Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Pandemi Pergi, Aktivitas Masyarakat Bergeliat Lagi

Lomba | Friday, 24 Sep 2021, 07:16 WIB
Sumber foto www.republika.co.id

Saya baru saja selesai salat subuh. Terdengar salam di depan rumah. Saya heran. Sepagi ini siapa yang nekat bertamu? Ternyata Mas Hisbul. Kening saya berkerut. Ada apa bertamu subuh-subuh begini? Bawa anaknya pula.

Setelah berada di ruang tamu dia menyampaikan kebutuhannya. "Ini minta maaf banget Mas Padil. Aku nggak enak ngomong. Tapi dari tadi malam aku nggak bisa tidur. Dada deg-degan terus. Jantungku kumat lagi. Jadi kalau bisa aku mau minta dulu obat, nanti kalau orderan sudah dibayar saya lunasi Mas."

Saya jualan obat herbal. Mas Hisbul sudah dua kali beli. Untuk mengobati sakit jantung. Selama mengkonsumsi obat itu dia merasa ada perubahan.

Mas Hisbul punya usaha percetakan. Sayang sering cetak buku atau spanduk digital ke beliau. Mas Hisbul bukanlah orang yang pelit. Sering ngasih harga miring. Anak saya sering dikasih uang jajan kalau ikut saat ambil orderan.

Selama pandemi ini usahanya sepi. Biasanya yang order adalah sekolah-sekolah dan kantor pemerintahan di sekitar tempat usahanya. Nah, selama pandemi ini sekolah libur. Siswanya belajar dari rumah. Kantor pemerintahan banyak yang tutup. Dulu banjir orderan sekarang sepi pelanggan. Sebelum pandemi dia banyak menolong, saat ini dia yang butuh ditolong.

Pemasukannya turun drastis. Pandemi sudah 1,5 tahun. Pernah beberapa bulan kosong orderan. Padahal dia punya 3 orang anak. Anak pertama kuliah, anak kedua di SMA, dan anak ketiga umur 4 tahun.

Pandemi akibat Covid-19 memberikan banyak dampak baik ekonomi, pendidikan, pariwisata, budaya, dan lainnya. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) banyak membuat masyarakat menjerit. Pemasukan berkurang drastis. Akibatnya, banyak yang protes. Misalnya pedagang kaki lima (PKL) yang mengibarkan bendera putih yang identik dengan kata 'menyerah'.

Saya seorang guru. Saat pandemi terkena dampaknya juga. Meskipun tidak separah orang lain. Sekolah saya swasta. Keuangan sekolah mengandalkan pembayaran orang tua. Sementara, banyak orang tua yang penghasilan usahanya menurun. Pembayaran ke sekolah pun tersendat. Hal ini mengakibatkan keuangan sekolah terganggu. Hampir 50 persen orang tua tidak bisa membayar tepat waktu. Belasan siswa pindah sekolah. Keuangan sekolah pun menurun.

Untuk menyiasati keadaan, sekolah melakukan penyesuaian. Ada guru yang dirumahkan. Saya 'hanya' dikurangi honornya. Memang sedih. Tapi dibanding yang lain, tentu saya masih lebih baik.

Sebetulnya saya punya usaha sampingan juga. Saya punya percetakan. Karena saya guru, saya menjalankan usaha secara tangan kedua. Jadi saya cetak ke percetakan lain. Saya sering melempar order ke Mas Hisbul.

Lumayan menambah penghasilan. Apalagi kalau akhir tahun, pesanan biasanya ramai, penghasilan semakin banyak. Di akhir tahun biasanya ada cetak ijazah, sertifikat penghargaan, spanduk, plakat, dan medali.

Saat pandemi sekolah tidak ada aktivitas. Perpisahan pun dilakukan secara virtual. Kondisi ini memuat orderan sepi. Kalau dulu usaha sampingan bisa sampai sama dengan gaji bulanan, saat pandemi ini bahkan tidak ada lagi.

Nah, kalau pandemi sudah pergi, berbagai aktivitas lancar kembali, saya senang sekali. Sekolah banyak kegiatan lagi, orderan ada lagi, penghasilan nambah lagi.

Sudah satu setengah tahun lebih kita mengalami. Mudah-mudahan pandemi segera pergi. Agar kehidupan semakin baik lagi.

Agar banyak orang kembali bekerja dan mendapatkan pekerjaan. Mas Hisbul kembali dibanjiri orderan. Tambah pemasukannya. Bisa menghidupi keluarganya dan dapat biaya kuliah anaknya.

Mobilitas masyarakat semakin lancar. Roda perekonomian bergerak mulus. Berbagai kegiatan pendidikan dan budaya kembali digelar. Pariwisata mengeliat kembali. Berbagai destinasi wisata ramai dikunjungi. Hal ini menyebabkan kan terjadinya perputaran uang di masyarakat. Dari pengunjung wisata, pengelola wisata, dan masyarakat sekitar.

Sekolah dibuka akan banyak membawa dampak bagi banyak orang. Orang tua senang anaknya kembali belajar, siswa dapat kembali belajar di sekolah, guru-guru pun bisa mengajar dengan lebih leluasa. Kalau sekolah mulai hidup dengan berbagai kegiatan, perekonomian masyarakat pun ikut hidup juga. Mulai dari pedagang atau warung di sekitar sekolah, tempat fotokopi, toko buku, studio foto, dan lainnya.

Pemilik usaha seperti Mas Hisbul pun bisa kembali mendapatkan pemasukan. Usaha percetakannya kembali menggeliat dan dapat orderan dari berbagai kegiatan sekolah. Biasanya dia mengerjakan foto kelas, foto/map ijazah, buku panduan prakerin, buku tahunan, spanduk, dan lainnya.

Di tempat usahanya ada beberapa sekolah. Jadi tidak hanya dari satu sekolah. Juga ada beberapa kantor pemerintah. Biasanya Mas Hisbul dapat pesanan seperti spanduk, map, amplop, buku panduan wisata, dan lainnya.

Perekonomian sebanding sejalan dengan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Semakin banyak kegiatan semakin naik pula perekonomian. Karena mobilitas sudah kembali normal, masyarakat pun bisa berkegiatan ke berbagai tempat.

Saya yakin bahwa pandemi ini terjadi karena kehendak Allah. Benar bahwa manusia yang menyebabkan adanya Covid-19. Kalau Allah tidak menghendaki, pasti pandemi tidak bakal terjadi. Jadi saat ini kita harus bersabar menghadapi pandemi. Namun, harus diikuti dengan usaha pencegahan dan pemberantasannya.

Mulai dari memakai masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan mengikuti vaksinasi. Bukan hanya untuk diri kita sendiri tapi juga untuk orang-orang di sekitar kita. Bisa jadi kita kuat karena imun kita kuat juga. Tapi bagaimana dengan keluarga kita? Orang-orang di sekitar kita? Nah, kita melakukan pencegahan demi mereka juga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image