Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fokker

Andai Pandemi Pergi, Aku Ingin Mendongeng Kembali

Lomba | Sunday, 19 Sep 2021, 02:03 WIB
Dokpri. Belajar sambil mendongeng

Oleh: Hendra Foker Prasetyo, pegiat sosial

Semakin menurunnya penularan wabah Covid-19 belakangan ini, tentu patut untuk diapresiasi. Terutama untuk para tenaga kesehatan yang telah berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya demi bangsa Indonesia. Bersama dengan semua pihak yang turut serta berjuang melawan wabah melalui caranya masing-masing.

Semua tentu menginginkan dapat kembali beraktivitas seperti sediakala. Khususnya bagi para pejuang di dunia pendidikan. Pandemi tentu saja memberikan dampak yang besar bagi seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Selain dari ragam persoalan mengenai fasilitas, ataupun aksesibilitas, hingga evaluasi kegiatan belajar mengajar yang tentu terhambat. Masa pandemi adalah masa penuh perjuangan bagi semua kalangan.

Dampak lainnya adalah aspek ekonomi, yang secara umum sangat mempengaruhi segala bentuk kegiatan sehari-hari. Akarnya adalah ekonomi keluarga, akan sangat mempengaruhi dalam kegiatan belajar bagi para pelajar di masa pandemi.

Begitupula dengan pengupayaan menjaga pola hidup sehat yang sesuai dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Sebuah hal berat bagi siapapun juga yang terdampak oleh pandemi. Semua hal ada biayanya, baik dalam pengupayaan kesehatan ataupun pendidikan.

Dalam ragam persoalan tersebut, tentu kita tidak bisa hanya berdiam diri. Naluri gotong royong rakyat Indonesia telah menunjukkan eksistensinya selama masa pandemi. Sistem saling dukung dan saling bantu antar sesama menjadi budaya yang berkembang secara positif dan masif saat ini.

Khususnya dalam optimalisasi pendidikan bagi seluruh pelajar di Indonesia. Para pegiat pendidikan sudah banyak menunjukkan sikap tegasnya demi mengurai persoalan keterbatasan yang ada. Berjuang tanpa kenal lelah demi pendidikan para generasi penerus bangsa kelak.

Para pendidik bergerak dari desa ke desa, dari kota ke desa, tentu bertujuan untuk memberi pembelajaran bagi siswa yang terkendala dalam fasilitas pembelajaran. Telah banyak kita temui, para pendidik yang berjuang menembus sekat dan batas rasionalitas sebagai pengajar ditengah segala keterbatasan.

Berbekal tekad demi pendidikan yang merata bagi para siswanya. Sekat-sekat pandemi yang menjalar hingga ke pedalaman sedikit demi sedikit dapat terurai. Tentu tidak sekedar memberikan materi pelajaran umum layaknya belajar di sekolah, tetapi lebih ke pendekatan konsep merdeka belajar.

Dokpri. Semangat literasi

Eksplorasi materi tentu diimbangi dengan muatan-muatan yang dapat membangun motivasi bagi para pelajar. Tujuannya agar tidak jenuh dan dapat mengembalikan semangatnya untuk dapat kembali ke sekolah kelak.

Muatan-muatan itu tidak lain adalah kegiatan mendongeng. Salah satu kekuatan yang secara tidak sadar mampu membangkitkan nalar berpikir kritis bagi para peserta didik. Dongeng adalah salah satu metode pembelajaran yang mulai ditinggalkan realitasnya kini.

Sejatinya, dongeng akan memupuk kesadaran pelajar akan potensi budaya bangsa yang majemuk tetapi inspiratif untuk bekal kepribadiannya dimasa mendatang. Dengan mendongeng, akan dapat dengan mudah terserap kisah-kisah positif dari kearifan lokal pada setiap masyarakat.

Kegiatan mendongeng untuk tujuan belajar ini telah dibuktikan oleh para pegiat-pegiat pendidikan di beberapa daerah. Mereka tidak hanya memberikan pembelajaran secara tekstual, melainkan dengan cara bermain bersama, demi menjaga semangat siswanya untuk tetap mau mengikuti materi yang disampaikan.

Secara realitas, hal ini adalah persoalan teknis tatkala para pendidik melakukan komunikasi persuasif kepada siswanya. Sudah terlalu lama para pelajar tidak dapat merasakan kegiatan belajar secara tatap muka di sekolah. Kehadiran seorang pendidik di lingkungannya, bagaikan obat penawar kerinduan.

Maka, tentu harus ada apresiasi bagi para pegiat pendidikan yang secara langsung turun ke masyarakat guna mengurai persoalan ini. Dukungan secara moral dan material tentu sangat dibutuhkan oleh para pendidik tersebut. Baik dalam pemangku kebijakan ataupun seluruh perangkat-perangkat terkait.

Baik untuk pengadaan fasilitas penunjang, seperti buku-buku dongeng yang berkaitan dengan budaya bangsa Indonesia. Dengan harapan, para siswa dapat terus melatih pembelajaran literasinya ketika dirumah ataupun berkegiatan lainnya.

Tidak dapat dipungkiri, rata-rata selama pandemi, para siswa telah terlibat dengan kegiatan lain, baik dalam konotasi positif atau negatif. Semua tentu ada hikmah yang dapat diambil. Hanya saja kita mau terlibat atau tidak dalam menyelesaikannya secara bersama-sama.

Mendongeng tentu adalah modal utama yang dapat digerakkan untuk digiatkan kembali kini, baik pada masa pandemi ataupun usai pandemi nanti. Aku ingin mendongeng kembali, tanpa sekat dan batasan seperti pada masa pandemi saat ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image