Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Refa Mughni labib

MENGUAK DEFINISI FILSAFAT BAHASA MENURUT PARA AHLI BAHASA

Sastra | Sunday, 29 May 2022, 08:02 WIB

Filsafat bahasa pada dasarnya suatu ilmu yang dikembangankan baru-baru ini semenjak abad xx setelah munculnya linguistik modern yang dipelopori oleh tokoh yaitu mongin ferdinand de saussure. Filsafat bahasa itu sendiri sangat berkaitan erat karena eksistensinya yang menguak pembahasan alam semesta ini, sehingga bisa dipadukan antara filsafat dan bahasa menjadi filsafat bahasa.[1]

Definisi filsafat bahasa menurut para ahli

Menurut para ahli bahasa mendefinisikan filsafat bahasa sangat beragam sekali, verhaar menunujukan bahwa ada dua jalan pada kalimat filsafat bahasa ; 1. Filsafat mengenai bahasa 2. Filsafat bedasarkan bahasa. Filsafat bahasa mengandung dua makna yaitu:

(1) Filsafat mengenai bahasa

Bahasa dijadikan sebagai objek berfilsafat, seperti ilmu bahasa, psikolinguistik, sejarah asal-usul bahasa.

(2) Filsafat berdasarkan bahasa.

Bahasa dijadikan sebagai landasan atau acuan dalam berfilsafat. Bahasa dianggap sebagai alat yang dapat mengungkapkan gerak-gerik hati manusia, terutama ia berpikir, bagaimana pandangannya mengenai dunia dan manusia itu sendiri tanpa terlebih dahulu menyusun sistemnya. Dalam hal ini, menurut Verhaar bahasa mengandung dua pengertian; bahasa eksklusif yaitu bahasa komunikasi sehari-hari yang dipakai sebagai pedoman filsafat analitik dan bahasa inklusif yaitu bahasa musik, bahasa cinta, bahasa alam yang dijadikan arahan dalam hermeneutika.

menurut Rizal Mustansyir menguak definsii Filsafat bahasa adalah penyelidikan secara mendalam terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang bermakna dan tidak bermakna.

Asep A Hidayat menguak definisi Filsafat bahasa dalam pengertian sebagai ilmu adalah kumpulan dari hasil pemikiran filosof tentang hakikat bahasa yang disusun secara sisitematis untuk dipelajari dengan menggunakan metode tertentu. Sedangkan pengertian filsafat bahasa sebagai sebuah metode adalah metode berfikir secara mendalam, logis, dan universal mengenai hakikat bahasa.[2]

Hubungan Filsafat dengan Bahasa

1. Bahasa merupakan objek materi filsafat sehingga filsafat bahasa membahas hakikat bahasa itu sendiri.

2. Filsafat sebagai suatu aktivitas manusia yang berpangkal pada akal pikiran manusia untuk menanamkan kearifan dalam hidupnya, terutama dalam mencari dan menemukan hakikat realitas dari segala sesuatu, memiliki hubungan sangat erat dengan bahasa terutama bidang semantik.

3. Dunia fakta dan realitas yang menjadi objek aktivitas filsafat adalah dunia simbolik yang hanya terwakili oleh bahasa.

4. Ungkapan pikiran dan hasil-hasil perenungan kefilsafatan hanya dapat dilakukan dengan bahasa

5. Bahasa sebagai media pengembang refleksi filosofis

Menganalisa makna dari filsafat bahasa berdasarkan pakar bahasa diatas bisa kita lihat bahwa semua pakar bahasa diatas mengeratkan filsafat dan bahasa. Verhaar menguak filsafat bahasa bahwa bahasa ini dapat berkerja dengan baik dalam dunia filsafat, verhaar menyatakan bahwa bahasa dapat mengungkap suatu yang ada di alam semesta ini. Tentu jika logika sudah muncul dari seorang maka bahasalah yang akan memainkan peran dan memajukan dunia filsafat sehingga jika dua komponen ini disatukan maka akan ketemu titik tujuannya.

Rizal mustansir juga jika dianalisis dalam pernyataannya, bahwa bahasa dalam filsafat bukan hanya omong kosong belaka tanpa ada makna, akan tetapi filsafat yang delengkapi dengan bahasa akan bermakna, jika dikaitkan dengan pemikiran wittgeinstein maka filsafat bahasa itu ada language games atau permainan bahasa. Hakikat bahasa adalah penggunaannya dalam berbagai macam konteks kehidupan manusia.

Analisis

Oleh karena itu, terdapat banyak permainan bahasa yang sifatnya dinamis, tidak terbatas sesuai dengan konteks kehidupan manusia. Setiap konteks kehidupan manusia menggunakan satu bahasa tertentu, dengan menggunakan aturan penggunaan yang khas dan tidak sama dengan konteks penggunaan lainnya. Oleh karena itu, Wittgenstein berkesimpulan bahwa makna sebuah kata adalah penggunaannya dalam kalimat; makna sebuah kalimat adalah penggunaannya dalam bahasa; dan makna bahasa adalah penggunaannya dalam berbagai konteks kehidupan manusia.

Dalam aliran filsafat bahasa biasa, bahasa tidak hanya dikaji dari aspek struktural formal belaka, tetapi juga berdasarkan fungsi hakikinya, yaitu fungsi penggunaannya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Pemikiran filsafat bahasa biasa inilah yang merupakan inspirasi dikembangkannya ilmu linguistik pragmatik.

Inspirasi perkembangan pragmatik telah dirintis oleh ahli filsafat bahasa, seperti Austin (1962), Searl (1969), dan Grice (975). Sesuatu yang dikembangkan oleh para ahli filsafat tersebut merupakan suatu lahan yang sangat luas bagi pembahasan semantik bagi pengembangan linguistik terutama pragmatik. Linguistik yang selamamini diwarnai oleh kajian yang bersifat struktural dan sintaktik, melalui Ferdinand de Saussure (1916) dan Noam Chomsky (1957), menemukan suatu wilayah baru yang sangat luas yang merupakan bidang kajian makna bahasa dalam hubungannya dengan dengan pragmatik.

Wilayah baru tersebutt dalam kenyataannya bukanlah ditemukan oleh ahli linguistik, tetapi oleh para ahli filsafat bahasa. Salah satu tokoh filsafat bahasa biasa yang menentang secara keras terhadap bahasa dalam hubungannya dengan logika adalah J.L. Austin melalui karyanya How to Do Things with Words (1962), yang selanjutnya dikembangkan oleh salah satu muridnya, John Searl, melalui karyanya Speech Act (1969). Melalui karya merekalah akhirnya speech act theory (teori tindak tutur) terbentuk sebagai reaksi terhadap ketidaksetujuan mereka terhadap aliran filsafat positivisme logis dalam bahasa.[3]

Argumentatif

Menurut saya dari pemaparan diatas bahwa filsafat bahasa memang tidak jadi dengan sendirinya akan tetapi ada perkembangan dari masa ke masa, bahkan ada juga yang kontroversi mengenai hubungan bahasa dan logika. Namun dari sekian banyak pemaparan diatas bahwa filsafat bahasa mengkaji sangat luas tentang bagaimana penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga bahasa yang keluar ini akan bermakna tanpa ada omongan yang tak bermakna.

Jadi bisa dikatakan bahwa filsafat bahasa merupakan metode yang khas untuk menjelaskan, menguraikan, dan menguji kebenaran ungkapan-ungkapan filosofis. Menguraikan dan menguji kebenaran hanya mungkin dilakukan lewat bahasa, karena bahasa memiliki fungsi kognitif, yaitu dengan bahasalah manusia menjelaskan proposisi-proposisi yang dipikirkannya, apakah benar atau salah. Pemikiran filsafat bahasa biasa inilah yang merupakan inspirasi dikembangkannya ilmu linguistik pragmatik. Inspirasi perkembangan pragmatik telah dirintis oleh ahli filsafat bahasa, Sesuatu yang dikembangkan oleh para ahli filsafat tersebut merupakan suatu lahan yang sangat luas bagi pembahasan semantik bagi pengembangan linguistik terutama pragmatik.

Kesimpulan

Jadi kesimpulannya, bahwa filsafat bahasa Filsafat Bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari. Adapun pragmatis mengkaji pada makna pembicara, konteks pembicara, dan ekspresinya. Sedangkan perkembangan pragmatik tumbuh dan berkembang dari empat kecenderungan atau tradisi, yaitu: kecenderungan antisintaksisme, sosial-kritis tradisi filsafat, dan tradisi etnometodologi. Beberapa topik pembahasan pragmatik adalah teori tindak-tutur, prinsip kerja sama, implikatur dan, teori relevansi.

Filsafat bahasa muncul bersamaan dengan kecenderungan filsafat abad ke-20 yang bersifat logosentris. Berikut ini adalah beberapa pandangan para ahli mengenai filsafat bahasa. Verhaar menunjukkan dua jalan yang dikandung dari filsafat bahasa, yakni 1) filsafat mengenai bahasa dan 2) filsafat berdasarkan bahasa. Verhaar memberikan dua pengertian “bahasa” yang dijadikan titik pangkal untuk berfilsafat, yaitu bahasa yang diartikan eksklusif dan bahasa yang diartikan inklusif.

[1] Sunardi, filsafat analitis bahasa dan hubungannya dengan ilmu linguistik, universitas dian niswantoro jurnal 2 september 2011

[2] Dunia bahasa http://eningherniti.blogspot.com/2010/02/pengertian-filsafat-bahasa. Di unggah pada tanggal 26 mei 2022

[3] Sunardi, filsafat analitis bahasa dan hubungannya dengan ilmu linguistik, universitas dian niswantoro jurnal 2 september 2011

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image