Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image padma malikahani

Rupa Yang Hilang Dari Negeriku

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 11:37 WIB

Dua tahun gerilya corona telah membabi buta dalam semesta duniaku. Wabah Coronavirus disease 2019 atau penyakit coronavirus 2019 dinyatakan sebagai suatu pandemi global oleh World Health Organization (WHO) pada 30 Januari 2020. Corona merupakan virus yang berasal dari kota Wuhan, China. Corona menyerang sistem pernafasan dan menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernafasan, dan infeksi paru-paru yang berat, Wabah corona juga termasuk infeksi dengan menifestasi klinis yang serius, termasuk kematian. Virus corona bisa menyerang siapa saja seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, bayi, termasuk ibu hamil dan menyusui sekalipun. Hingga saat korban terjangkit virus corona berjumlah 4.204.116 kasus positif.

Kemunculan corona serupa mimpi buruk yang menghampiri, Dampak dari pandemi COVID-19 ini bukan hanya menimbulkan angka infeksi yang terus bertambah tapi juga memicu ketakutan, kekhawatiran dan kepedulian yang besar pada populasi. Secara epidemiologi, penyakit infeksi tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik masyarakat tetapi juga mempengaruhi kesehatan psikologis dan kesejahteraan populasi yang tidak terinfeksi, Masalah kesehatan mental yang meningkat di masa pandemi diantaranya stres, kecemasan, bahkan depresi. Selain itu, Datangnya pandemi menciptakan depresi ekonomi dengan besaran dampak lebih kuat dan lebih lama dibanding krisis pada tahun 1997-1998. International Monetary Fund (IMF) memproteksi kerugian perekonomian global akibat pandemi virus corona bisa mencapai 12 triliun dollar AS atau sekitar Rp. 174.000 triliun. Artinya dalam situasi saat ini (dimana umumnya terjadi kontraksi) adanya tambahan porsi hutang bisa berdampak kepada peningkatan nilai negatif dari pertumbuhan ekonomi.

Dampak krisis selama pandemi juga kerap kali mengancam keberlangsungan hidup terutama yang kerap diderita oleh anak-anak. Sejak bermula anak terjangkit depresi, kehilangan mood, mudah tersinggung, insomnia, kemarahan, dan kelelahan secara emosi. Lalu ancaman selanjutnya yang mempengaruhi proses pembelajaran pada anak-anak. Sejak Indonesia diumumkan menutup semua sekolah, masyarakat dipaksa sanggup untuk melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh yang sejatinya sebagian pendidik masih ambigu terhadap penggunaan terknologi. Proses pembelajaran daring membuat banyak siswa sulit menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai tingkatan kelas yang diharapkan hingga pada akhirnya akan menimbulkan risiko terhadap pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia.

Lalu, permasalahan selanjutnya adalah perihal kemiskinan yang mengancam keberlangsungan hidup setiap masyarakat diantaranya, kemiskinan yang mempengaruhi kesejahteraan anak, kebutuhan konsumsi makanan dan gizi seimbang, perumahan, sanitasi air bersih, serta perlindungan anak. Sungguh sangat disayangkan apabila negeriku yang kian dilanda krisis masih dikecam tipudaya pemerintah yang memihak tanpa nurani dan keprihatinan rakyat. Politik seharusnya mampu menjadi tonggak penyelamat masyarakat yang mampu merajut kembali ekonomi Indonesia, bukanlah sebaliknya memperkeruh tali ekonomi yang semakin kusut. Hingga kapan para jajaran pengampu kebijakan enggan untuk bertaut muka dalam kelunya kehidupan masyarakat?

Harapan demi harapan kerap kali kulontarkan agar buanaku segera pulih, yang kuelukan andai Pandemi pergi adalah masyarakat yang sehat agar api budaya gotong-royong Indonesia kembali berkobar, tatanan masyarakat yang ramah, rapih, dan bersih dari segala masalah maupun tetek bengek yang memecah belah antar sesama, manivestasi UMKM mampu mendunia agar Indonesiaku tidak selalu gagap untuk dihadapkan pada krisis maupun resesi ekonomi, pendidikan yang kembali normal dengan tenaga baru dan inovasi yang mumpuni, serta Indonesia yang sentosa dan terlahir kembali tanpa gangguan psikis apalagi mental yang sempat mengakar sejak pandemi menyapa.

Hingga masanya tiba cepatlah pulih, kami sudah terlalu hampa untuk melaju dalam bilik kehidupan yang serba terbatas. Kami bagai terjerat keterbatasan publik, seakan takdir mengutuk para kaum adam untuk mengelukan sang penciptanya yang terlampau lalai akan sibuknya hiruk pikuk kehidupan. Semoga seperginya corona, tunas yang baru sigap tumbuh menjalar dalam ratap kehidupan serta dapat melaju dengan lebih damai dan makmur dari sebelum tragedi ini menyalakan rinai bahaya.

oleh: Padma Malikahani

Mahasiswi Universitas Darussalam Gontor

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image