang akan mampu menghadapi segala keterbatasan pada situasi saat ini. Guru juga harus yakin bahwa guru selalu punya 1001 cara ketika siswa tidak memahami materi pembelajarannya. Guru juga harus menjamin bahwa setiap usaha siswa dalam mengambil resiko disertai dengan tantangan dan pujian. Karena tugas utama guru yang sesungguhnya adalah to inspire. Teknologi bisa menandingi kecerdasan guru namun bagaimana cara membuat siswa terinspirasi dan menanamkan karakter growth mindset pada siswa hanya bisa dilakukan oleh guru. Karakter inilah yang akan menciptakan generasi emas bagi bangsa Indonesia. Growth mindset adalah komitmen tanpa batas bagi setiap guru dan siswa untuk terus belajar ditengah keterbatasan. Harus diyakini bahwa setiap ada kesulitan, selalu ada kemudahan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image