Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Pandemi, Kereta Api, dan IBF

Lomba | Thursday, 23 Sep 2021, 14:02 WIB

“Ayah, kapan bisa naik kereta? Kapan naik commuter line?" rengek kedua anak saya bergantian pada suatu pagi.

Rengekan ini bukan pertama kali diucapkan. Sudah berkali-kali anak saya bilang pengin naik commuter line.

"Belum bisa, Mas Jundi, Dek Firaz. Kita belum bisa naik kereta."

Dek Firaz yang umurnya 4 tahun masih hafal alasannya.

"Karena korona ya?"

"Iya. Adek masih ingat rupanya."

Selama pandemi Covid-19 ada peraturan kalau anak-anak dilarang naik kereta.

“Kenapa sih ada korona, Yah?”

“Virus korona itu dikirim oleh Allah untuk menguji manusia. Salahnya manusia juga sih yang merusak alam sehingga penyakit itu muncul..” Saya sibuk menjelaskan kepadanya kenapa ada virus Covid-19.

Anak-anak sering menonton kereta api di YouTube. Anak-anak sangat suka kalau naik kereta api. Terakhir kami naik kereta api pada Februari 2020. Saat itu kami berkunjung ke Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.

Saat pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, mobilitas dibatasi, sehingga kami tidak bisa jalan-jalan naik kereta api. Pandemi sudah 1,5 tahun. Selama itu pula anak-anak saya menahan keinginannya naik kereta api.

Sebagai gantinya mereka sering minta nonton kereta api lewat. Biasanya kalau akhir pekan saya ajak ke stasiun atau ke tempat kereta lewat. Kami menuju ke tempat yang aman untuk nonton kereta api. Pulang kalau sudah nonton tiga hingga empat kereta api lewat.

IBF dan Kereta Api

Hampir setiap IBF keluarga saya selalu hadir. Mulai dari yang diadakan di Senayan, lalu pindah ke JCC. Ke IBF itu tidak harus selalu beli buku. Banyak manfaat yang kita dapat ketika pergi IBF.

1. Menumbuhkan Budaya Membaca Keluarga

Untuk meningkatkan literasi keluarga, supaya keluarga terutama anak-anak punya bacaan bermutu karena buku yang dijual di sana pun bermutu, bisa juga dapat buku murah bahkan buku gratis. IBF jadi sarana untuk menambah koleksi buku baru. Kalau ada buku, anak akan suka membaca. Begitu juga orangtua.

2. Temu Penulis

Di acara IBF juga sering diadakan temu penulis. Bahkan ada bincang-bincangnya pula. Kita bisa ketemu penulis top di Indonesia seperti Habiburrahman El shirazy, Hanum Salsabiela Rais, Salim A Fillah, Ustadz Oni Sahroni, Akmal Nasery Basral, Ustad Adrian Mafatihullah, dan lainnya. Kapan lagi bisa ketemu atau foto bareng dengan penulis. Bahkan, kalau bisa ngobrol, kita bisa minta didoakan menjadi penulis seperti mereka.

3. Sebagai Sarana Rekreasi Keluarga

Ini juga yang punya banyak manfaat. Rekreasi keluarga itu sangat penting. Supaya menambah keakraban antar anggota keluarga. Sebab di jalan bukan sekadar melihat pemandangan tapi juga mengalami berbagai pengalaman yang berharga. Seperti mengantre di kereta, makan bareng di jalan, saling membantu dan menjaga selama di perjalanan, menunaikan salat saat di perjalanan, dan melihat berbagai kejadian hebat lainnya.

4. Sarana Main Anak

Di IBf tidak ada juga mainan anak-anak. Ini jadi kesempatan buat anak-anak mendapatkan dan mengalami permainan yang tidak biasa dilakukannya. Ada mandi bola, panahan, buldoser, main pasir, dan lainnya. Bahkan anak-anak sering dapat balon gratis.

5. Kuliner

Panitia juga menyediakan tempat makan untuk pengunjung yang lapar saat berkeliling stan perbukuan. Kita bisa memilih menu makanan yang disuka.

6. Ketemu Teman

IBF ini sangat terkenal. Banyak pengunjungnya dari berbagai daerah. Tidak hanya dari Jakarta saja. berkunjung ke pameran buku ini bisa mempertemukan dengan teman lama atau teman sekampus dulu. Saya pernah ketemu teman kuliah semasa di Padang, Sumatra Barat dulu juga di IBF 2020.

7. Dapat Banyak Inspirasi

Pengunjung IBF sangat banyak. Setiap hari membludak. Kita bisa dapatkan inspirasi dari pengunjung IBF. Bahkan dari sajian yang tidak terduga. Saya pernah ke IBF hari Jumat. Salat Jumat diadakan di dalam JCC. Panitia menyediakan tempat untuk salat Jumat. Di saat khutbah itu saya sangat terkesan dengan khatib yang menyampaikan khutbah dengan isi yang sederhana tapi memukau, mudah dicerna, dan enak didengar.

8. Memotivasi Jadi Penulis

Berkunjung ke IBF bisa memotivasi untuk jadi penulis. Saat ketemu penulis, melihat mereka berbicara di depan umum, rasanya pengen juga jadi penulis seperti mereka. Selama ini melihat buku orang lain yang dipajang di stan. Mudah-mudahan esok hari buku kita yang dipajang di stan.

Kalau IBF kembali diadakan, saya sangat ingin kembali mengunjungi IBF. Biasanya kami punya strategi. Kami hadir bukan di akhir pekan, tapi antara Senin-Kamis. Ada risikonya tidak ketemu penulis-penulis keren itu. Tapi tidak apalah. Kami lebih memilih suasana nyaman di IBF. Saat itu pengunjung tidak begitu ramai.

IBF seperti surganya ilmu. Bagaimana tidak, di mana-mana ada buku. Jalan sebentar ada buku. Kanan kiri penuh buku. Ingin sekali memborong semua buku. Namun, apalah daya keuangan terbatas. Jadi harus memilih buku yang benar-benar diinginkan. (Eh, sebetulnya semua buku dinginkan).

Agar pengeluaran tepat untuk mendapatkan buku yang dibutuhkan sebelum berangkat kami sudah menyusun daftar buku yang akan dibeli. Caranya kami cari dulu di toko online-nya. Tulis sebanyak mungkin buku yang bagus dan yang akan dibeli. Lalu dipilih lagi mana yang prioritas dan sesuai daya beli.

Sebetulnya tidak setiap IBF kami borong buku. Karena kadang masih ada buku yang belum dibaca yang dibeli tahun lalu. Walaupun tidak mau borong buku, kami selalu ke IBF. Ya hitung-hitung rekreasi, naik kereta atau jalan-jalan tadi. Meskipun, saat di IBF pasti ada aja yang dibeli.

Berkunjung ke IBF dan naik kereta api merupakan satu paket yang tidak terpisahkan. Banyak nian pengalaman yang kami dapatkan saat ke IBF. Mudah-mudahan pandemi segera pergi agar bisa ke IBF lagi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image