Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image R Garqilla Syahwarinda Permana M

Andai Pandemi Pergi: Tentang Optimisme untuk Kehidupan

Lomba | Monday, 20 Sep 2021, 05:27 WIB

Novel Coronavirus, temuan virus yang membawa penyakit bernama Corona Virus Disease 19 (COVID-19) telah membuat dunia global terjatuh, terpuruk dan menggoyahkan perekonomian.

Dilansir dari situs resmi BNPB, pada 13 April 2020, bahwa Presiden Ir. Joko Widodo resmi menetapkan bahwa COVID-19 sebagai bencana non-alam di dalam Keputusan Presiden no. 12 tahun 2020.

Sudah satu tahun lebih sejak ditemukannya virus yang mewabah di tengah kehidupan masyarakat dunia, hingga bumi pertiwi pun tidak terlepas dari dampaknya. Tercatat, pada tanggal 2 Maret 2020 untuk pertama kalinya, dikonfirmasi bahwa adanya warga negara Indonesia yang terinfeksi. Hingga saat ini, penularan masih terus terjadi. Penambahan kasus masih berjalan, seiring dengan terjadinya mobilitas. Kendati demikian, beragam upaya yang direncanakan oleh pemerintah, serta masyarakat pun telah dilakukan untuk bisa, sekiranya, menghambat laju penularan wabah penyakit ini.

Seperti dengan melakukan protokol kesehatan 3M: Memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Serta memberikan bantuan sosial kepada masyarakat kurang mampu yang terdampak.

Satu per satu, orang-orang kian terdampak dari ganasnya wabah ini. Banyak dari mereka yang harus kehilangan pekerjaan, putus pendidikan, bahkan kehilangan orang tercinta. Hari-hari bersama wabah kian terasa berat. Semangat melanjutkan kehidupan seakan perlahan padam, seiring dengan menurunnya tingkat optimisme warga yang menyusut di tengah pandemi.

Wabah ini adalah cobaan berat untuk kita sebagai bangsa. Banyak yang berandai akan akhir dari cobaan ini, namun seakan semua hanya angan. Belum lagi, dengan ribuan berita yang masih harus dipertanyakan kebenarannya. Tentu saja, hal itu membuat masyarakat awam merasa bingung, harus percaya yang mana?

Meskipun banyak yang telah terdampak, rupanya tak sedikit orang baik yang berhati mulia. Mereka yang tidak segan, berjuang membantu memulihkan keadaan. Mereka yang rela untuk memberi semangat dan saling memotivasi. Juga, mendukung orang lain agar orang lain tetap bisa berdiri kokoh. Mereka, sang Pembawa Harapan di tengah keputusasaan akan badai wabah yang tak kunjung pergi.

Para Tenaga Kesehatan (Nakes) adalah garda terdepan dalam penanggulangan wabah ini. Mereka yang rela menghabiskan waktu, agar para pasien dapat kembali pulih, dan kembali seperti sedia kala. Ada juga, pemasok logistik, yang bekerja untuk tetap memastikan kebutuhan pokok terpenuhi. Dan juga sesama warga yang secara sukarela melakukan penggalangan dana, mengumpulkan bahan logistik, agar tetangga sekitar yang terdampak, bisa tertolong dari kesulitan.

Di tengah hari yang sulit seperti ini, bumi pertiwi seperti tidak pernah kehabisan orang-orang yang penuh dengan kasih sayang, tulus dan penuh empati. Saling menolong, dan gotong royong seakan adalah motto terbesar dalam kehidupan para pahlawan kemanusiaan. Pahlawan yang datang, memberikan harapan dan optimisme yang sempat redup. Menghidupkan kembali semangat melanjutkan hidup yang sempat padam.

Tentu harapan itu akan selalu ada. Sekalipun kita belum tahu kapan semua itu dapat terlaksana. Belum lagi, dengan kemungkinan varian mutasi baru dari virus ini seperti yang diungkapkan oleh pakar epidemiolog.

Memang banyak hal yang harus ditunda, atau bahkan sampai dibatalkan di masa seperti ini. Namun, untuk saat ini, bersabar dan tetap tenang, adalah jalan terbaik yang harus dilakukan untuk melalui ini semua. Tentu kita semua sudah sangat merindukan kehidupan seperti sedia kala. Kehidupan yang tidak perlu dihantui rasa cemas, atau pun curiga terhadap sesama akan kemungkinan tertular. Namun, mencoba berdamai, dan tidak menyalahkan keadaan sekiranya mampu untuk membuat diri menjadi lebih tenang dan lebih dewasa.

Jika nanti, penambahan kasus sudah menunjukkan grafik yang melandai, tetap jaga diri, ya! Tetap atuhi peraturan yang berlaku, dan mulailah untuk membiasakan pola hidup sehat untuk dirimu. Sebab, sehatmu bukan hanya untukmu. Akan tetapi, untuk aku, untuk kita.

Dan andai pandemi ini pergi, tentu semua ingin bisa kembali hidup normal, seperti semula. Merayakan hari baik dan suci penuh sukacita, memeluk orang terkasih, dan para murid dapat belajar dan kumpul bersama di ruangan bernama ‘kelas’. Merayakannya secara nyata, secara tatap muka.

Perjalanan ini mungkin masih panjang dan lama. Perjuangan ini masih harus dilanjutkan. Akan tetapi, kita bisa bersama-sama menghadapinya dengan lapang dada. Yakinlah jika kita bisa melalui ini semua.

Semoga, dengan hadirnya banyak orang baik di sekitar, juga dapat memotivasi agar kita dapat berbuat kebaikan yang sama atau bahkan lebih, sekalipun kita sedang berada di dalam kesulitan. Agar kita bisa, bersama-sama menumbuhkan kembali semangat untuk melanjutkan kehidupan kepada sekitar kita, dan melawan keputusasaan.

Kita adalah bangsa yang kuat.

Kita teguh, kita tangguh, kita tumbuh!

Sumber referensi:

- https://www.republika.co.id/berita/qzfgye354/epidemiolog-jangan-lengah-covid19-masih-terus-bermutasi

- https://bnpb.go.id/berita/presiden-tetapkan-covid19-sebagai-bencana-nasional

- https://www.republika.co.id/berita/qzfl2e425/jangan-euforia-dengan-penurunan-kasus-covid19

- https://www.republika.co.id/berita/qzecor374/bmh-berikan-wifi-gratis-untuk-yatim-terdampak-covid19

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image