Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Saleh Arifin Ritonga S.Pd

Memori Yang di Rindukan Setelah Pandemi Berakhir

Lomba | Monday, 20 Sep 2021, 11:22 WIB

Pandemi oh pandemi. Cepatlah ia sirna dari permukaan bumi ini. Pandemi sudah meluluh lantakan perekonomian negara dan membuat manusia menjadi susah. Lihatlah, pelaku UMKM mengeluh bahkan terjadi penurunan penjualan. Di sektor pariwisata menjadi lesu karena aturan pemerintah membuat manusia harus di rumah saja. Di bidang pendidikan, semua pembelajaran tatap muka di hentikan. Pemerintah membuat keputusan untuk memindahkan proses pembelajaran yang tadinya di sekolah menjadi di rumah. Di lingkungan kerja, karyawan harus bisa bekerja dari rumah. Kalaupun ada karyawan yang bekerja di kantor harus mengikuti protokol kesehatan, seperti penyediaan hand sanitizier, penyediaan fasilitas cuci tangan, pendeteksi suhu tubuh, memakai masker dan jaga jarak. Intinya, semua aspek kehidupan manusia mengalami perubahan.

Andai pandemi ini berakhir, manusia akan berpesta riah atau melakukan perayaan yang luar biasa untuk meluapkan rasa kesenangan. Bisa jadi perayaan ini lebih mewah dan besar daripada perayaan hari raya atau pembukaan olimpiade/asian games. Manusia dapat makan di restoran kembali. Rumah makan atau restoran bisa buka kembali tanpa ada jadwal dan razia dari Satgas Covid-19. Bisa mengajak keluarga untuk menikmati masakan yang enak dan lezat. Anak-anak muda bisa nongkrok di kedai atau di restoran sambil ketawa dan tersenyum. Manusia dapat berkumpul kembali dengan teman-teman. Betapa senangnya manusia bisa bertemu secara physically dengan orang-orang yang dicintai, teman kantor ataupun dengan yang lainnya tanpa ada aturan dari Satgas Covid-19. Manusia dapat melakukan kerumunan seperti mengadakan pesta perkawinan, perayaan keagamaan ataupun seminar nasional. Manusia bisa pergi ke salon untuk melakukan perawatan diri, atau pergi ke mall untuk berbelanja tanpa menunjukkan sertifikasi vaksin.

Andai pandemi berakhir, manusia dapat kembali melakukan wisata dan travelling. Wabah virus corona yang melanda seluruh dunia, menyebabkan manusia harus membatalkan rencana travelling. Wisata dan travelling sudah menjadi kebutuhan manusia. Dengan travelling, manusia dapat mengurangi stress dan membuat pikiran menjadi lebih rileks. Disamping itu, travelling juga dapat menjaga tubuh tetap fit, menambah teman serta menyeimbangkan emosi. Hal ini karena saat berlibur, maka pikiran menjadi lebih damai dan tenang. Jika manusia dapat berwisata, maka perekonomian negara dapat bersinar lagi. Hal ini kita ketahui bahwa sektor pariwisata sebagai sumber kontribusi devisa terbesar kedua bagi Indonesia.

Andai pandemi berakhir, betapa senangnya jemaah Indonesia yang akan naik haji. Mereka bisa berangkat ke tanah suci untuk melakukan ibadah. Umat Islam meyakini bahwa pelaksanaan ibadah haji sebagai mahkota ibadah dalam Islam dan cita-cita seumur hidup umat Islam di mana pun. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima yang menjadi dambaan setiap muslim untuk melaksanakan kewajibannya bagi yang mampu, baik secara fisik dan materi.

Andai pandemi berakhir, betapa senangnya pecinta dan pemain sepak bola di tanah air maupun di dunia. Para supporter bisa menonton secara langsung dan memberikan teriakan semangat kepada tim favoritnya. Bermain sepak bola tanpa ada penonton dan supporter, sepertinya kehilangan marwah dari permainan sepak bola tersebut. Bagi pemain, mereka juga tidak akan di swab pada saat mau bertanding dan boleh melakukan kontak langsung dengan para supporter.

Andai pandemi berakhir, betapa senangnya masyarakat bisa menonton di bioskop. Meski teknologi sudah menghasilkan ratusan ribu keping VCD, DVD atau you tube yang bisa menyajikan tayangan film di rumah, namun tetap saja nonton bioskop memiliki dimensi tersendiri sebagai sebuah aktifitas hiburan.

Andai pandemi berakhir, maka pelaku UMKM dan pelajar/mahasiswa dapat bersemangat lagi. Pelaku UMKM bisa berusaha dan berjualan tanpa ada batasan waktu dan tanpa ada ketakutan razia dari Satgas Covid-19. Sekolah bisa melanjutkan pembelajaran tatap muka kembali. Siswa tidak lagi memakai masker ke sekolah, menjaga jarak dan tidak ada lagi pembelajaran tatap muka terbatas.

Banyak andai yang bisa dituliskan. Segala hal yang diandaikan adalah hal yang paling diimpikan manusia. Manusia perlu sebuah kata andai sebagai pembakar semangat hidup dalam berjuang. Bahkan sekelas presiden pun dulunya hanya berandai-andai. Saking semangatnya, pemerintah membuat prokes dan melakukan vaksinasi untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Walau pada kenyataannya, kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir. Kita masih dibawah bayang-bayang ketakutan Covid-19. Manusia harus berandai-andai untuk mengejar tujuan hidup, asal andai itu tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Sekali lagi manusia harus semangat dan optimis agar bisa segera mewujudkan perandaiannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image