Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mardiah

Hasrat Berbalut Asa

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 14:37 WIB

Pada saat ini dunia sedang menghadapi sebuah tantangan besar. Hampir seluruh umat manusia panik dan ketakutan. Bermula dari penduduk Wuhan (Cina) yang dilaporkan terinfeksi sebuah penyakit dan terkonfirmasi corona virus disease (Covid-19) pada Desember 2019. Beberapa waktu kemudian terdengar kabar bahwa wabah Covid-19 sudah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Tepatnya pada Maret 2020, wabah korona ini sudah masuk ke Indonesia dengan kasus pertamanya seorang warga Depok yang teridentifikasi covid-19.

Pandemi menjadi sebuah tragedi bagi rakyat Indonesia. Korona sudah menggoyahkan hampir seluruh aspek kehidupan. Pemerintah telah menyiapkan beberapa kebijakan untuk mengatasi wabah corona. Kebijakan tersebut membuat berbagai sektor kehidupan mengalami perubahan. Hal ini membuat rakyat Indonesia merasa sangat khawatir. Serangkaian kebijakan pun pemerintah lakukan mulai dari social/phisycal distancing, isolasi mandiri, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), PPKM (Pemberlakuan Pembatasan kegiatan Masyarakat), dan pengetatan protokol kesehatan. Upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Aspek ekonomi merupakan aspek yang dampaknya sangat terasa pasca merebaknya virus korona. Perekonomian negara mulai tidak stabil. Kebijakan pemerintah justru berdampak besar terhadap kondisi ekonomi masyarakat, khususnya kalangan bawah. Ekonomi rakyat semakin melemah hingga muncul banyak pengangguran, bahkan kriminalitas.

Di samping itu, hadirnya Covid-19 berdampak besar bagi penyelenggaraan pendidikan. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pun menjadi pilihan selama pandemi melanda. Proses pembelajaran tetap berlangsung dengan metode dan kurikulum yang disesuaikan dengan sistem PJJ. Hal ini memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat. Berbagai kendala selama PJJ membuat tenaga pendidik dan peserta didik bahkan orang tua menjadi lebih ekstra dalam memperjuangkan segalanya demi terwujudnya kegiatan belajar.

Sudah hampir dua tahun kita berupaya dan berjuang melawan wabah Covid-19. Saat ini jumlah kasus di Indonesia mencapai 4.201.559-an orang terkonfirmasi positif covid-19 dengan total akumulatif kasus meninggal sejumlah 141.114-an orang. Kita berharap jumlah kasus covid-19 di Indonesia terus menurun setiap harinya. Bahkan, kita berharap episode covid-19 segera berakhir. Tentu saja, harapan ini akan terwujud jika semua lapisan masyarakat bersinergi dan berkolaborasi secara positif serta bijak dalam menyelesaikan tantangan covid-19.

Selama pandemi berlangsung, kita merasakan seluruh aktivitas serba dibatasi. Ajakan ‘tetap di rumah’ (stay at home) menjadi frasa yang sangat akrab di telinga. Tidak sedikit masyarakat bersikap apatis. Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa seluruh dunia sedang tidak baik-baik saja, termasuk negeri kita tercinta. Untuk sembuh total dari Covid-19 ini, kita perlu bersinergi dengan para pengurus republik ini. Mereka sudah mengupayakan berbagai solusi agar penduduk negeri ini sehat jasmani dan rohani. Salah satunya menjalankan protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan serta melaksanakan vaksinasi.

Tentu, kita sangat merindukan suasana kehidupan sebelum covid-19. Kita bisa leluasa menghirup oksigen, berkumpul dan berbincang dengan teman sejawat, bercengkerama dengan sanak saudara, travelling, berolah raga, mengunjungi pusat perbelanjaan, berlibur ke tempat wisata, makan di restoran, nongkrong di kedai kopi, pergi ke sekolah/kampus, atau sekadar berdesak-desakan dalam kereta serta berebut tempat duduk ketika naik bus menjelang hari raya.

ilustrasi:klikdokter.com

Langit tidak selamanya mendung. Kita harus optimis dan yakin bahwa pandemi ini akan berakhir. Jika pandemi sudah pergi, saya ingin mengajak anak saya bersenang-senang di area bermain anak yang terdapat di mal-mal. Sejak pandemi datang, dia belum pernah merasakannya di usia yang kini sudah dua tahun lebih. Sungguh membahagiakan melihat ekspresi gembira atau takut ketika ia mencoba permainan mandi bola, seluncuran, dan semua fasilitas bermain yang tersedia. Saya yakin orang tua lain pun mempunyai keinginan yang sama, menghabiskan waktu di akhir pekan bersama keluarga tercinta, sekadar jalan-jalan atau makan bersama di tempat yang belum dikunjungi.

Jika pandemi pergi, saya berharap situasi dan kondisi negeri bisa kembali normal. Bahkan lebih baik dari sebelumnya. Perekonomian negeri segera pulih dan stabil. Begitu pun dengan kondisi ekonomi masyarakat akan kembali hidup. Datangnya pandemi bukan hanya sebuah tantangan yang harus kita taklukan, melainkan juga sebagai pengingat bagi penduduk bumi agar lebih bijak dalam menyikapi hidup, lebih menghargai, lebih rendah hati, lebih simpati, lebih empati terhadap sesama, lebih mencintai diri dan lingkungan.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Ia diberikan karunia oleh Sang Pencipta sebagai pemimpin di muka bumi. Tuhan memberikan tantangan atau ujian kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuannya. Jika pandemi adalah sebuah ujian, maka manusia sudah dikaruniai kemampuan untuk bisa mengatasinya. Tuhan akan merespons bagaimana manusia bertindak. Jika manusia itu taat pada aturan-Nya, Ia akan merespons dengan sangat baik bahkan memberikan bonus tanpa disangka-sangka. Bahkan, jika manusia itu tidak taat pun, Sang Pencipta masih memberikan karunia-Nya.

Poin penting dari proses kehidupan adalah ketika manusia bisa mengambil hikmah dibalik sebuah tantangan atau ujian. Semoga bangsa Indonesia bisa mengambil pelajaran dan tidak mudah suudzan terhadap datangnya wabah pandemi. Semoga negeriku bisa bangkit menjadi negeri yang lebih taat, lebih kuat, lebih cerdas, lebih sehat, lebih berprestasi, lebih modern, lebih kompetitif, serta lebih tangguh untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin modern, canggih, dan serbadigital, dengan tetap menjunjung tinggi warisan dan nilai-nilai leluhur bangsa.

#LombaMenulisOpini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image