Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vianida Hardiningsih

Andai Pandemi Pergi, Tetap Ingat Pesan IBU !

Gaya Hidup | Friday, 24 Sep 2021, 13:19 WIB
Sumber Foto: CNN Indonesia
Sumber Foto: CNN Indonesia

Pandemi Covid-19 menjadi bencana non-alam yang telah melanda berbagai negara tanpa terkecuali. Indonesia sendiri tak luput dari serangannya, berawal dari 2 (dua) kasus yang ditemukan di awal bulan Maret 2020, hingga sampai saat tulisan ini dibuat pandemi belum juga mereda, malah semakin berkembang dengan berbagai variannya. Tercatat hingga akhir September 2021, kasus terkonfirmasi di Indonesia bahkan telah mencapai lebih dari 4 (empat) juta kasus. Sungguh fakta yang memprihatinkan terutama bagi pihak yang merasakan langsung ujian pandemi.

Kini eksistensi Covid-19 telah masuk dalam hitungan tahun, dampaknya pun telah banyak dirasakan menghujam di berbagai sektor kehidupan. Krisis kesehatan membuat seluruh kegiatan masyarakat harus dilaksanakan di rumah, dari mulai bekerja, bersekolah, beribadah, dan aktivitas lainnya. Meski tak bisa dipungkiri kebijakan pembatasan mobilitas itu pun akhirnya juga berefek domino pada krisis di bidang ekonomi, geliatnya lesu hingga resesi tak dapat terelakkan. Masyarakat semakin kesulitan mencari sumber penghidupan, ditambah maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi dimana-mana.

Di sisi lain panic buying pun sempat terjadi, banyak oknum yang sengaja menimbun barang kebutuhan pokok dan penunjang kesehatan yang sedang naik permintaan hingga menjadi langka di pasaran. Kondisi semakin terasa kacau dengan pemberitaan di media setiap harinya tentang penambahan kasus Covid-19, kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai, hingga banyaknya tenaga kesehatan yang berguguran saat berjuang di garda terdepan melawan pandemi. Sungguh ironi yang menyesakkan.

Kilas balik pandemi Covid-19, menjadi pelajaran bagi kita bahwa apa yang terjadi di dunia adalah rencana Tuhan yang manusia pun tak bisa terka dan kendalikan. Namun, dalam menghadapinya kita tetap diberikan pilihan, bangkit dan ambil sisi positif atau terus terpuruk dalam tangis dan kesedihan. Pandemi memang identik dengan kisah pilu dan sedih, tetapi bukan berarti kita tak mampu mengambil sisi positif. Sebab masih banyak yang terus berjuang dengan keadaan yang tak mengenakkan, tanpa menyerah mereka terus mengumpulkan puing harapan dan hikmah kebahagiaan.

Pun dengan pandemi yang terjadi, banyak sekali habit baik yang diadaptasi. Di antaranya dari sisi kesehatan, masyarakat menjadi lebih sadar akan pola hidup sehat dengan menjaga kebersihan, makan bergizi, hingga berolahraga teratur. Dari sisi sosial tak dapat dipungkiri bahwa kita mulai beradaptasi dengan jalinan komunikasi yang memanfaatkan perantara teknologi. Semua aktivitas bermasyarakat dapat dilakukan secara daring hanya dari dalam rumah tanpa mengurangi esensi dari hidup bersosial. Kegiatan kemanusiaan di masa pandemi juga semakin gencar dengan pengumpulan donasi dan aksi sosial meski di tengah keterbatasan mobilitas.

Adanya konsep new normal yang digalakkan pemerintah pun semakin menambah geliat masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan yang semakin positif. Sehingga diharapkan semua pihak terlibat aktif kontributif dalam memanfaatkan teknologi untuk kemudahan akses informasi dan berbagi kebermanfaatan. Dampak positif terhadap adaptasi kebiasaan baru ini menjadi kabar baik yang harus disikapi secara bijak oleh masyarakat tentunya dengan ikut berpartisipasi dan berani memulai kembali kehidupan tanpa mengabaikan protokol kesehatan.

Hingga kelak jika pandemi ini benar-benar dinyatakan usai, nilai-nilai positif dari adaptasi kebiasaan baru itu tetap terjalin kuat dan melekat dalam kehidupan masyarakat. Setidaknya kesadaran sosial masyarakat tetap terjaga meski tak lagi dalam suasana pandemi, pemanfaatan teknologi pun diharapkan tetap dipelajari dan diadaptasi sebagai langkah kemajuan generasi, yang paling penting gaya hidup sehat harus tetap dijalankan meski nantinya tak perlu lagi was-was dengan serangan virus setiap hari.

Tetap ingat pesan IBU, begitu yang selalu diucapkan dan diingatkan berbagai pihak demi menjaga masyarakat tetap patuh pada protokol kesehatan. Saat pandemi pergi pun harapannya pesan IBU tak dilupakan. Jika pesan IBU sebelum pandemi berisikan himbauan untuk menaati protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak demi mencegah penularan virus, maka setelah pandemi usai pesan IBU bermakna ajakan untuk tetap I yaitu Ingat, B yaitu Bersiap, dan U yaitu Unjuk.

Pesan IBU dimulai dari huruf I yang bermakna ingat, artinya selalu ingat akan apa yang telah terjadi di masa pandemi lalu, jadikan pelajaran dan hikmah mendalam agar lebih berhati-hati dan bersemangat mengejar dan menata masa depan. B yang berarti bersiap, artinya masa setelah pandemi adalah waktu yang tepat untuk kembali bersiap menyemai harapan dan mimpi. Susun lagi target-target yang sempat terabaikan, jangan sampai terlena dengan fase pandemi dan mari kembali menata puing harapan. U yang berarti unjuk, sebab andai pandemi benar-benar pergi maka itulah waktunya kita unjuk aksi demi pencapaian dan kontribusi yang lebih luas lagi.

Infografis Pesan Ibu
Infografis Pesan Ibu

Jangan lupakan pesan IBU menjadi penyemangat untuk kita semua agar harapan itu tetap terjalin dalam doa, sebagaimana doa ibu selalu membersamai. Semoga pandemi benar-benar segera pergi dan kita dapat memulai kembali hidup baru dengan tetap menerapkan kebiasaan baik yang telah terpatri selama setahun belakangan ini. Meski hingga kini belum ada berita pasti kapan pandemi akan pergi tapi mari kita bersama-sama jalin kekuatan dan kebersamaan, untuk terus menyebarkan dan memberi harapan positif demi mewujudkan Indonesia bebas dari pandemi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image