Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Eunike Simanjuntak

Menikmati Kupat Lepet dan Opor selama Idul Fitri dengan kunjungan ke Tetangga dan Saudara

Agama | Wednesday, 18 May 2022, 12:16 WIB
Dokumentasi selama Idul Fitri 2022

Momen Idul Fitri ini menjadi ajang silaturahmi dan saling memaafkan kepada semua orang. Hal ini karena Idul Fitri merupakan hari yang suci, sehingga siap untuk mengawali lembaran baru. Banyak momen seru yang terjadi menjelang atau saat hari raya tiba. Meskipun momen itu selalu berulang setiap tahunnya, tetapi keseruan yang dirasakan tidak pernah hilang. ditambah lagi momen lebaran tahun ini cukup berbeda karena pandemi covid-19 mulai beralih menjadi endemi. Keadaan ini menambah semangat seluruh masyarakat muslim maupun non-muslim untuk melaksanakan mudik dan kegiatan kekeluargaan di daerah asalnya masing masing.

Momen kebersamaan pada Hari Raya Idul Fitri dapat mempererat silaturahmi antaranggota keluarga. Sebagian orang pasti memiliki kesibukan masing-masing sehingga jarang memiliki waktu berkumpul dengan keluarga. Oleh sebab itu, momen Lebaran 2022 ini menjadi sarana yang repat untuk berkumpul bersama kembali dengan keluarga dan sanak saudara. Tidak hanya berkumpul bersama, tetapi kita turut serta belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan lebih peka pada lingkungan sekitar. Momen kebersamaan yang menyenangkan dengan keluarga pada hari lebaran ini juga bisa meningkatkan mood kita dan membuat kita bersemangat kembali untuk kembali bekerja keesokan harinya. Kebersamaan itu pun juga menimbulkan rasa diterima dan diakui dalam keluarga. Momen berkumpul bersama keluarga di hari lebaran dapat menjadi sarana paling tepat untuk saling mengenal prinadi satu sama lain, membantu pembentukan karakter, dan meningkatkan jiwa bersosialisasi.

Saat lebaran, ada sejumlah hidangan yang dianggap wajib tersaji di meja makan. Dua di antaranya yang tak pernah terlewatkan adalah ketupat dan opor. Ya, lebaran sangat identik dengan ketupat dan opor ayam. Rupanya bukan tanpa alasan, setiap jenis hidangan khas Lebaran selalu memiliki makna filosofis yang mendalam, begitu juga dengan ketupat dan opor. Penyajian ketupat dan opor ayam menjadi wajib karena sekaligus sebagai simbol pengingat umat manusia atas segala kekurangan dan kelemahannya. Ketupat rupanya memiliki filosofi tersendiri dan sejarah yang panjang. Ketupat merupakan bagian dari tradisi Idul Fitri di tanah Jawa. Awalnya makanan ini dipopulerkan oleh salah satu dari Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga.

Ketupat berasal dari kata kupat yang memiliki makna ganda, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Laku papat alias empat tindakan yang dimaksud adalah luberan, leburan, lebaran, dan laburan. Keempatnya bermakna berakhirnya puasa, berbagi rezeki berlimpah dalam artian zakat fitrah, peleburan dosa dan memutihkan kembali hati.

Dokumentasi saat Menikmati Ketupat Lepet dan Opor

Tak cukup sampai di situ, penggunaan janur dan bentuk ketupat yang khas pun memiliki arti tersendiri. Secara fisik, anyaman ketupat juga merupakan simbol jalan hidup manusia yang penuh dengan permasalahan, penuh dengan liku-liku. Sementara itu, daun kelapa muda yang mudah dibentuk, masih lentur, dan memiliki kondisi yang masih baik, secara filosofis menggambarkan sifat manusia yang dapat dibentuk, diarahkan, dididik agar hidupnya selalu indah. Selanjutnya, penyajian opor sebagai teman makan ketupat saat Lebaran juga bukan tanpa alasan. Opor dibuat dengan kuah santan, sementara santan memiliki bunyi yang mirip dengan pangapunten. Kata ini berarti permintaan maaf di dalam bahasa Jawa. Jadi penyuguhan opor sebagai pendamping ketupat memiliki makna simbolis mengakui kesalahan dengan tulus dan diikuti permintaan maaf.

Pada saat lebaran, masyarakat melakukan open house atau membuka rumah untuk di datangi oleh tetangga lainnya. kegiatan itu biasanya dilakukan dengan bermaaf maafan dan dilanjutkan dengan makan. setiap rumah biasanya menyediakan makanan untuk disuguhkan kepada tetangga yang berkunjung ke rumahnya dan juga saling memberikan wisit atau uang lebaran untuk anak anak. silaturahim antar tetangga ini bertujuan untuk meningkatkan keakraban antar masyarakat sekitar dan rasa tolong menolong.

Kondisi ini kembali lagi setelah 2 tahun yang begitu mencekam, dimana saat saat berbagai larangan pembatasan aktivitas yang di keluarkan oleh pemerintah, guna memutus rantai penyebaran covid. Momen-momen dimana tidak di adakanya solat Id dan tak bisa berjabat tangan langsung untuk bermaaf-maafan bersama sanak saudara maupun tetangga sekitar. Tetapi hal itu semua sudah kita lewati, kita sudah berhasil bersama-sama memutus rantai penyebaran covid, sehingga terdapat momen-momen yang baru dan berbeda di hari Lebaran tahun ini. Hal itu di buktikan oleh munculnya berbondong-bondong para pemudik dengan niat dan tujuan yang sama, yaitu ingin berkumpul, berjabat tangan langsung, bahkan menikmati opor dari kampong halaman, hal ini lah yang sangat mereka rindukan setelah 2 tahun tidak menikmati indahnya momen momen kebersamaan di hari Lebaran.

Dokumentasi saat berkunjung ke Tetangga dan Saudara

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image