Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amir Mahmud Hatami

Memperteguh Habitus Gotong-Royong dan Rasa Saling Percaya Antar Anak Bangsa Pasca-Pandemi

Lomba | Wednesday, 22 Sep 2021, 10:12 WIB
i Republika.co.id  " />
Foto diambil dari Republika.co.id

Sudah hampir satu tahun lebih rakyat Indonesia hidup di tengah ancaman Covid-19. Virus mematikan yang masuk pada 2 Maret 2019 tersebut, berhasil membuat babak belur segenap aspek kehidupan masyarakat. Pasalnya, tercatat sudah hampir puluhan ribu nyawa manusia melayang dalam waktu yang begitu singkat.

Daya upaya pemerintah mencegah mewabahnya virus secara masif, mengikuti petunjuk dari World Health Organization (WHO), yakni: Penggunaan masker, hand sanitaizer, menjaga jarak, sampai melakukan vaksinasi pada setiap masyarakat dan terus digenjot oleh pemerintah pusat sampai daerah.

Tidak hanya mengikuti anjuran dari WHO, pemerintah Indonesia pun ikut ambil bagian dengan strategi Lockdown-nya, juga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang disesuaikan dengan tingkat keparahan dalam lonjakan kasus positif di setiap daerah.

Kebijakan Lockdown dan PPKM, tak pelak berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia secara langsung. Hampir seluruh pusat-pusat perbelanjaan, tempat hiburan, pedagang kecil terpaksa menghentikan sementara bisnis mereka hingga batas waktu yang tidak ditentukan (sampai menurunnya kasus terpapar Covid-19 disuatu menurun). Hal tersebut lantas berpengaruh pada nasib banyaknya pegawai yang terpaksa harus dirumahkan—menjadi pekerja paruh waktu dan tidak sedikit juga yang di berhentikan (PHK).

Kondisi semakin diperparah dengan mebeludaknya jumlah tenaga kerja baru yang berasal dari berbagai lulusan menengah sampai perguruan tinggi. Mau tidak mau, masyarakat yang dipaksa oleh keadaan (lowongan pekerjaan sedikit atau diberhentikan) di tuntut agar memutar otak untuk mendapatkan penghasilan guna bertahan hidup.

Hadirnya program bantuan dari pemerintah; berupa bantuan sosial; bimbingan pelatihan kerja beserta insentif dan lain sebagainya, sangat-amat dibutuhkan oleh masyarakat yang terdampak Covid-19. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia yang masih tergolong sebagai negara berkembang belum mampu sepenuhnya membiayai seluruh rakyat dengan beragam jaminan sosial.

Kabar bertajuk 'Beban Berat APBN dan Utang Pemerintah' perihal resesi ekonomi Indonesia. Memuat pernyataan dari Mantan menteri keuangan Fuad Bawazir yang menjelaskan bahwa krisis terjadi akibat APBN yang keluar untuk menangani Covid-19 tidak digunakan secara efektif, ditambah hutang negara yang dapat membengkak dan korupsi yang kian merajalela (Republika, 1/8/2021). Selain itu, kita juga harus memikirkan masalah lainnya, seperti: bencana alam yang kerap terjadi di bumi pertiwi.

Kendati demikian, secercah cahaya bukan tidak mungkin bersinar dikala mendung yang tak berujung. Di tengah ketidakpastian kapan Covid-19 berakhir, integritas nasional yang sering mati suri akibat tergilas arus modernisasi yang merongrong nilai-nilai Pancasila, kini, mulai bangkit dari tidur panjangnya.

Republika.co.id" />
Sumber foto: Republika.co.id

Berkat semangat gotong-royong dan rasa saling percaya antar anak bangsa, sedikit demi sedikit jawaban dari banyaknya persoalan bangsa pun mulai tercicil tuntas; dari minimnya tenaga medis, fasilitas kesehatan, dan bantuan sosial perlahan-lahan dapat tercukupi.

Di samping itu, slogan-slogan ajakan seperti: "Rakyat Bantu Rakyat”, gencar bertebaran dengan harapan meruntuhkan dinding penyekat yang telah lama memisahkan kelas, suku, golongan, agama, dan ras dari sang liyan. Meredam egosentrisme untuk mulai bergerak meringankan beban saudara sebangsa.

Kembali menuang tinta di lembar sejarah bangsa

Jika dahulu rakyat hidup ditengah desing peluru sampai rela bermandikan darah untuk mengusir musuh bersama, yakni: praktik imperialisme dan kolonialisme bangsa lain. Saat ini, ancaman berasal dari virus mematikan yang menyerang pernapasan.

Kita sudah banyak mengetahui dari berbagai sumber mengenai kondisi zaman di masa penjajahan yang sarat akan penderitaan. Juga, memahami secara paripurna bagaimana penderitaan rakyat termanifestasi dengan merebut kembali kemerdekaan dari cengkraman penjajah. Namun, jarang sekali bagi kebanyakan dari kita yang mencerap kandungan nilai etika dan moral dalam sejarah bangsa untuk diaplikasikan kedalam kehidupan berbangsa.

Berabad-abad lamanya hidup dibawah tekanan Belanda, dan dilanjutkan dengan pendudukan Jepang. Rasanya, tidak cukup jika hanya mengandalkan rasa senasib saja. Sebab, para Founding Father pun turut meyakinkan (Trust) rakyat tentang indahnya kemerdekaan.

Sama halnya seperti di masa pandemi saat ini, rasa senasib dan empati melahirkan semangat gotong-royong untuk saling membantu meraih kemenangan. Nasib yang tidak mengenakkan di ibaratkan sebagai bahan bakar yang harus dimanfaatkan oleh seorang yang paham; bagaimana cara menjalankan sebuah kereta yang masing-masing gerbongnya sudah terisi banyak penumpang.

Beda cerita, jika kereta tersebut dikendarai oleh orang yang tidak paham seluk-beluk sistem pengoprasian kereta. Sudah tentu kita sebagai penumpang akan mengurungkan niat untuk menumpang kereta tersebut.

Kereta api menjadi sebuah analogi yang dapat menjelaskan bahwa narasi besar “Gotong-royong” hanya sambil lalu (sekedar terpampang pada mading, baliho, dsb) jika tidak didahului oleh rasa saling percaya antara anak bangsa.

Negara yang kini usianya sudah menginjak 76 tahun, tidak akan mampu menopang beratnya beban sendirian. Menteri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menegaskan, bahwa pemerintah mengakui banyak terbantu berkat bantuan (material dan non material) yang diberikan oleh kelompok-kelompok strategis di luar pemerintah. Menurutnya jumlahnya hampir menyentuh 70 persen, mengungguli ikhtiar pemerintah dalam menangani Covid-19 (Republika, 30/8/2021).

Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dengan rakyat, pemerintah dengan pengusaha, pengusaha dengan rakyat, dan rakyat dengan rakyat merupakan kunci serbaguna yang dapat membuka pintu masalah tentang kapan Covid-19 berakhir, dan juga segala tantangan bangsa kedepan yang masih tergembok.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image