Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sukahar Ahmad Syafi'i

ANDAI PANDEMI PERGI, WAJAH BARU PENDIDIKAN KITA DIMULAI

Lomba | Saturday, 18 Sep 2021, 21:26 WIB
REPUBLIKA.CO.ID

Sudah satu setengah tahun pandemi ini melanda dunia, termasuk negeri kita tercinta, yang tentu efek pandemi ini merubah semua tatanan hidup manusia, serta meninggalkan problematika yang cukup besar dalam segala sektor, baik ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan pendidikan. Maka banyak orang yang berharap agar pandemi ini segera pergi sehingga kehidupan normal sebelum pandemi dapat mereka rasakan kembali. Namun takdir bisa jadi berkata lain bahwa kita harus hidup berdampingan dengan virus covid ini. Sehingga sekalipun pandemi ini berakhir, tentu tatanan kehidupan baru pasca pandemi ini menjadi sebuah tantangan, hambatan ataukah kesempatan terbaik bagi kita dan juga masa depan pendidikan kita.

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Budaya PBB (UNESCO) memperingatkan adanya potensi penurunan kemampuan membaca dasar siswa akibat pandemi. Diproyeksikan ada penambahan 20% atau 101 juta anak di dunia yang kesulitan membaca. Hal serupa juga diprediksi terjadi di Indonesia. Dalam laporan berjudul “Janji Pendidikan Indonesia”, Bank Dunia memberikan catatan merah terhadap kemampuan membaca pelajar usia 15 tahun ke bawah. Dengan situasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat ini, hanya 30% siswa yang diprediksi mencapai skor minimum kemampuan membaca dalam Programme for International Student Assessment (PISA). Hal ini disebabkan karena sekolah ditutup dan dimulainya pembelajaran jarak jauh yang tidak sebanding dengan kapabilitas adaptasi siswa, orangtua dan guru.

Dengan adanya pandemi covid 19, pola lama pendidikan kita sudah berubah, yaitu pola konvensional yang menitikberatkan pada kemampuan guru atau teacher sentris berubah menjadi perpaduan antara kemampuan teknologi dan juga kemampuan manusia. Proses kolaborasi itu disebut era Society 5.0 yang merupakan tatanan masyarakat yang berpusat pada manusia (human–centered) dan berbasis teknologi (technology based).

Era society 5.0 adalah era baru yang tidak bisa kita hindari sekalipun pandemi covid 19 telah pergi. Tentu kita harus menyambutnya sebagai tantangan untuk memperbaiki sistem pendidikan kita dan sebagai kesempatan untuk bisa bersaing dengan negara-negara maju.

Konsep merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah upaya untuk menyongsong pendidikan ideal era society 5.0 dengan pertimbangan bahwa konsep ini cukup relevan dengan nilai-nilai society 5.0, di mana dalam sebuah kegiatan pembelajaran dalam kelas atau kelompok, komunikasi dan kemandirian menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan.

MINDSET ERA 5.0

Andai pandemi ini cepat pergi, tentu tantangan pendidikan kita adalah cepat beradaptasi terhadap pendidikan era 5.0 karena kita tidak akan mungkin kembali menerapkan pola pendidikan konvensional model teacher centered seperti sebelum pandemi. Disadari atau tidak pandemi ini sudah merubah pola hidup masyarakat yang akan berdampak pada kehidupan pasca pandemi.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah merubah mindset elemen pendidikan, baik siswa, orangtua maupun guru. Tidak melulu guru mengajarkan baca, tulis, dan hitung, tetapi memberikan kesempatan pula bagi siswa untuk mengutarakan apa yang ia inginkan. Tidak melulu guru menjadi sumber informasi, tetapi siswa dapat pula melengkapi apa yang disampaikan guru melalui sumber belajar lain yang dimilikinya. Itulah mindset yang harus dibangun sebagai dasar menuju era 5.0.

GURU BERKUALITAS

Berinovasi dan berkreasi menjadi salah satu kompetensi guru yang paling dicari di masa sekarang. Munculnya guru-guru muda—fresh graduated, diharapkan mampu mengakhiri kemarau panjang sistem pembelajaran yang selama ini masih teacher-sentris.

Tampaknya sederhana saja, tapi faktanya sulit sekali bagi guru untuk memberikan kesempatan bagi siswa menyampaikan apa yang ia pikirkan. Guru hanya ingin mendengar apa yang ia katakan itu benar dan disetujui oleh siswa, tanpa peduli siswa itu memiliki pendapat yang berbeda dari dirinya.

Dengan melibatkan siswa dalam setiap pengambilan keputusan, guru melatih siswa untuk berpikir mandiri dan guru bisa dengan mudah menerapkan konsep 4C yang meliputi creativity, critical thinking, communication, dan collaboration. Artinya guru yang berkualitas adalah guru yang benar-benar memahami konsep yang dibangun dan dicapai dalam pembelajaran era 5.0 ini.

METODE PEMBELAJARAN

Guru yang berkualitas harus pandai memilih dan menemukan metode pembelajaran yang melibatkan siswa agar dapat mempererat hubungan emosional antara guru dan siswa. Bounding antara keduanya menjadi lebih lekat, sehingga sekalipun teknologi dapat menggantikan peran guru dalam mengelola informasi atau ilmu pengetahuan, siswa tidak kehilangan akarnya untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter.

Internet of things yang merupakan warisan revolusi industry 4.0 hanya menggeser posisi guru sebagai pengajar, karena anak sudah bisa mandiri dalam mengakses ilmu. Namun, guru tetap menjadi pendidik yang berperan dalam proses pendewasaannya, dan peran tersebut tidak akan pernah bisa digantikan oleh teknologi. Dan itulah yang ingin dicapai dalam era 5.0. perpanduan antara teknologi dan manusia.

BERSATU PADU

Pandemi yang terjadi merupakan proses percepatan era baru bagi pendidikan kita, tidak peduli bagaimana kondisi dan problematika yang akan terjadi, terutama bagi sekolah-sekolah yang berada di pelosok pelosok negeri ini. Pemerintah melalui Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menganggap pandemi ini sebagai peluang untuk memasuki era belajar baru. Mereka sudah menyiapkan beberapa program yang mendukung era belajar baru ini, sebut saja program guru penggerak dan sekolah penggerak adalah upaya pemerintah untuk saling bantu membantu, dukung mendukung dan sukses mensukseskan wajah baru pendidikan kita. Program tersebut bisa disebut dengan gotong royong antar sekolah dan guru untuk saling support dan melengkapi kekurangan yang ada pada sekolah beserta guru-gurunya. Sehingga pada saatnya nanti tidak ada sekolah dan guru yang tertinggal.

Andai pandemi ini segera pergi. Maka dengan bersatu padu untuk beradaptasi bersama antara unsur masyarakat, mulai dari orang tua, guru dan siswa, organisasi masyarakat, hingga jajaran pembuat kebijakan. Wajah baru era 5.0 pendidikan kita akan terwujud secara nyata tanpa resah dan takut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image