Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Santi Aris

Tantangan Belajar di Masa Pandemi

Guru Menulis | 2021-09-22 11:14:24

Pandemi ini tidak terasa 18 bulan telah mengiringi kehidupan kita. Masih teringat jelas 2 bulan setelah bayiku lahir di Bulan Desember kala itu, dunia dihebohkan dengan makhluk mini Allah yang bernama virus Corona. Nama virus yang mirip dengan salah satu mobil sedan keluaran Toyota.

Sekolah-sekolah yang dibangun fisiknya berupa gedung megah dengan fasilitas lengkap seakan berjeda. Dunia kini memiliki tatanan baru. Semua pembelajaran beralih menjadi pembelajaran online atau daring (dalam jaringan). Sapaan hangat,riuh tawa renyah dan wajah-wajah ceria anak-anak di sekolah tak lagi kurasa. Ponsel, laptop dan beberapa aplikasi kini yang mengisi hari-hari.

Sebagai ibu muda yang baru punya bayi tentu bahagia jika harus bekerja dari rumah.Namun, semangat mengajar tak boleh berhenti karena pandemi. Kegiatan pagi yang biasanya diawali dengan salim, senyum, sapa dan salam dilanjutkan sholat dhuha lalu membaca al matsurat. Motivasi pagi di kelas bersama wali kelas , murojaah dan hafalan di kelas al qur'an semuanya kini berganti dari layar laptop dan ponsel.

Belajar daring di desa (sumber:Republika.co.id)

Tantangan pembelajaran di masa pandemi seperti kuota dan susahnya sinyal jika siswa dan guru berada di pedesaan, kurang siapnya siswa dimana baterai ponsel sering habis ketika pembelajaran, juga tidak samanya siswa masuk kelas online. Bisa dikatakan lebih susah menyamakan frekuensi jika tidak bersama dalam satu kelas.

Sebagai seorang pendidik yang harus dilakukan adalah bagaimana kita segera beradaptasi dengan keadaan dan hal apa yang harus segera kita lakukan. Mulai dari mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) edisi pandemi dengan tetap mendahulukan kegiatan belajar diawali dengan ayat -ayat al qur'an terkait materi dalam pembelajaran seperti salah satunya pada bab pengukuran siswa membaca ayat al Qur’an yang berhubungan dengan pengukuran yaitu QS. Al Qomar ayat 49 (“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”) dan QS. Al Furqon ayat 2 (“Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya”) sebagai agenda tadabbur, perenungan dan mengajak siswa selalu mendahulukan Allah dalam segala sesuatu. Dilanjutkan dengan menata niat belajar hanya karena Allah dan tak lupa diakhir materi menarik simpulan dan refleksi pembelajaran.

Perhatian ibadah harian siswa yang menjadi prioritas dimana adab dulu sebelum ilmu sebagai pilar akhlak dilakukan dengan pengisian mutaba'ah melalui google form. Kegiataan pembinaan pekanan tetap berlangsung juga melalui online sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Rasa jenuh sering memandang layar ponsel dan laptop kadang menghampiri juga. Kandungan radiasi pada ponsel lowbat cukup tinggi sehingga tubuh kita mendapat kelebihan energi elektromagnetik seperti yang pernah dibahas oleh dokter Zaidul Akbar menyadarkanku harus bisa menyeimbangkanya. Sekedar menghirup udara pagi yang segar, berkebun, melihat tanaman di rumah, memasak merupakan healing space yang murah dan menyenangkan.

Selain adanya tantangan juga ada kemudahan yang dapat kita rasakan ditengah pandemi ini. Seminar yang biasanya offline kini berganti dengan webinar. Dalam sehari saja kita bisa belajar dari banyak webinar dengan pembicara nasional yang biasanya jarang bisa kita lakukan. Tidak ada kata lain selain syukur hanya kepada Allah. Apapun keadaanya, proses belajar dan mengajar sepanjang hayat harus tetap berlangsung karena niat kita hanya mengharap ridho Allah.Semoga pandemi ini segera usai agar pembelajaran langsung ke alam dapat kita lakukan bersama-sama siswa dengan hati yang riang. Selamat berjuang para guru, guru hebat bangsa kuat!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image