Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andi Pangeran

Menjadi (pengemis) Milenial?

Gaya Hidup | Friday, 24 Sep 2021, 17:08 WIB
Pengemis di China sudah pakai QR code, inikah pengemis milenial?

Kok pengemis milenial? Apaan tuh? Sebentar.., kita bahas satu per satu ya..,

Yuk kita cek arti kata “pengemis” dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ;

emis, mengemis /meng·e·mis/ v 1 meminta-minta sedekah: sbg orang gelandangan dia hidup dari mengemis; 2 ki meminta dengan merendah - rendah dan dengan penuh harapan: jangan suka mengemis cinta, akibatnya tidak baik; pengemis /peng·e·mis/ n orang yg meminta-minta: seorang pengemis didapati tidur di bawah jembatan.[i]

Sementara untuk arti kata “milenial” dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ;

mi.le.ni.al / milénial / v 1 berkatan dengan millennium ; 2 orang atau generasi yang lahir pada tahun 1980an dan 1990 ; kehidupan generasi – tidak dapat dilepaskan dari teknologi informasi, terutama internet[ii].

Pelan – pelan yuk kita bahas., kenapa saya punya opini menjadi (pengemis) milenial.

Dulu tahun 80an Ibu saya selalu bilang kepada anak – anaknya, bahwa tuh lihat “pengemis” dia tidak sekolah dan tidak bekerja sehingga dia meminta kepada orang lain, minta beras atau uang. Hampir setiap hari rumah kita di Jakarta dilewati oleh para pengemis apalagi kalau sudah hari Jumat, seakan mereka menjadi pesta di depan masjid kompleks saya menunggu sedekah dari jamaah yang keluar dari masjid usai sholat Jumat. Saya melihat disini bahwa konteks pengemis itu riil nyata adanya, bahwa terlihat mereka lusuh, tua atau membawa anak kecil, kondisi fisik yang tidak sempurna, misalkan tangannya tidak lengkap jarinya hingga pengelihatan yang tidak berfungsi sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk mengemis.

Fenomena pengemis di Jakarta pada awal tahun 90an sepertinya menjamur dan seingat saya jaman Gubernur DKI Jakarta waktu itu adalah Bapak Wiyogo Atmodarminto, membuat program bahwa Jakarta harus BMW (bersih, manusia dan berwibawa). Untuk itu hampir semua “gepeng” (gelandangan dan pengemis) ditertibkan, diberikan pelatihan melalui dinas sosial agar mereka bisa berkarya hingga dipulangkan ke daerah asalnya. Apa dampaknya ? Jakarta bebas dari “gepeng” dan tertata menjadi lebih baik. Sulit untuk menemukan pengemis ataupun gelandangan di ruas jalan protokol di Jakarta, bahwa tidak pernah ada pengemis yang melewati rumah saya ataupun berpesta pada hari Jumat. Kebijakan itu dilanjutkan oleh Gubernur selanjutnya hingga saat ini. Tapi tiba – tiba saya lihat di televisi beberapa waktu lalu pada saat Menteri Sosial Ibu Risma baru menjabat, beliau kok bisa mendapati pengemis berada dan tinggal di jalan Jendral Soedirman ya? Padahal Kawasan itu termasuk Kawasan yang menurut saya, semenjak awal 90an saja sudah sulit menemukan pengemis disana, heheheee.., ada fenomena apa ya? Hahahhaa atau jangan – jangan inikah yang dikatakan “pengemis milenial? Hehehee

Risma, Menteri Sosial RI - menemui pengemis di Jalan Jendral Soedirman. Fakta?

Tahun 2000an kita mengenal adanya pengemis yang menjadikan sebagai profesinya. Banyak sekali liputan, ulasan hingga pemberitaan dari berbagai media tentang hal tersebut. Di salah satu wilayah Jawa Tengah, kita pernah mengenal “kampung pengemis”. Dimana hampir semua warganya di wilayah tersebut bekerja di kota – kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan lainnya sebagai apa? Sebagai “pengemis”. Mereka akan kembali ke daerah asalnya pada saat – saat tertentu saja, misalkan pada saat musim panen ataupun lebaran. Kondisi rumah asli mereka di kampungnya sangatlah mewah, bahkan memiliki kendaan pribadi yang cukup mewah. So apa yang salah ya? Apakah pribadi mereka? Pemerintah, atau siapa ya? Kok bisa pengemis dijadikan profesi ya? Masih saya ngak sampai untuk berfikir kesana

Melihat dari pengertian kata “pengemis” diatas dan kondisi pengemis sesungguhnya yang saya ceritakan diatas, yuk kita samakan persepsi neh, yang namanya pengemis itu adalah orang yang meminta – minta kepada sesuatu kepada orang lain. Nah soal “milenial” kita yuk kita samakan persepsi bahwa milenial adalah era saat ini, dimana semua orang sangat tergantung pada teknologi informasi alias gadget. Jadi menurut saya pemahaman pengemis milenial adalah orang yang meminta sesuatu kepada orang lain pada era saat ini baik secara riil nyata maupun menggunakan gadget sebagai media mengemisnya. OK sepakat ya..,

Sudut pandang saya terhadap pengemis dalam pemahaman agama saya.,

Saya selalu berfikir janganlah kita meminta sesuatu kepada orang lain, mengapa demikian? Karena dalam ajaran agama pun sesungguhnya melarang untuk itu. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا ، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا ، فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ

Barangsiapa meminta harta kepada orang lain untuk memperkaya diri, maka sungguh, ia hanyalah meminta bara api, maka silakan ia meminta sedikit atau banyak[iii].

Dari hadist tersebut, bahwa kita sebagai manusia diminta untuk bekerja sendiri untuk mencari penghidupannya dan jangan meminta kepada orang lain. Dan jika memang terdesak maka diperbolehkan oleh Allah SWT dimana dalam firmannya :

وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ

Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya[iv]

Rasullullah SWT juga kita melarang untuk meminta – minta kepada orang lain. Seperti salah satu ayat lainnya yakni :

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّىٰ يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

Seseorang senantiasa meminta – minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya[v]

Melalui hadist ini menunjukkan bahwa meminta – minta kepada orang lain itu hukumnya haram. Oleh karenanya para ulama mengatakan bahwa tidak halal bagi seseorang untuk meminta sesuatu kepada orang lain kecuali dalam keadaan mendesak atau darurat.

Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، اَلْيَدُ الْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ، وَالسُّفْلَى هِيَ السَّائِلَةُ

Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan di atas yaitu orang yang memberi infak dan tangan di bawah yaitu orang yang minta – minta[vi]

Berdasarkan Al Quran dan Hadist diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan meminta – minta ataupun menjadi pengemis adalah hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Sebagai manusia kita seharusnya tidak pernah melakukan tindakan untuk menjadi “pengemis”.

Namun kenyataannya saat ini sangatlah berbeda, secara tidak sadar kita menjadi pengemis. Kok bisa? Pernahkah kita secara sadar meminta kepada orang lain, “tolong dong ak dikasih ini.. ak dikasih itu..” dimana sekarang yang sedang trend ikoy – ikoy.. ataupun giveaway yang secara sadar kita ikutan untuk kegiatan itu. Nah inilah yang menurut saya menjadi pengemis milenial sesungguhnya. Kok gitu? Itu kan hanya games, atau iseng – iseng saja? Bukan, ini bukan soal iseng – iseng ataupun games tetapi ini menyangkut harga diri kita!

Screenshoot DM soal ikoy - sumber : google

Allah SWT sudah memerintahkan untuk tidak meminta – minta kepada orang lain. Artinya kita harus jalankan perintah itu. Seperti berbagai ayat Al Quran dan Hadis yang saya sampaikan diatas. Dengan kita ikutan pada acara ikoy – ikoy tersebut maka dengan sendirinya kita merendahkan sekali diri kita. Memang kita bukan pengemis tetapi jika kita yang menjadi pengemis. Tidak secara fisik melainkan mental kita terbiasa untuk meminta sesuatu kepada orang lain.

Dari pengalaman saya yang saya lihat di acara ikoy – ikoy tersebut, orang – orang dengan sengaja melakukan DM (direct massage) kepada selegram tertentu untuk mendapatkan hadiah. Namun apakah ini menjadi suatu kewajaran ditengah masyarakat kita saat ini? Apakah mengemis itu menjadi hal biasa bagi anda semua? Cobalah kita kembalikan cara berfikir melalui akal yang sehat dan menggunakan hari nurani untuk memahaminya. Apakah kita wajar untuk menjadi pengemis? Merendahkan diri dan derajat kita sebagai manusia? Padahal sesungguhnya Allah SWT sudah mengharapkan untuk mengemis?

Ayo, kita kembali kepada fitrah kita sebagai manusia. Janganlah menjadikan diri kita sebagai pengemis! Berusaha lah dengan seoptimal mungkin terhadap kemampuan diri kita untuk keluarga kita!. Salam semangat..!!

[i] https://typoonline.com/kbbi/pengemis, diakses pada 24 September 2021

[ii] https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/milenial, diakses pada 24 September 2021

[iii] Shahih: HR. Muslim (no. 1041), Ahmad (II/231), Ibnu Majah (no. 1838), Ibnu Abi Syaibah dalam al–Mushannaf (no. 10767), al-Baihaqi (IV/196), Abu Ya’la (no. 6061), dan Ibnu Hibbân (no. 3384-at-Ta’lîqâtul Hisân)

[iv] Al Quran surat Adh Dhuha (93:10)

[v] Muttafaq ‘alaih: HR. Al-Bukhâri (no. 1474) dan Muslim (no. 1040 (103))

[vi] Muttafaq ‘alaih: HR. Al-Bukhâri (no. 1429) dan Muslim (no. 1033), dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image