Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Evi Pebriana

MENERKA WAJAH BARU PARIWISATA INDONESIA SETELAH PANDEMI USAI

Wisata | Saturday, 25 Sep 2021, 23:42 WIB
(Sumber Foto: Republika.co.id)

Realita Pariwisata Indonesia Akibat Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat dunia tak terkecuali Indonesia. Betapa tidak, data statistik dari Jhons Hopkins University Medicine mencatat bahwa Indonesia berada di urutan ke-23 kasus sebaran Covid global dari 188 negara yang terpapar Covid-19 (Republika.co.id, 18/9/21). Musibah ini tentu berdampak serius tidak hanya bagi dunia kesehatan namun juga mempengaruhi perekonomian, pendidikan, bahkan pariwisata.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terdampak Covid-19. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fenomena seperti para pelaku wisata mengeluhkan minimnya kunjungan dari wisatawan luar maupun dalam negeri yang membuat pemasukan menurun signifikan. Selain itumasyarakat yang terhalang PPKM mau tak mau harus menelan ludah untuk menerima realita bahwa berwisata harus ditunda dulu sebelum Covid-19 berangsung membaik. Serta masih banyak lagi ketidak normalan yang terjadi akibat adanya Covid-19 ini. Salah satu fakta yang menunjukkan penurunan jumlah wisatwan ini terjadi di pasaman, Sumatra Barat, dimana dilansir dari Republika.co.id bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pasaman, Sumatra Barat mengalami anjlok 95 persen akibat Covid-19, diketahui pada 2019 jumlah wisatawan sebanyak 29.561 orang, namun pada 2020 lalu anjlok menjadi 617 orang.

Bayangan Masa Depan Pariwisata Indonesia Setelah Pandemi Covid-19 Pergi

Menilik permasalahan terkait Covid-19 bagi dunia pariwisata di atas, tentu penulis juga merasakan kesedihan yang sama dengan sebagian besar orang, khususnya bagi yang suka travelling. Namun demikian tentu kita sebagai masyarakat tidak seharusnya beridam diri bahkan saling menyalahkan tanpamenemukan solusi. Sebaliknya kita harus memiliki rencana yang kreatif guna menemukan solusi bagi duni pariwisata masa depan yang lebih baik setelah Covid-19 ini pergi. Adapun jika pandemi Covid-19 ini benar-benar pergi, penulis ingin dunia pariwisata khsuusnya di Indonesia menjadi tujuan wisata utama dunia, dimana segala sektor baik di kota maupun di pedesaan dapat di rangkul dengan baik sehingga mampu bersinergi menjadi satu wajah baru yang dapat mendatangkan banyak wisatawan dunia. Beberapa hal yang ingin penulis wujudkan antara lain.

Pertama, pariwisata berbasis local wisdom (kearifan local). Indonesia adalah satu-satunya Negara yang memiliki beragam suku, ras, agama, bahasa, dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Semua daerah tentu memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda sehingga keunikan tersebut dapat kita jadikan ciri khas wisata masa depan NKRI. Kearifan lokal menjadi penting untuk diberdayakan mengingat dewasa ini generasi muda masa kini sering abai terhadap kekayaan negeri sendiri, banyak dari generasi muda yang mengelu-elukan kebudayaan luar tapi abai dengan kebudayaan sendiri bahkan tidak tahu sama sekali. Hal ini menjadi miris karena generasi muda yang sejatinya harus melestarikan kebudayaan kita malah justru mengabaikan bahkan tidak peka terhadap kebudayaan mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi anak muda Indonesia diberikan pembelajaran baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah terkait dengan pentingnya mengetahui identitas bangsa, salah satunya kebudayaan yang dimiliki Indonesia yang tercipta darikearifan lokal masing-masing daerah. Dengan memberdayakan kearifan lokal, maka Indonesia akan lebih dikenal sebagai negara yang memiliki kecintaan terhadap kekayaan budaya sendiri dan bahkan dengan kita memberdaykan kearifan lokal di dunia wisata dapat menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dunia untuk datang menyaksikan betapa kayanya Indonesia dengan berbagai macam kearifan lokal yang dimiliki.

Kedua, pariwisata yang ramah lingkungan. Kita ketahui bahwa urusan sampah masih menjadi kebingungan tersendiri, tidak hanya bagi Pemerintah, namun juga seluruh masyarakat terutama pelaku wisata. Terkadang kita sebagai penikmat wisata risih melihat sampah yang berseliweran dimana-mana ketika sedang menikmati suasana santai di tengah tempat wisata, namun demikian disatu sisi kita lah yang menyebabkan sampah-sampah itu ada. Hal ini tentu berbanding terbalik, kita tidak suka sampah tapi kita yang menciptakan sampah tersebut. Jadi bagaimana menanggulanginya? Tentu hal ini bukan permasalahan yang mudah, namun dapat kita siasati sendiri dengan cara-cara seperti meminimalisir penggunaan sampah plastik ketika berkunjung ke tempat wisata. Sebaliknya jika ingin membawa makanan atau jajanan, seharusnya kita tempatkan di wadah-wadah yang kita bawa sendiri dari rumah, sehingga nantinya akan berpengaruh kepada kesehatan karena menempatkan makanan di wadah bukan di plastic, dan tentu juga akan mengurangi sampah di tempat wisata. Bayangkan saja misalkan setiap hari libur wisatawan yang berkunjung ratusan orang dan membawa puluhan kantong plastik berisi makanan, itu hanya untuk satu tempat wisata, bagaiamana dengan tempat-tempat wisata yang lain? Nah dengan mengurangi penggunaan sampah plastik di tempat wisata, kita dapat membuat suasana wisata yang ramah lingkungan sehingga lingkungan dapat terjaga dan lestari.

Ketiga, wisata inklusi. Indonesia terkenal dengan bermacam perbedaan, oleh karenanya kata “inklusi” sering di gaungkan. Nah di dunia pariwisata juga tentu harus merefleksikan nilai-nilai dari sebuah inklusi itu sendiri. Seperti halnya wisata yang ramah untuk penyandang disabilitas. Memang banyak wisata yang saat ini sudah merealisasikan wisata inklusi yakni ramah untuk siapapun namun hal tersebut masih sedikit dan belum massif. Oleh karenanya diharapkan agar pemerintah dapat mendengar dan melihat realitas yang ada di tengah masyarakat, bahwa setiap orang berhak untuk merasakan dan menikmati keindahan wisata yang ada di Indonesia tanpa rasa takut atau risih karena fasilitas yang kurang lengkap. Dengan memperhatikan wisata inklusi, maka Indonesia akan benar-benar menjadi Negara yang ramah bagi siapapun dan memiliki integritas tinggi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masuyarakatnya terutama wisatawan dari berbagai latar belakang. Hal ini juga akan menambah kesan damai karena perbedaan bukanlah menjadi penghalang untuk bersatu namun sebaliknya, perbedaan sebagai kekuatan besar yang dapat menjadi tembok persatuan yang kokoh.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image