Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Farikha Mardhatillah, M.Pd

Mencari Makna Kemerdekaan

Sastra | Wednesday, 29 Sep 2021, 21:29 WIB

Tujuh puluh enam tahun yang lalu dengan segala pengorbanan, seorang pemuda berani memutuskan negeri ini harus merdeka.

Berabad-abad sudah kita dijajah, berabad-abad sudah kita dikekang, diperas keringat demi memakmurkan tanah tuan penjajah.

Berabad-abad sudah rakyat ditindas di tanahnya sendiri. Dipaksa bekerja tanpa henti. Diambil segala sumber daya alamnya. Dirampas kebebasannya.

Namun, apakah mereka semakin makmur? Apakah keadilan semakin dekat? Tidak, kawan. Tak ada hasil untuk diri sendiri. Tak ada kemakmuran di tanah sendiri. Hanya ada harapan semu.

Hari ini, mari sejenak kita mengenang masa-masa kelam penjajahan. Menghayati setiap tetes darah perjuangan para pahlawan. Bukan hanya untuk diingat-ingat, tetapi untuk ditiru. Tentu bukan dengan perang antarnegara.

Mari kita membalas jasa para pahlawan dengan mengucap syukur dengan terus berjuang melawan ego pribadi di atas kepentingan bersama.

Jangan ada lagi perpecahan. Jangan ada lagi penindasan. Perbedaan tentu ada, tetapi bukan untuk diperdebatkan. Kekuasaan pun tentu ada, tetapi bukan untuk menindas yang lemah.

Mari kita bersama – sama bergandeng tangan, meneguhkan hati kita agar kelak Indonesia menjadi negara maju yang berdaulat, adil dan makmur.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image