Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cindy Febri Yanti

Andai pandemi tidak ada, lantas apa yang berubah?

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 14:54 WIB

Sudah hampir setahun corona merembak di Indonesia. Peringatan, pengindahan, isolasi mandiri, work from home, sekolah Daring(dalam jaringan) , swap test mungkin sudah tidak asing untuk sebagian dari kita. Beberapa dari kita mungkin sudah merasakan gulana akibat pandemi yang berkecamukan memakan korban di seluruh dunia. Pandemi membuat sebagian kita larut dalam kepiluaan dan larut dalam pembatasan segala akses yang semakin terbatas. Banyak hal yang diliburkan atau bahkan dihentikan, serta dilarang untuk sementara waktu. Pandemi corona membuat kita gusar, ancaman tertular kian mengikat setiap harinya disamping itupula, ancaman tertutupnya akses kebutuhan pemasukan harus dihentikan untuk sejenak dengan alasan pandemi corona yang menghantui. Pandemi membuat sebagian kita tertutup akses untuk bertahan hidup.

Pandemi telah membuat sebagian kita bebal. Contoh beberapa hari ini, publik dihebohkan dengan ragam hoax mengenai covid 19 yang bertebaran di jejaring social media. salah satu yang paling heboh adalah terkait adanya kasus chip dalam vaksinasi covid. Dengan adanya informasi ini, membuat sebagian masyarakat takut dan enggan untuk melakukan vaksinasi. Selain keterkaitan informasi ini, ternyata ragam hoax ini merupakan kunci utama masalah dan kegusaran, serta kekhawatiran yang belum hilang. Kualitas informasi internet yang bersih sepertinya masih menjadi mimpi kita yang belum tercapai. Dengan adanya informasi hoax tersebut, ternyata masih banyak masyarakat tidak sadar akan dampak corona yang ditimbulkan.

Keraguan masyarakat akan vaksin bahkan merebak sentar dengan maraknya konspirasi corona yang lahir dalam pemikiran masyarakat yang ragu dengan coronavirus. Dampak hoax ini tidak main-main, dimana telah membuat banyak orang lalai dan lupa dibuktikan dengan kasus Covid-19 di Indonesia terus merangkak naik. Dampak hoax telah menelan keyakinan segala umat secara pelan-pelan menimbulkan kesimpangsiuran informasi yang benar. Dari sini kita bisa tau dampak Hoax yang beredar menjadikan segala sesuatu jadi isu yang sensitive, membuat seseorang merasa benar terhadap yang salah, mengindahkan serta mengabaikan peraturan yang ada tanpa memikirkan konsekuensi yang ada, serta memberi dampak signifikat perubahan pola pikir masyarakat. Karena masalah hoax covid membuat, sebagian orang dan pemerintah yang taat dengan tegas menangulangi dan melakukan kampanye menaati protokol kesehatan.

Dampak lainnya dari kacamata kita bersama adalah permasalahan kesenjangan yang semakin jelas ditengah masyarakat. Kasus covid-19 membawa kita pada taraf hidup yang semakin sulit. Angka penganguran semakin tinggi dengan hadirnya PHK dan akses kerja terbatas yang menimbulkan kerugian. Kesulitan perekonomian juga berdampak pada kestabilan harga pangan dan harga kebutuhan. Penghasilan yang dipotong karena dampak pandemi membuat masyarakat gusar dan resah, dimana harga barang yang melambung tinggi, harus dipenuhi dengan sisi lain kebutuhan keseharian yang semakin menipis. Pedagang dan pekerja dibatasi dalam hal bekerja dan melakukan sesuatu karena pandemi. Hal ini membuktikan pandemi membawa kerugian signifikat kepada kesenjangan perekonomian masyarakat menengah kebawa yang butuh setiap hari untuk berevolusi dengan usaha dan pekerjaannya.

Membahas covid emang tidak ada habisnya. Pandemi covid menjadikan problem keseharian menjadi besar, pandemi corona membuat setiap individual a.k.a masyarakat sangat sulit dikendali hanya karena konspirasi corona. Lelucon emang, Covid membuat kian hari pemikiran dibuahi rasa agresif dan barbar, bahkan yang lebih parah karena covid membuat seseorang semakin konservatif, saling menyalahkan dan sulit untuk dikendalikan. Pandemic corona semakin menunjukkan perbedaan dalam hal kepercayaan dan pola pikir, dimana era jejaring dimasa corona pandemi menerima banyak informasi yang salah, membuat seseorang takut, membuat seseorang curiga.

Tidak apa kita tidak bisa menyalahkan siapapun untuk situasi genting seperti ini. Jikalau covid tidak ada kita tidak akan tau apa yang akan terjadi untuk kita selanjutnya. Banyak dari kita hanya sibuk berbenah dan menerima hasil yang harus memuaskan dengan ekspetasi-ekspetasi pemikiran masyarakat dan pandangan kita semua yang berbeda satu sama lain tanpa pernah berpikir memperbaiki apa yang salah. Kita hanya mengeluh dan menyalahkan orang yang salah tetapi kita tidak pernah merangkul mereka kepada jalan yang benar di era pandemi. Kita adalah mahluk yang ditadirkan untuk berbaur dan memperbaiki hal yang salah, bukan? Kamu tidak akan tumbuh jikalau kita tidak menyadari dan memperbaiki apa yang salah dari kita dan membangun kontribusi kuat pada pandemi yang terjadi dan bagaimana menghentikannya? Semua itu tumbuh dari kesepakatan diri masing-masing dengan apa yang salah dari kita agar kita dapat memperbaiki apa yang salah tersebut. kenapa diri kita masing-masing tidak belajar untuk itu.

Covid membawa kita pada tahap intens yang sulit. Andai pandemi pergi kita tidak lagi merasakan gundah gulana besok mau makan apa, kesulitan bertahan dan mencari pekerjaan, tidak ada konservatif yang menimbulkan kericuhaan. Tidak akan kita temukan orang-orang yang mengadu domba dengan dalih konspirasi yang jahat serta membingungkan banyak pihak. Tetapi, dengan pandemi yang datang, kita bisa tau apa yang harus dipertanggungjawab pada diri sendiri masing-masing. Mungkin, Pandemik membawa kita runtuh, pandemi membawa kita lalai, pandemi membuat kita lupa, pandemi ini membuat kita terlena dan sakit, pandemi membuat kekacauan. Tapi ingatlah, untuk kita semua di masa depan, bahwa pandemilah yang membuat kita tumbuh dan mulai memperhatikan apa yang salah dengan kejadian semua ini dan mulai berkonteks untuk hidup kita dengan baik kedepannya. Ini semua adalah himah terbaiki yang bisa kita petik karena pandemic yang dimulai dari kehendak diri sendiri.

Mulai pandemi usai, sadarlah bahwa menjaga dan mempertahankan apa yang ada dimulai bukan karena adanya kejadian sesuatu, tetapi karena kita sadar kesalahan terbesar bersama adalah kita tidak ingin mengubah, memperbaiki, menjaga dan mencegah dari apa yang salah tersebut. Apakah kamu sudah bertumbuh akan kejadian ini?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image