Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mama Deardo

Melawan Keganasan COVID-19 dengan Kehangatan CINTA

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 22:49 WIB
Republika.co.id" />
Sumber foto: Republika.co.id

**

Setelah Kota Balikpapan dan Samarinda ditetapkan sebagai ‘Zona Merah’ dan diberlakukan PPKM level 4 sejak Juli – Agustus 2021, perasaan cemas kian cepatnya penyebaran Covid semakin menjadi-jadi. Belum lagi salah seorang (calon) tetangga kami, Bu Ati, sedang hamil 7 bulan, dikabarkan meninggal karena Covid di awal Juli 2021 lalu. Sehingga rumahnya yang sedang dalam tahap pembangunan sekitar 67 %, akhirnya menjadi rumah kosong dan terlihat menjadi angker, persis di depan rumah kami.

Selama pandemic, saya sering memasak ramuan herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sebagai ibu betapa takut rasanya membayangkan kalau sampai keluarga saya terpapar Covid yang mengerikan itu. Terlebih lagi setelah Bu Ati meninggal karena Covid yang ganas itu.

Dua kali seminggu, saya menyediakan minuman herbal di rumah. Ramuan sederhana yang terbuat dari 5 ruas Jahe, 7 batang Sereh, 1 ruas Kunyit, 1 ruas Laos, lalu semua bahan dibersihkan, digeprek, dan direbus dalam 2 Liter air dengan 2 ons Gula Merah, ditambah Kulit Manis dan Daun Pandan agar aromanya lebih terasa harum dan sedap saat diminum. Setelah Ramuan Herbal mendidih, lalu disajikan dan diminum saat hangat. Sedangkan untuk anak, kita bisa menambahkan 1 sdt madu.

Pada prinsipnya, lebih baik MENCEGAH daripada MENGOBATI.

Pertengahan Juli 2021, tetangga sebelah rumah kami, Bik Ijah, seorang pedagang sayur keleliling, dinyatakan terpapar Covid juga. Bik Ijah banyak beraktifitas di pasar tradisional, sehingga besar kemungkinannya terpapar Covid. Beberapa bulan terakhir, Mei-Agustus 2021 dikabarkan banyak kasus terpapar Covid di lingkungan pedagang di pasar-pasar tradisional.

Melihat fakta ini, menurut hemat saya—seharusnya Satuan Petugas Penanganan Covid-19 melakukan tindakan nyata seperti misalnya melakukan penyemprotan cairan disinfektan secara berkala di pasar-pasar tradisional, karena tempat-tempat tersebut rawan sebagai ‘sarang’ dan sumber penyebaran Covid.

Selama lebih dari 2 minggu, masa pemulihan Bik Ijah, saya membuatkan Ramuan Herbal untuk membantu percepatan pemulihan kesehatannya. Saya juga menyarankan Bik Ijah untuk mandi steam setiap hari dengan rebusan rempah-rempah; batang sereh, daun jeruk, jeruk purut, jerango, dll. Sebelum memandikannya, Bik Ijah menghirup aroma terapi dari uap rempah untuk mengembalikan kemampuan penciumannya. Di rumah kami, saya melakukan hal yang sama terkhusus untuk suami saya yang sering ditugaskan ke luar kota.

Setelah rutin minum Ramuan Herbal selama lebih 2 minggu, Bik Ijah melakukan test swab, dan hasilnya negatif (-) Covid. Perasaan kami lebih tenang setelah Bik Ijah pulih. Dan tanpa sadar saya menjadi lalai dan tidak lagi menyediakan Ramuan Herbal di rumah selama hampir dua hingga tiga minggu.

Pertengahan Agustus 2021, seorang kakak ipar saya melahirkan. Malam pertama setelah hari Kakak Ipar saya melahirkan, kami menginap di rumahnya. Namun ternyata ada kebiasaan masyarakat lokal kita yang sulit ditanggalkan bahkan saat pandemi Covid semakin mencekam. Para kaum bapak yang entah dari mana saja, malam itu datang ‘maranggap’ hingga rumah Kakak Ipar penuh.

Hal inilah yang sulit diubah dari kebiasaan masyarakat kita secara umum. Merasa baik melakukan kebiasaan-kebiasaan lama, namun sulit membiasakan kebaikan dan kebijakan baru, meskipun masa pandemic semakin mencekam.

Pagi, saya mulai merasa tidak enak badan sebab semalaman tidak ada tidur. Sejak sore, setelah pulang dari rumah kakak ipar, saya mengalami batuk parah, demam tinggi dan meriang. Seluruh tulang belakang, mulai dari tulang leher hingga tulang panggul rasanya sakit dan ngilu luar biasa. Saya mengalami masa kritis selama tiga hari. Beruntung saat itu, suami masih lebih fit sehingga bisa merawat saya dan membantu mengurus anak-anak. Penciuman saya hilang total. Lidah kelu dan tidak dapat merasakan apapun, kecuali rasa asin pada suatu makanan. Kejadiaannya sejak Kamis 19 Agustus 2021. Sabtu sore kami pergi ke sebuah Klinik Medika untuk swab test. Saya dinyatakan Positif (+) Covid.

Namun kami merasa sangat beruntung, sebab para tetangga kami berbaik hati membantu asupan sembako dan makanan selama kami dalam masa pemulihan dan Isoman. Perlakuan baik inilah yang saya sebutkan sebagai: “Kehangatan Cinta”

Kehangatan Cinta yang diberikan para tetangga dan sanak saudara pada kami adalah salah satu motivasi dan energi positif luar biasa sehingga kami menjadi semakin optimis untuk segera pulih dari Covid. Setelah sebulan menjalani isoman dan pemulihan, kami kembali ke Klinik Medica untuk Swab Test Covid, dan syukurlah hasilnya NEGATIF COVID.

Inti yang ingin saya sampaikan dalam opini ini, sebaiknya kita benar-benar menjaga diri dan tetap taat pada prokes sesuai anjuran pemerintah. Jangan lalai dan lengah. Kita harus tetap menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan sehat. Ramuan Herbal seperti telah saya jelaskan tadi, saya sarankan dikonsumsi secara berkala demi meningkatkan imun tubuh. Itulah salah satu Ramuan Herbal andalan kami selama masa pemulihan dan berusaha sembuh dari Covid yang mengerikan itu.

Dan kami sungguh sangat bersyukur, saat ini kami sekeluarga kini dalam keadaan sehat dan kembali fit. Hingga saya bisa sharing tentang pengalaman kami melalui hari-hari kritis dan berhasil sembuh dari Covid.

Sebab, persoalan penanganan dan usaha meredam laju penularan Covid menjadi tanggungjawab kita bersama., baik sebagai Tenaga Kesehatan, sebagai Guru, sebagai Satgas Penaganan Covid, sebagai Ketua RT, maupun sebagai ibu, sebagai ayah, sebagai anak, sebagai kakak, sebagai saudara, atau pun sebagai tetangga yang baik.

***

Akhir kata penulis mengucapkan salam dan terimakasih kepada Tim Penyelenggara Lomba Menulis Opini oleh REPUBLIKA. Harapan penulis, Opini dan pengalaman saya ini dapat dipetik hikmahnya oleh para pembaca. Salam sehat dan mari kita semua berjuang MELAWAN COVID.

**

#BangkitBareng #26ThnRepublika

#KompetisiMenulisOpini #AndaiPandemiPergi #REPUBLIKA

**

(Poloria Sitorus, S.Pd)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image