Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Budianto Sutrisno

Potret Perjuangan Guru di Masa Pandemi Covid-19

Guru Menulis | Monday, 27 Sep 2021, 06:48 WIB

Sejak merebaknya pandemi Covid-19 selama kurang-lebih 2 tahun terakhir ini, banyak sektor kehidupan bangsa terganggu. Sektor ekonomi, bisnis, pariwisata, keuangan, kesehatan mengalami guncangan hebat. Tak terkecuali juga sektor pendidikan. Hal ini merupakan tantangan besar, mengingat pendidikan adalah pilar utama bagi masa depan anak bangsa. Kita semua mafhum, kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas bangsa.

Pandemi Covid-19 berdampak pada dihentikannya kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Sebagai makhluk sosial, para peserta didik tidak bisa bersosialisasi dengan sesama teman maupun guru secara langsung. Proses belajar mengajar dilakukan secara daring (online) yang memiliki sejumlah kelemahan dibandingkan dengan PTM.

Kini, meski di sejumlah daerah – yang termasuk dalam zona hijau dan seluruh guru serta siswa sudah divaksin lengkap – telah dimulai PTM secara terbatas, kendala tetap ada. Bahkan sangat serius.

Hasil survei internal yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), sangat mengentak perhatian kita semua. Betapa tidak!

Hasil survei tersebut mengungkapkan adanya klaster Covid-19 yang bermunculan selama dilakukan PTM terbatas.

Perlu kita ketahui bahwa hasil survei yang dipublikasikan pada Kamis, 23 September 2021 ini melibatkan 47.005 sekolah. Kemendikbudristek mencatat adanya 15.456 siswa yang terkonfirmasi positif Covid-19. Tercatat pula 7.287 guru dan tenaga kependidikan yang terpapar Covid-19. Jumlah yang sangat menolok dan memerlukan kewaspadaan khusus, karena satu orang saja terpapar Covid-19, seluruh siswa dan tenaga kependidikan dapat terkena imbasnya.

Berdasarkan infografis yang dipublikasikan, klaster baru didominasi oleh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan rincian 251 sekolah (1,92%) dan 956 guru serta 2.006 siswa yang terpapar Covid-19.

Peringkat kedua diduduki oleh Sekolah Dasar (SD) dengan rincian 583 sekolah (2,77%) dan 3.166 guru serta 6.928 siswa yang terpapar Covid-19. Angka-angka ini sangat memprihatinkan dan sekaligus memerlukan kewaspadaan pada semua pihak.

Meskipun terbentuk klaster baru setelah PTM terbatas, Mendikbudristek, Nadiem Makarim, menyatakan bahwa PTM terbatas tetap harus berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Lebih jauh Mas Menteri menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berkepanjangan dapat berdampak besar dan permanen pada penurunan capaian pembelajaran (Republika co.id, 16 September 2021). Suatu kerugian yang sangat besar bagi anak bangsa, bukan? Mas Menteri juga menambahkan bahwa anak-anak yang mengalami learning loss harus diselamatkan. Ini merupakan salah satu tugas guru yang tidak ringan namun mulia.

Mengingat paparan di atas, sudah jelas guru menghadapi beban tugas ekstra selama masa pandemi Covid-19. Beban pekerjaan bertambah, karena tidak semua orang tua murid setuju anaknya mengikuti PTM. Konsekuensinya, guru juga harus menyiapkan proses belajar mengajar secara daring bagi peserta didik yang tak mengikuti PTM.

Beban pekerjaan guru di sejumlah kota besar masih belum seberapa dibandingkan beban guru di kawasan yang tidak memiliki akses internet. Juga di daerah pedalaman di mana banyak siswa tak memiliki gawai atau perangkat komputer yang diperlukan untuk menerima pendidikan secara daring. Pemerintah – melalui Kemendikbudristek – merencanakan pembagian perangkat komputer laptop secara cuma-cuma kepada peserta didik. Akan tetapi, jadwal realisasinya belum diketahui secara pasti. Upaya ini patut diapresiasi, karena dapat mengurangi beban guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring.

Di sejumlah pedesaan yang tak terlalu terpencil pun membuat guru harus berupaya ekstra agar peserta didik tak mengalami ketertinggalan dalam pendidikan semasa pandemi Covid-19. Kisah perjuangan guru di kawasan yang tak terjangkau akses internet, sangatlah mengetuk hati. Mulud Sugito, Kepala Sekolah SMP N 4 Bawang (Kabupaten Batang, Jawa Tengah) dan 11 guru Wiyata Bhakti, misalnya, perlu melewati aliran sungai ketika harus mengantar lembar tugas siswa ke rumah peserta didik. Mereka semua bersepakat untuk ”menjemput bola” guna mengantarkan lembar tugas sekolah, meski harus melewati perjuangan yang tak mudah.

Peserta didik mereka berjumlah 43 siswa. Setiap Senin para guru bergantian membagi tugas untuk mengantar tugas sekolah ke rumah siswa. Kemudaian setiap hari Sabtu, mereka mengambil kembali lembar tugas tersebut untuk dikoreksi. Mereka rela naik-turun bukit dan melewati arus sungai yang cukup deras. Bayangkan bila ini terjadi di musim hujan!

Penulis percaya bahwa hal yang dialami oleh Pak Mulud Sugito itu juga dialami oleh para guru di daerah lain yang belum memiliki akses internet. Hal ini tentu saja jauh dari apa yang bisa dibayangkan oleh para guru yang mengajar di kota-kota besar yang memiliki akses internet serbalancar. Dedikasi ’pahlawan tanpa tanda jasa’ seperti yang dilakukan Pak Mulud Sugito dan kawan-kawan, patut dihargai. Tanpa tenaga guru yang giat berjuang tanpa pamrih demi kepentingan para peserta didik, mustahil masa depan gemilang bangsa dapat dicapai.

Indonesia sangat membutuhkan banyak guru yang berdedikasi seperti Pak Mulud Sugito. Peran guru sebagai pendidik, fasilitator, dan pemberi teladan karakter bukan hanya tampak gagah di atas kertas, melainkan diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut hemat penulis, sudah selayaknya pemerintah memberikan perhatian dan penghargaan khusus kepada guru-guru hebat seperti ini. Percayalah, bahwa guru hebat akan membentuk bangsa kuat.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image