Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amin Muzaki

PEMBELAJARAN JARAK JAUH DALAM PERSPEKTIF FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Guru Menulis | Sunday, 19 Sep 2021, 21:38 WIB

Tepat pada 2 Maret 2020, pemerintah mengumumkan kasus pertama infeksi virus Corona jenis baru (Covid-19) di Indonesia. Sejak saat itu pemerintah memberlakukan pembatasan sosial di berbagai bidang. Hanya beberapa sektor esensial yang dibolehkan beroperasi diantaranya sektor kesehatan, usaha bahan pangan, energi, telekomunikasi dan teknologi informatika, keuangan, logistik, konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar, utilitas publik, dan industri yang ditetapkan sebagai obyek vital nasional dan obyek tertentu. Kebijakan ini diupayakan untuk memperlambat laju persebaran virus Corona di tengah masyarakat. Sektor pendidikan yang tidak diizinkan beroperasi oleh pemerintah langsung direspons oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama lintas kementerian mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri terkait pembelajaran di masa pandemi mencakup belajar dari rumah (BDR) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Menurut Dogmen pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang menekankan pada cara belajar mandiri (self study). Belajar mandiri diorganisasikan secara sistematis dalam menyajikan materi pembelajaran, pemberian bimbingan kepada pembelajar, dan pengawasan untuk keberhasilan belajar pembelajar. Kebijakan belajar dari rumah melalui pelayanan pembelajaran jarak jauh yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih dirasakan belum optimal. Menurut data yang disampaikan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) lebih dari 91% populasi siswa dunia terpengaruh oleh penutupan sekolah karena pandemi Covid-19. Sementara di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) pada 1.263 siswa mulai jenjang SD hingga SMA tercatat 57% siswa tingkat SD dan SMP merasakan emosi negatif, sedangkan untuk tingkat siswa SMA mencapai 70%.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, secara faktual di lapangan banyak elemen pendidikan yang tidak siap ketika melakukan pembelajaran jarak jauh. Permasalahan tersebut dimulai dari kualitas jaringan internet yang tidak merata antara kota besar dengan daerah pelosok yang ada di Indonesia, kemampuan teknis guru dalam mengelola pembelajaran jarak jauh, dan juga perangkat (device) yang dimiliki oleh guru dan juga siswa. Ketiga elemen dasar yang memengaruhi sistem pembelajaran jauh yaitu guru, siswa, dan orang tua murid seperti memasuki hutan belantara. Potensi tersesat kemudian putus asa sehingga mengalami depresi sangatlah besar ketika elemen tersebut tidak mempersiapkan keahlian (skill), perangkat (device), daya tahan, dan juga ketabahan (endurance) secara psikologis.

Beberapa hal yang menyebabkan pembelajaran jarak jauh tidak dapat berjalan secara optimal di Indonesia diantaranya adalah kekeliruan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh. Sebagian besar guru masih belum memahami landasan filosofis dalam melakukan pembelajaran jarak jauh. Kerap terjadi guru hanya memberikan sekumpulan tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dalam periode tertentu. Hal ini bukan saja memberikan beban dan kejenuhan kepada siswa namun juga kepada orang tua. Peristiwa ironis ketika terdapat siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) di wilayah Tarakan, Kalimantan Utara yang depresi sehingga diduga melakukan bunuh diri pada Selasa 27/10/2020. Komisioner KPAI Retno Listyarti menerangkan bahwa insiden itu diduga dipicu dari banyaknya tugas sekolah secara daring yang belum dikerjakan korban sejak tahun ajaran baru. Hal itu kemudian membuat dirinya tak dapat mengikuti ujian akhir semester. Peristiwa miris tersebut bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia akibat proses pembelajaran jarak jauh yang tidak tepat dilakukan. Sebelumnya siswa SD meninggal karena dianiaya orang tuanya akibat sulit mencerna pelajaran secara daring (dalam jaringan) yang diberikan guru. Kedua, meninggalnya seorang siswi SMA di Kabupaten Gowa yang diduga bunuh diri meminum racun karena tugas PJJ yang menumpuk.

Peran guru dalam pembelajaran jarak jauh sangatlah besar. Guru merupakan dirigen atau konduktor proses pembelajaran. Peran yang begitu besar tersebut haruslah diimbangi dengan kemampuan dan pemahaman yang baik dalam mengelola pembelajaran jarak jauh. Hal yang sering dilupakan oleh guru sebelum melakukan pembelajaran jarak jauh adalah guru tidak melakukan asesmen diagnostik terhadap perangkat (device) yang dimiliki oleh siswa, dan aktivitas apa yang dilakukan siswa selama di rumah. Secara metode, pembelajaran jarak jauh terbagi menjadi dua, yaitu pembelajaran secara sinkronus (interaksi pembelajaran antara guru dan siswa dilakukan pada waktu yang bersamaan, menggunakan teknologi video conference atau chatting, siaran radio, dsb). Pembelajaran asinkronus (guru dan siswa berinteraksi dalam waktu yang tidak bersamaan menggunakan modul belajar mandiri, bahan ajar cetak/digital, maupun media belajar dari benda di lingkungan sekitar). Dalam melakukan aktivitas sinkronus guru sebaiknya melakukan sapa salam secara langsung kepada siswa dengan tujuan utama memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mendemonstrasikan muatan pelajaran dengan lebih bermakna. Dalam menyampaikan pembelajaran sesuai surat edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020, guru tidaklah membebani siswa dengan ketuntasan kompetensi dasar sesuai target capaian kurikulum. Dalam melakukan aktivitas asinkronus, guru memberikan tugas kepada siswa pada pendidikan kecakapan hidup. Misalnya untuk siswa Sekolah Dasar, guru memberikan tugas merapihkan tempat tidur, menyapu halaman, dan kegiatan wirausaha (entrepreneur) bagi siswa jenjang Sekolah Menengah Atas/sederajat.

Keterangan gambar: Pembelajaran sinkronus

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Relevansi dari penyelenggaraan pendidikan adalah membahagiakan siswa dalam proses pembelajaran agar mencapai kodratnya sebagai manusia dan sebagai agen perubah (agent of change) dalam perannya nanti di masyarakat. Pembelajaran jarak jauh bisa menjadi model pendidikan masa depan, di mana siswa dan guru tetap dapat melakukan interaksi pembelajaran tanpa batasan ruang dan waktu. Siswa diberi kebebasan untuk belajar dari sumber yang beragam (guru, orang tua, teman-teman, buku, internet, dan sebagainya). Siswa juga dapat belajar di manapun, terutama dari rumah yang menjadi kunci pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan filososfi pendidikan Ki Hadjar Dewantara “setiap tempat adalah sekolah, dan semua orang adalah guru”.

Daftar Referensi:
https://www.republika.co.id/berita/qxw0jg415/perjalanan-indonesia-berperang-lawan-pandemi-covid19
http://repository.unj.ac.id/13343/3/BAB%202.pdf
http://pusdatin.kemdikbud.go.id/
https://www.merdeka.com/peristiwa/pemerhati-pendidikan-70-persen-siswa-rasakan-emosi-negatif-dampak-sekolah-online.html
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201031194605-20-564467/kpai-sebut-siswa-bunuh-diri-diduga-banyak-tugas-selama-pjj
https://voi.id/berita/18498/tiga-siswa-meninggal-akibat-belajar-i-online-i-fsgi-negara-wajib-cegah-depresi
Modul Program Sekolah Penggerak Kemdikbud.Pdf

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image