Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Erlingga Agustiana

PERGINYA COVID-19 DAN BANGKITNYA EKONOMI NASIONAL MELALUI PEMBERDAYAAN DESA

Wisata | Sunday, 26 Sep 2021, 00:02 WIB

Selain virtual tour, potensi desa wisata dalam menjadi lokomotif pemulihan ekonomi nasional secara bottom up masih amat banyak. Dilansir dari laman Republika, potensi desa wisata dapat berdampak secara domino. Maksudnya, desa wisata bukan hanya menawarkan sebatas view/pemandangan alam dari suatu desa tersebut, namun juga pemberdayaan masyarakat melalui UMKM-UMKM lokal dan kreatif seperti kuliner, seni kriya, dan kearifan lokal lainnya. salah satu contohnya adalah Desa Wisata Coba Goa Jalmo, Desa Cendono, Purwosari, Pasuruan.

Pembatasan mobilisasi akibat penerapan PPKM yang ketat sebelumnya memukul telak ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah. Salah satu sektor yang terpukul sangat dalam adalah sektor pariwisata. Merosotnya jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara sebagai akibat dari pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang kini berganti nama menjadi penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), serta penutupan akses dunia internasional kian membuat sektor pariwisata terpuruk.

Sebagai bentuk pengembangan ekonomi kreatif, desa wisata dapat menjadi model pemberdayaan masyarakat. Dengan persiapan matang mulai dari fasilitas yang sesuai standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability), kolaborasi jaringan pentaheliks (pemerintah, akademisi, bisnis, media, dan masyarakat), serta kian menurunnya level PPKM ke depannya, desa wisata dapat menjadi garda terdepan pemulihan ekonomi nasional dan pemberdayaan masyarakat setelah perginya pandemi.

Bangkitnya pariwisata secara berangsur di tahun 2021 tentunya juga tidak dapat dilepaskan dari peran vital program vaksinasi nasional yang dgalakkan pemerintah. Melansir dari Republika (25/8), Menteri Kesehatan RI Budi Gunawan Sadikin menargetkan penyuntikkan vaksin sampai akhir tahun 2021 mencapai 300 juta dosis vaksin. Lebih lanjut, beliau juga memprediksi bahwa kekebalan kelompok (herd immunity) sebagai hasil dari vaksinasi nasional ini akan bisa dicapai pada Januari atau Februari 2022.

Merujuk pada laman resmi Kementerian Kesehatan RI, per 25 September 2021, jumlah vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 85,9 juta dosis dengan 48,26 juta di antaranya telah menerima suntikan dosis kedua. Dengan angka ini, sekitar 41,27% populasi sudah menerima dosis pertama dan 23,17% telah menerima dosis kedua. Besar harapan dengan tingkat vaksinasi saat ini, Indonesia dapat segera lepas dari jeratan pandemi Covid-19 dan perekonomian nasional akan lekas pulih dari resesi yang sempat melanda Indonesia berdasarkan pernyataan Presiden Jokowi pada kuartal III 2020.

Per tanggal 21 September 2021, pemerintah pusat telah mengumumkan tidak ada lagi daerah yang memberlakukan PPKM level 4 di Pulau Jawa dan Bali. Penurunan level menjadi 1 – 3 ini diberlakukan selama dua minggu sampai 4 Oktober 2021 disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Luhut Binsar Pandjaitan. Tren penurunan kasus Covid-19 merupakan angin segar bagi masyarakat, terutama para pelaku usaha dan yang bergerak di sektor informal lainnya. Meskipun pandemi Covid-19 belum selesai, pelonggaran PPKM dapat menjadi sinyalemen kuat kembali normalnya perputaran roda ekonomi.

Pembatasan mobilisasi akibat penerapan PPKM yang ketat sebelumnya memukul telak ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah. Salah satu sektor yang terpukul sangat dalam adalah sektor pariwisata. Merosotnya jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara sebagai akibat dari pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang kini berganti nama menjadi penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), serta penutupan akses dunia internasional kian membuat sektor pariwisata terpuruk.

Berdasarkan data BPS (2021), terjadi penurunan drastis jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara. Ambil contoh saja dari angka kunjungan wisatawan mancanegara. Pada tahun 2020, sebesar 4,02 juta wisatawan berwisata ke Indonesia. Padahal, apabila dibandingkan dengan tahun 2019, terdapat penurunan signifikan sebesar 75,03%. Selain itu, berdasarkan pernyataan Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI di laman Republika, proyeksi penerimaan devisa dari pariwisata di tahun 2020 berkisar pada 4 – 7 miliar dollar AS. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, target penerimaan devisa dari sektor pariwisata mencapai 19 – 21 miliar dollar AS.

Hadirnya pandemi Covid-19 mengubah model pariwisata konvensional. Rilis riset Kemenparekraf yang berjudul “Tren Pariwisata 2021” menyebut perubahan besar akibat pandemi Covid-19 melahirkan empat prinsip fundamental terbaru dalam seluruh industri, kebersihan (Hygiene), sedikit sentuhan fisik (Low-Touch), minim kerumunan (Less-Crowd), dan mobilitas yang rendah (Low-Mobility).

Bangkitnya pariwisata secara berangsur di tahun 2021 tentunya juga tidak dapat dilepaskan dari peran vital program vaksinasi nasional yang dgalakkan pemerintah. Melansir dari Republika (25/8), Menteri Kesehatan RI Budi Gunawan Sadikin menargetkan penyuntikkan vaksin sampai akhir tahun 2021 mencapai 300 juta dosis vaksin. Lebih lanjut, beliau juga memprediksi bahwa kekebalan kelompok (herd immunity) sebagai hasil dari vaksinasi nasional ini akan bisa dicapai pada Januari atau Februari 2022.

Merujuk pada laman resmi Kementerian Kesehatan RI, per 25 September 2021, jumlah vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 85,9 juta dosis dengan 48,26 juta di antaranya telah menerima suntikan dosis kedua. Dengan angka ini, sekitar 41,27% populasi sudah menerima dosis pertama dan 23,17% telah menerima dosis kedua. Besar harapan dengan tingkat vaksinasi saat ini, Indonesia dapat segera lepas dari jeratan pandemi Covid-19 dan perekonomian nasional akan lekas pulih dari resesi yang sempat melanda Indonesia berdasarkan pernyataan Presiden Jokowi pada kuartal III 2020.

Pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia selama 19 bulan memberikan banyak pelajaran penting bagi seluruh lapisan masyarakat yang terdampak. Kepercayaan terhadap data dan para pakar yang ahli di bidangnya, perubahan perilaku menjadi lebih higienis, serta tumbuhnya empati kolektif di tatanan masyarakat sosial merupakan bukti bahwa pandemi Covid-19 ini merupakan urusan kita bersama. Satu hal yang menarik lainnya bagi penulis adalah bagaimana kehidupan di desa, terutama desa wisata, bergeliat dan tetap berdaya di tengah pagebluk.

Merujuk pada Permenbudpar Nomor PM.26/UM.001/MKP/2010 tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui Desa Wisata, Desa Wisata adalah “suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.” Tujuan utama dari peraturan ini adalah penanggulangan masalah kemiskinan, peningkatan kemampuan, serta penciptaan lapangan kerja dan usaha masyarakat.

Selama pandemi Covid-19, desa wisata dan seluruh pelaku yang terlibat di dalam pengembangan desa wisata dituntut untuk melakukan berbagai macam inovasi. Inovasi yang dilakukan bukan sebatas peralihan media dari konvensional ke digital, namun juga perluasan kreativitas, kolaborasi, dan daya jelajah menjadi strategi bagi seluruh elemen guna tetap menjaga industri desa wisata agar tetap resilien di saat dan menjelang pasca pandemi Covid-19. Salah satu contohnya adalah program Virtual Tour yang telah digelar oleh banyak pihak.

Selain virtual tour, potensi desa wisata dalam menjadi lokomotif pemulihan ekonomi nasional secara bottom up masih amat banyak. Dilansir dari laman Republika, potensi desa wisata dapat berdampak secara domino. Maksudnya, desa wisata bukan hanya menawarkan sebatas view/pemandangan alam dari suatu desa tersebut, namun juga pemberdayaan masyarakat melalui UMKM-UMKM lokal dan kreatif seperti kuliner, seni kriya, dan kearifan lokal lainnya. salah satu contohnya adalah Desa Wisata Coba Goa Jalmo, Desa Cendono, Purwosari, Pasuruan.

Sebagai bentuk pengembangan ekonomi kreatif, desa wisata dapat menjadi model pemberdayaan masyarakat. Persiapan matang mulai dari fasilitas yang sesuai standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability), kolaborasi jaringan pentaheliks (pemerintah, akademisi, bisnis, media, dan masyarakat), serta kian menurunnya level PPKM ke depannya, desa wisata dapat menjadi garda terdepan pemulihan ekonomi nasional dan pemberdayaan masyarakat setelah perginya pandemi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image