Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Cholish Majid

Covid-19 dan Kisah-kisah Yang (Akan) Abadi

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 15:08 WIB

Andai pandemi pergi, SMPN 1 Sebulu akan melakukan reuni kembali, yang sempat tertunda karena pembatasan sosial yang menghalangi. Berkumpul bersama lagi, saling bertukar kisah sambil menghirup udara segar hasil dari PPKM berjilid-jilid yang menyebabkan berkurangnya polusi. Menikmati kebersamaan dan kedekatan fisik yang lama terbatasi.

Namun reuni kali ini takkan pernah sama lagi bagi kami para angkatan XXIII, semenjak salah seorang sahabat terbaik telah pergi mendahului karena direnggut oleh pandemi. Setiap rasa sedih dan kehilangan yang ditinggalkan perlahan akan memudar dan terlupakan. Hanya kisah-kisahnya yang abadi disela-sela nikmatnya hari tanpa pandemi.

Dia bekerja di sebuah rumah sakit daerah di Kota Samarinda, tak kenal lelah bekerja meski tahu risiko akibat pandemi terus merajalela. Wajahnya yang ceria dengan senyum khas berlesung pipi selalu tularkan bahagia, bersanding dengan humornya yang jenaka, hadirkan tawa disetiap jumpa.

Ketika kisah virus masih di negeri China, dia telah ingatkan akan bahaya. Tapi kami tanggapi dengan bercanda. Hingga akhirnya virus ini menyebar ke seluruh dunia menjadi pandemi yang menjangkiti hingga Indonesia.

Ketika mulut-mulut kami banyak keluarkan umpatan kecewa, karena pembatasan yang diberlakukan pemerintah akibatkan terhambatnya usaha. Bahkan sebabkan beberapa usaha dari kami harus gulung tikar dan beberapa yang bekerja sebagai karyawan harus dirumahkan.

Dia tak sekadar jelaskan bahwa ini memang harus dilakukan guna kurangi risiko penyebaran, tapi juga turun tangan membantu teman-teman yang kesusahan baik secara moral maupun finansial.

Saat kabar dirimu meninggal karena virus korona, banyak dari kami yang masih tidak percaya. Namun ketika kurasakan sendiri sakit dan sesaknya napas akibat terjangkit virus korona, barulah kutahu apa yang selama ini dia peringatkan.

Namun semua sudah terlambat karena dia tidak bisa selamat. Hanya nasihat-nasihat selama pandemi yang selalu teringat terutama dua kata yang selalu menjadi favoritnya, Upgrade dan Reinstal.

Sumber : Republika.co.id

Upgrade

Akibat dampak dari pandemi, banyak pekerja yang dirumahkan termasuk diriku. Seakan itu tidak cukup, usaha jual beli kredit yang dijalankan oleh istriku pun bangkrut akibat banyaknya pembeli yang tidak lagi bisa membayar cicilannya, sedangkan tagihan dari distributor terus berdatangan.

Saat itu dia hadir tidak hanya dengan pesan-pesan moral, namun juga bantuan finansial. Dia mendorongku untuk mengupgrade diri dari seorang pekerja, menjadi pengusaha. Sehingga membuatku memberanikan diri untuk mendaftar kartu prakerja. Meski gagal pada pendaftaran pertama namun akhirnya diterima pada gelombang berikutnya.

Dengan insentif dari kartu prakerja itu aku membuka usaha kedai es boba. Lalu dengan mengikuti program bantuan langsung tunai untuk UMKM atau BPUM, aku mengembangkan kedai es boba milikku. Aku yang awalnya seorang karyawan kini bisa sedikit meningkatkan status sebagai seorang pemilik usaha meski masih kecil-kecilan.

Andai pandemi telah pergi, aku akan mengembangkan terus usahaku ini bersama dengan beberapa rencana usaha kuliner lainnya seperti yang kupelajari dari kursus latihan prakerja.

Selain itu, belajar dari pandemi yang membuat banyak usaha gulung tikar aku akan membuat manajemen risiko dan rencana darurat untuk digunakan guna beradaptasi dalam beberapa skenario situasi darurat.

Sumber : Republika.co.id

Reinstal

Meski kondisi finansial mulai membaik namun dia tak henti-hentinya mengingatkan melalui pesan WA bahwa pandemi belumlah berakhir. Agar aku selalu memperhatikan protokol kesehatan meskipun sedang berjualan es. Sesuatu yang kuanggap akan sulit pada awalnya.

Namun semuanya menjadi penyesalan saat virus menjangkiti tubuhku. Virus Covid-19 menyerang tubuhku dengan keras, mulai dari demam yang tinggi hingga sesak napas yang menyiksa.

Saat itu lagi-lagi dia hadir dengan selalu mengingatkan untuk reinstall diri kembali kepada fitrahnya dekat dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Membuat diri ini seperti tersadarkan dari apa yang selama ini luput diperhatikan.

Seperti halnya juga dengan alam yang - menurut data pemberitaan Republika pada 23 April 2020 dengan judul “Bumi Semakin Bersih Selama Pandemi Covid-19” - mengalami kebersihan, terbebas dari polusi. Demikianpun diri ini yang juga mengalami reinstal untuk sedikit beristirahat dari seluruh aktifitas yang selama ini dilakukan untuk melihat kembali apa-apa yang telah diperbuat guna meningkatkan kualitas spiritual.

Karena tidak ada rasa yang paling mengingatkan pada Tuhan melainkan akibat terasa dekatnya kematian.

Sumber: Republika.co.id

Ingin kuucapkan terima kasih atas seluruh perhatian, namun yang bisa kulakukan hanyalah merapalkan doa-doa guna mengantar kepergiannya. Baru kusadari ternyata diapun tengah berjuang melawan virus covid-19 di tubuhnya tanpa mengumbarnya di sosial media sambil terus tebarkan asa bahwa pandemi akan segera reda.

Andai pandemi pergi, mereka yang berhasil melewati ujian pandemi haruslah menjadi pribadi yang lebih menghargai hubungan persahabatan dan hubungan sosial lainnya, melestarikan alam, menjaga kesehatan dan menggunakan kelancaran bernapas yang diberikan oleh Tuhan untuk terus berkarya guna bangkit bersama seluruh Negeri demi terus menjaga kisah perjuangan melawan pandemi dan mengabadikan mereka yang telah pergi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image