Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edi Mardiyanto

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID- 19

Guru Menulis | Friday, 24 Sep 2021, 23:36 WIB
(Sumber : MediaBanten.com)

Ancaman virus corona atau covid-19 yang melanda di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia memberikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas kehidupan di berbagai sektor. Pendidikan merupakan salah satu sektor yang mengalami dampak tersebut dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Aktivitas belajar mengajar di sekolah yang biasanya dilakukan dengan tatap muka sekarang harus dilakukan dengan DARING (Dalam Jaringan), hal ini dilakukan sebagai pembatasan aktivitas masyarakat guna mencegah penyebaran virus Covid-19.

Aktivas pembelajaran secara daring merupakan hal yang baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembelajaran daring telah memisahkan guru dan peserta didik secara fisik, namun dipertemukan di dunia maya dengan berbagai perangkat dan aplikasi yang menghubungkan keduanya. Pembelajaran daring ini sesuai dengan imbauan Mendikbud Indonesia melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijaksanaan Pendidikan dalam masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Sistem pembelajaran daring menuntut penguasaan dan pemanfaatan teknologi dan informasi oleh guru dan peserta didik. Media pembelajaran secara daring seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Teams, Google Class Room, Whatsapps, Telegram dan lain sebagainya dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi antara guru dan peserta didik di dunia maya. Demikian pula media untuk evaluasi pembelajaran secara daring seperti Quizizz, Google Form, Microsoft Form dirancang supaya guru dapat mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

Pembelajaran daring yang didesain oleh guru bukan tanpa kendala. Permasalahan yang muncul bukan hanya terdapat pada media pembelajarannya, akan tetapi ketersediaan jaringan dan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi bagi guru dan peserta didik guna memfasilitasi pembelajaran daring tersebut. Jaringan internet di beberapa wilayah tidak terjangkau oleh sinyal internet, sedangkan kebutuhan kuota yang dibeli untuk internet semakin bertambah. Bagi kalangan masyarakat tertentu dengan penghasilan yang rendah, meningkatnya kebutuhan kuota untuk pembelajaran daring jelas terasa dampaknya, apalagi kalau dalam keluarga tersebut mempunyai 2 atau 3 anak yang bersekolah tentu akan semakin banyak kebutuhannya, tidak hanya kuota, tapi juga perangkatnya (Handphone Android). Meskipun dalam hal ini pemerintah telah berupaya memberikan subsidi kuota internet untuk guru dan peserta didik setiap beberapa bulan, namun ternyata pemanfaatkan belum maksimal.

Permasalahan tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan muncul permasalahan lain terkait media pembelajaran daring yang digunakan oleh guru tidak dipahami oleh peserta didik. Bahkan mungkin ada guru yang masih gagap dengan media pembelajaran maupun evaluasi daring yang digunakan. Situasi demikian jelas akan mengurangi kebermaknaan dalam pembelajaran, sehingga apa yang disampaikan guru, tidak dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Disinilah diperlukan upgrading skill untuk guru dalam penguasaan media pembelajaran dan evaluasi daring yang digunakan. Pelatihan peningkatan kompetensi guru dalam penguasaan teknologi tersebut cukup banyak ditawarkan oleh berbagai lembaga, baik yang gratis maupun berbayar, dengan harapan kemampuan guru dapat meningkat.

Pada sisi lain pembelajaran daring telah merubah paradigma orang tua terhadap peran dan tanggung jawab guru di sekolah, dimana keberhasilan pendidikan peserta didik pada awalnya bertumpu pada guru di sekolah. Pembelajaran daring ini, orang tua punya peran yang lebih besar dalam pengawasan dan pendidikan di rumah, sehingga orang tua benar-benar merasakan menjadi seorang guru di rumah, yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang tua dengan keterbatasan yang ada. Seringkali muncul konflik antara ‘guru’ dan peserta didik di rumah yang disebabkan oleh ketidakseriusan ‘anak’ dalam mengikuti pembelajaran dan ketidaksabaran orang tua dalam menghadapi anak. Hal ini menyadarkan orang tua bagaimana sulitnya dalam mendidik peserta didik dengan banyak latar belakang karater yang berbeda-beda. Pada akhirnya banyak orang tua yang berharap anaknya dapat masuk sekolah kembali.

Pembelajaran daring dimasa pandemi covid-19 ini telah merubah target pencapaian kompetensi pada peserta didik pada batas paling minimum. Permasalahan yang terjadi di atas memaksa guru merevisi target pencapaian kompetensi dan melakukan kreativitas, inovasi dalam pemenuhan kompetensi yang diharapkan. Sehingga wajar apabila peserta didik hasil pembelajaran daring mempunyai kompetensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian belajar peserta didik pada kondisi normal (tatap muka). Kurangnya interaksi secara langsung guru dan peserta didik dalam pembelajaran daring juga dapat menjadi penyebab rendahnya pemahaman peserta didik.

Namun demikian tidak selamanya pembelajaran daring berdampak negatif. Sisi positif dari pembelajaran daring ini adalah guru dan peserta didik semakin ‘melek’ dengan teknologi informasi, seiring dengan pemakaian teknologi tersebut dalam pembelajaran, disamping itu orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional semakin baik, dengan seringnya mereka berinteraksi secara langsung di rumah.

Pada akhirnya bahwa pembelajaran daring yang selama ini dilakukan tingkat efektivitasnya sangat tergantung pada peran pemerintah, guru, orang tua dan peserta didik. Pemerintah turut andil dalam menyiapkan infrastruktur jaringan internet untuk daerah yang tidak terjangkau dan penyediaan perangkat (gadget) untuk peserta didik yang kurang mampu. Guru diharapkan memiliki kemampuan penguasaan teknologi, berkreasi dan berinovasi dalam memberikan pembelajaran yang berkualitas dan efektif kepada peserta didik. Peran orang tua menjadi sangat penting dalam mendampingi, memberi motivasi dan mengawasi kegiatan belajar anak yang sebelumnya dilakukan oleh guru. Peserta didik diharapkan mempunyai kedisplinan dan motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran di masa pandemi ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image