Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alya Muhtar

Berani Berandai, Berani Menyemai

Olahraga | Saturday, 25 Sep 2021, 08:27 WIB
Sumber: republika.co.id

Pada akhir Desember 2019, virus ini telah menyebar dengan cepat hingga ke kota-kota lain di Cina dan beberapa negara. Salah satunya adalah Indonesia. Kasus pertama di Indonesia muncul di kota Depok pada 2 Maret 2020 seperti yang telah di katakan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo. Setelah saat itu virus ini menyebar bagaikan berita yang di produksi oleh sebuah media besar, menyebar begitu cepat dan tidak pandang bulu. Mulai dari orang pinggiran hingga orang yang mengatur hidup orang pinggiran

Pandemi yang melanda seantero dunia ini, adalah hal yang tidak pernah terbayangkan oleh siapapun, dibelahan dunia manapun. Ketika seluruh penghuni dunia melakukan aktivitas sehari-hari. Tiba-tiba muncul berita yang datang dari negeri tirai bambu mengenai kemunculan sebuah virus menular yang diberi nama Corona Virus Disease (Covid-19). Disenyalir virus itu berasal dari kelelawar yang kerap dikonsumsi oleh warga di kota Wuhan, Cina.

Terjadi banyak perubahan signifikan dalam beragam aspek kehidupan akibat menyebarnya Covid-19 di Indonesia. Pemerintah mengambil keputusan menyeret semua kegiatan outdoor menjadi kegiatan indoor. Merumahkan semua pelajar mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dilansir dari Kompas.com bahwa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mulai dilaksanakan pada 13 Juli 2020.

Akibatnya muncul beragam masalah, karena berubahnya alur kehidupan manusia. Awalnya bebas bergerak kesana kemari berubah menjadi kehidupan yang dibatasi oleh Protokol Kesehatan (Prokes). Muncul pula beragam penyakit mental yang dilatar belakangi oleh keadaan terpenjara dalam balutan pandemi. Penimbunan beragam alat vital dalam kehidupan pandemi, menjadi tren negatif baru yang muncul pada masa awal pandemi.

Setelah hampir dua tahun hidup dengan pagar Prokes. Sebagai manusia yang memiliki sikap alami untuk beradaptasi dalam situasi baru, akhirnya mereka mulai menunjukkan hasil adaptasinya. Contohnya menggunakan masker sudah menajdi barang wajib bagi setiap orang ketika akan meninggalkan tempat tinggalnya.

Walaupun adaptasi telah dilakukan, tetap saja orang-orang sangat ingin hidupnya kembali normal seperti sebelum muncul virus ini. Beragam upaya dilakukan untuk menghilangkan darurat pandemi saat ini. Berawal dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diburat dari level satu hingga level empat.

Upaya yang memungkinkan untuk terlepas dari pandemi adalah dengan menyuntikkan vaksin mulai dari Sabang sampai Merauke, agar tercipta sebuah kondisi Herd Immunity. Jika istilah tersebut telah muncul maka dapat dikatakan Indonesia mungkin bisa saja terbebas dari Covid-19. Kabar baik, bahwa sebanyak 41.534.340 per 11 September 20221 jiwa telah menerima suntikkan vaksin.

Menindaklanjuti kemungkinan telah ditemukannya kunci dari rantai pandemi, memberikan angin segar bagi semua orang. Bahkan di Amerika Serikat telah digelar salah ssatu Festival Music Besar secara offline. Terdapat audience yang saling berdekatan. Itu dikarenakan masyarakat di Amerika telah menyuntikkan 331 juta dosis vaksin per Juli, dengan rasio 99 dosis per 100 penduduk. Angka tersebut menunjukkan bahwa Amerika Serikat dapat melakukan Sebuah Festival Musik yang besar karena telah mengantongi istilah Herd Immunity. Maka bukan tidak mungkin, jika 80% warga Indonesia menerima vaksin akan tercipta Herd Immunity seperti negeri Paman Sam.

Dihari ketika Herd Immunity telah tercapai, semua orang pasti akan sibuk menata kembali hidupnya. Mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga cara bersosialisasi sehari-hari. Manusia kembali melakukan bakat alamiahnya untuk beradaptasi dengan lilngkungan baru. Setelah sekian lama hidup berdampingan dengan pandemi, pasti merasa berbeda dan aneh ketika meninggalkan rumah tanpa masker, tidak wajibnya membawa handsanitizer, juga tidak ada Satpam yang memegang thermometer ketika hendak memasuki kawasan publik. semua itu membutuhkan adaptasi yang tentu akan memerlukan waktu.

Permerintah pun harus membuat beberapa kebijakan baru dalam berbagai sektor. Mulai dari bagaimana mekanisme pembelajaran setelah pandemi, bagaimana mobilisasi perekonomian mulai dari UMKM hingga perusahaan besar. Dengan banyaknya perubahan kebijakan yang dibuat saat pandemi, maka akan banyak juga kebijakan yang dihapus atau dirubah saat pandemi menghilang. Pemeritnah akan memiliki banyak pekerjaan rumah yang menunpuk ketika pandemi usai.

Juga bukan tidak mungkin bahwa pembelajaran secara online akan terus dilakukan oleh beberapa instansi pendidikan. Dilihat dari sisi positif dari pembelajarang online. Seperti selogan dapat belajar dimanapun dan kapanpun sangat terealisasikan dalam pembelajaran online. Intensnya hubungan antara orang tua dan anaknya juga tercipta dengan adanya pembelajaran online ini. selain itu orang tua dapat memantau secara langsung bagaimana anaknya mengikuti pembelajaran di sekolahnya.

Sebuah kepastian semua orang pasti berkhayal untuk bebas berlibur kemanapun mereka inginkan tanpa perlu protokol kesehatan yang sangat ketat. Mereka pasti ingin berlibur dengan penuh rasa aman, tanpa tahut akan membawa virus ketika selesai berlibur. Dan juga keinginan untuk sekedar nongkrong di café-café tanpa adanya batas waktu seperti kebijakan pemerintah sekarang yang mengahrauskan café dan restaurant memberikan batas waktu selama 20 menit saja.

Jika kita berani berandaiandai pandemi kembali mereda, maka lakukan vaksinasi agar andai yang kita pikirkan selama ini memiliki kesemparan besar untuk menajdi kenyataan. Jangan sampai percaya terhadap konspirasi yang disebarkan oleh sumber yang tidak memiliki kredibilitas tinggi. Kita percayaka kepada pemerintah dan mencontoh berbagai negara yang telah berhasil menormalisasikan pandemi Covid-19 dengan melakukan vaksinasi terhadap warganya lalu akan mendapat gelar Herd Immunity.

#LombaMenulisOpini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image