Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dwi Noviantoro

Pelangi Pasca Badai COVID-19

Lomba | Tuesday, 21 Sep 2021, 03:51 WIB
Sumber:www.republika.co.id

Jam di rumah saya menunjukkan pukul 07.00 WIB. Saya yang telah berpakaian rapi dan sopan lalu pergi ke ruang kerja saya, untuk menghadap ke ‘teman akrab’ saya yakni komputer Hampir setiap hari saya menengok layar komputer saya, bisa berjam-jam lamanya saya di depan layar komputer saya. Biasanya dulu tepatnya sebelum pandemi COVID-19 ini, saya maksimal hanya menatap layar komputer saya 3 jam lamanya. Kini, saya bisa berhadapan dengan layar komputer saya sekitar 7 jam! Dan itu belum termasuk ‘bonusnya’ loh! Hal yang saya juga terjadi ketika saya berhadapan dengan gawai/gadget saya yang lain seperti handphone/HP dan laptop.

Ya, efek pandemi COVID-19 yang membuat Pemerintah Republik Indonesia (RI) bersama Satuan Tugas (Satgas) Penanganan dan Penanggulangan COVID-19 menerapkan kebijakan lockdown (karantina wilayah) pada tahun 2020 yang beralih ke Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak awal tahun 2021 untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Salah satu peraturannya adalah melakukan pembatasan aktivitas di tempat kerja/perkantoran dengan menerapkan kerja dari rumah (Work From Home/WFH) sebesar 75% dan kerja dari kantor (Work From Office/WFO) sebesar 25% dengan memberlakukan protokol kesehatan (prokes) secara lebih ketat.

Sudah sekitar dua tahun pandemi COVID-19 berkeliaran dan menggentayangi semua orang. Awal mula ditemukan di sebuah kota bernama Wuhan, China pada tahun 2019 kini berkembang menjadi pandemi yang menyebar ke seluruh negara di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Menyebabkan banyak sekali bidang mengalami gangguan salah satunya adalah mata pencaharian. Lantaran peraturan PPKM salah satunya adalah membatasi kegiatan tatap muka dan membatasi jam operasional kantor maksimal pukul 19.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Oh, ya, tampaknya Anda penasaran dengan pekerjaan saya kan? Mau tahu? Saya bekerja sebagai seorang freelancer yang mengkhususkan diri di bidang desain grafis dan translator/jasa penerjemah. Pekerjaan yang mengharuskan saya akrab dengan gawai seperti komputer, laptop dan HP. Saya yang awal mulanya gaptek (gagap teknologi) mau tak mau belajar tentang teknologi masa kini demi pekerjaan saya. Saya biasanya mengerjakan tugas saya bersama teman-teman seprofesi, entah di kafe, rumah teman, perpustakaan umum, taman, dll. Tak jarang kami saling bertukar pendapat tentang pekerjaan kami masing-masing, saling memberi kritik dan saran kepada sesama. Canda tawa dan ledekan menjadi penambah rasa waktu kami saling berkumpul bersama. Sesuatu yang kini menjadi kenangan hanya bisa kami lakukan lewat layar gawai kami.

Sesuai peraturan PPKM, aktivitas kumpul dan bekerja di kantor atau tempat yang mengundang kerumunan menjadi hal yang dibatasi guna menekan persebaran COVID-19 yang masih merajalela. Aktivitas seperti bekerja, belajar-mengajar, transaksi pasar dan lainnya kini lebih banyak dilakukan secara online atau daring. Jadilah, saya kini semakin akrab dengan gawai-gawai saya baik dalam bekerja maupun berkomunikasi. Tak berlebihan saya yang dulu gaptek, kini menjadi nomophobia (kecanduan terhadap gawai seperti HP, komputer, dll).

Tentu, saya berharap pandemi ini segera berakhir dan semua bisa pulih seperti sediakala walau memang tak mudah. Dan sebagaimana pepatah berbunyi “Ada pelangi setelah hujan” yang artinya setelah hal buruk yang terjadi tentu ada hal baik yang bisa diambil. Pandemi ini memang telah merenggut banyak hal dalam kehidupan kita, banyak orang meninggal karena COVID-19, membuat masyarakat mayoritas waktunya yang menghabiskan waktu dengan gawai mereka, banyak sampah plastik bekas peralatan kesehatan dan keselamatan COVID-19, terbatasnya waktu untuk bertemu dengan keluarga dan teman-teman, pembatasan aktivitas di luar rumah, dll. Diakui atau tidak, hal-hal buruk setelah pandemi tetap akan ada di ingatan dan sulit dilupakan.

Namun tentunya tetap ada hal-hal baik atau hikmah dibalik semua hal-hal buruk akibat pageblug/bencana wabah COVID-19. Diantaranya adalah: tingkat melek teknologi yang relatif tinggi pada masyarakat terutama generasi millenial karena saat pandemi kegiatan lebih banyak dilaksanankan secara online/daring, banyaknya lapangan pekerjaan lantaran banyak orang terutama generasi millenial yang membuka usaha-usaha untuk bertahan hidup di tengah pandemi, meningkatnya kepedulian masyarakat kepada sesama karena kesadaran dan kesamaan nasib sebagai orang yang tengah berjuang menghadapi COVID-19, kembalinya ekosistem alam yang rusak akibat ulah manusia sebelum pandemi, dll.

Maka dari itu, sebagaimana semboyan bangsa dan negara Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika yang artinya “berbeda-beda tapi tetap satu jua” mari kita bersama, mengesampingkan segala perbedaan bersatu untuk menghadapi pandemi COVID-19 ini. Niscaya, setelah bencana pandemi ini akan ada pelangi yang sangat indah untuk kita semua. Ayo, Indonesia bisa! Kita pasti bisa!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image