Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Marthin Robert Sihotang

Andai Pandemi Pergi : Trauma, Harapan, dan Kenyataan pada Jangka Panjang

Lomba | Saturday, 18 Sep 2021, 14:13 WIB

Judul : Andai Pandemi Pergi : Trauma, Harapan, dan Kenyataan pada Jangka Panjang

Tema : Andai Pandemi Pergi

Pendahuluan. Apakah pandemi covid-19 yang berawal dari Maret 2020 hingga tulisan ini diturunkan sudah berakhir menjadi endemi? Jawabannya belum tahu secara definitif karena tidak sedikit korban covid-19 yang berjatuhan baik terinfeksi, sembuh, dan meninggal. Tidak sedikit suara dari pejabat, epidemiologi, dan lainnya yang mengatakan bahwa pandemi tetap selama-lamanya.

Sumber : liputan6.com

Hanya saja pandemi berpotensi menjadi endemik yang merubah covid-19 menjadi flu biasa, tidak mematikan, dan mudah diobati. Situasi covid-19 sekarang yang terkendali bukan karena tanpa sebab sehingga berhasil menurunkan jumlah korban. Salah satu kemajuan ini terjadi karna kerjasama Pemerintah Pusat/Propinsi/Kota/Kabupaten dengan lapisan masyarakatnya.

Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah PPKM dan PSBB yang digalakkan Pemerintah secara rutin selama 3 bulan. Kemajuan ini menciptakan rasa optimisme tinggi pada kalangan masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal lama. Capaian ini perlu diapresiasi bukan dengan euphoria yang berlebihan melainkan dengan persiapan kesehatan yang menyeluruh.

Sumber : bnpb.go.id

PPKM yang ketat. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang digalakkan Pemerintah Pusat sejak tanggal 3 Juli 2021. Kegiatan PPKM yang awalnya berlaku untuk Jawa-Bali dan bertujuan untuk meredam jatuhnya korban covid-19. Perspektif ini awalnya menuai persepsi pro-kontra dan pemerintah menurunkan TNI dan Polri untuk mendukung PPKM tersebut.

Mobilitas PPKM yang dilaksanakan tiap minggu hingga mencapai situasi pandemi yang kondusif dan terkendali. Ditambah kerja keras dari para tenaga kesehatan yang bersedia berkontribusi tenaga, waktu, dan mengorbankan raga. Tentunya, ujung dari ini semua adalah kesehatan dan maksimalnya pemulihan ekonomi nasional yang menjadi harapan bersama.

Terlepas dari itu semua adalah impian bersama untuk bisa melepas masker sepenuhnya dan tidak ada lagi rasa kuatir. Bahkan ketika berhadapan tatap muka dan berbicara dengan kawan, istri, suami, orang tua, dan masyarakat lainnya. Namun pertanyaannya adalah dengan faktor covid-19 yang semakin terkendali dan membaik, apakah melahirkan keamanan atau tidak?

Andai Pandemi Pergi : Trauma ? (Bagian 1). Sejak kehadiran pandemi covid-19 hingga sekarang tidak sedikit melahirkan trauma dan ketakutan yang tidak sedikit. Bahkan tidak sedikit manusia yang menjadi paranoid sehingga lebih memilih tiarap untuk lindung diri seperti diam di rumah. Banyak korban sembuh dari covid-19 yang mengalami long covid selama beberapa waktu dan berpotensi seumur hidupnya.

Korban covid-19 yang masih dirawat tidak bisa dijenguk atau dikunjungi siapapun meskipun dalam nuansa doa bersama. Perspektif ini berujung pada adaptasi kebiasaan baru (AKB) yang kelak digenerasikan pada masa mendatang. Belum lagi korban yang mengalami kematian dan langsung dikubur pada hari yang sama, tanpa ada norma adat-istiadat dari pihak keluarga.

Dari semua cerita tersebut kelak melahirkan rasa trauma yang tidak akan pernah dilupakan siapapun seumur hidupnya. Aspek ini terjadi karena banyaknya duka yang dihadirkan baik kesehatan, keselamatan, ekonomi, edukasi, dan lainnya. Bahkan pihak tertentu yang tidak mengalaminya secara langsung mengalami kondisi lain seperti pemotongan gaji dan lainnya.

Andai Pandemi Pergi : Trauma ? (Bagian 2). Tidak sedikit lapisan masyarakat yang mengimpikan pandemi covid-19 segera berakhir dan bisa memulai hidup normal lama. Namun kenyataannya berbicara lain bahwa Negara Indonesia masih dalam kurungan covid-19 yang belum tahu akhirnya. Tentunya, rasa trauma ini harus segera diobat dan dipulihkan sehingga tidak bermuara pada psikologis, mental, jasmani, dan rohani.

Kalaupun pandemi covid-19 tidak seganas dulu, tapi bukan berarti masalahnya selesai dan kembali ke normal lama. Dibutuhkan waktu, persiapan, dan ragam lainnya untuk hidup berdampingan dengan covid-19 dan cara menjawabnya. Rasa trauma sudah bisa dikelola secara definitif melalui pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan regulasi Pemerintah.

Salah satunya dengan membuka layanan publik seperti edukasi, hiburan, wisata, dan lainnya dengan berjalan bersama protokol kesehatan. Itulah salah satu impian bersama karena kurungan pandemi covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020. Rasa trauma harus ditaklukan dengan mengujinya untuk memastikan covid-19 masih nyata atau tidak.

Andai Pandemi Pergi : Harapan ? (Bagian 1). Tajuk andai pandemi pergi pada sudut harapan jelas menjadi impian bersama yang ingin dilaksanakan pada masa mendatang. Uniknya, virus covid-19 tidak akan pergi dan tetap bersama dinamika masyarakat selama mungkin. Kecuali, diciptakan obat medis yang bisa mengatasinya sehingga tidak lagi melalui suntikan vaksin tapi melalui obat kapsul atau tablet.

Pemerintah Pusat/Propinsi harus mengadakan kerjasama untuk melakukan kajian medis sehingga tercipta obat tersebut. Berharap andai pandemi pergi dari bumi Indonesia, maka banyak mobilitas yang bisa dikerjakan dan jelas membutuhkan biaya besar. Perspektif tersebut bisa berjalan dengan melihat indikator medis, vaksin, dan keberanian untuk mencobanya.

Situasi uji coba tidak bisa lepas masker langsung secara massif, melainkan mengutamakan protokol kesehatan yang ketat. Tujuannya untuk mencegah kenaikan virus covid-19 lebih meluas dan menghadirkan kualitas kenyamanan dan keamanan. Itulah harapan yang berujung pada regulasi baru dan tidak menutup kemungkinan kelak menjadi produk hukum di Indonesia.

Andai Pandemi Pergi : Harapan ? (Bagian 2). Tidak sedikit harapan yang ingin diwujudkan andai pandemi berakhir, seperti bidang edukasi, bisnis, ekonomi, dan lainnya. Ibarat kata seperti lampu yang dihidupkan pasca padam dan selanjutnya melakukan berbagai ragam mobilitas kegiatan. Seperti itulah yang ingin dilakukan masyarakat ke depannya meskipun tetap menghadirkan kualitas protokol kesehatan covid-19.

Dalam menjalankan harapan, maka elaborasi dan sinergisitas positif tidak bisa berjalan sendiri pada perorangan atau individu. Andai pandemi pergi dari bumi Indonesia, apa mimpi atau impianmu ke depannya? Apakah tetap tidak ada perubahan seperti normal lama sebelum pandemi? Atau ada perubahan baru mengikuti zaman normal baru. Marilah merenungkannya.

Namun pada sisi lain tidak sedikit wabah covid-19 menuai manfaat positif yang menguntungkan sebagian orang. Meskipun wabah covid-19 memberikan hasil positif tapi bukan berarti berharap pandemi tetap bertahan selamanya di bumi Indonesia. Wabah yang sudah masuk sejak bulan Maret 2020 harus angkat kaki dan berubah menjadi sukacita baru.

Andai Pandemi Pergi : Kenyataan ? (Bagian 1). Realitas ini tidak bisa diubah lagi karena kehadiran covid-19 mengguncang dunia pada skala internasional. Meskipun begitu, kenyataan yang berawal dari harapan bisa segera dilaksanakan dan membiasakan kehidupan sosial masyarakat. Mau tidak mau masyarakat sebagai warga Negara (WNI) yang baik harus mengikuti dinamika sosialisasi yang dicanangkan pemerintah.

Kenyataan positif yang terjadi andai pandemi pergi bisa dalam berbagai bentuk yang bertujuan memulihkan dinamika yang rusak. Tentu, realitas tidak selamanya berjalan indah dan harus berhadapan dengan benturan yang kelak terjadi ke depannya. Masalahnya adalah bagaimana masyarakat menyikapi dan mengelola realitas andai pandemi pergi yang tidak sesuai iramanya.

Pemerintah Pusat/propinsi harus menyiapkan masyarakatnya untuk menghadapi normal baru atau kembali pada normal lama. Kalaupun tidak bisa kembali kepada normal lama, maka setidaknya siapkan kebutuhan medis harus dipersiapkan normal baru. Kelak harus berdampingan dengan virus covid-19, maka infeksi atau kematian bisa diatasi secara seksama.

Andai Pandemi Pergi : Kenyataan ? (Bagian 2). Andai pandemi pergi yang merupakan tajuk tema adalah salah satu sudut yang mustahil terjadi pada skala internasional. Persepsi tersebut diutarakan sendiri oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah, namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menyikapi dan mengelolanya.

Tentunya, kenyataan yang dimaksud bukan hanya kejadian yang kelak terjadi, tapi juga kejadian yang belum terjadi. Berita tentang pandemi covid-19 pasca pandemi covid-19 berakhir harus diganti dengan narasi yang cerdas, positif, dan edukatif. Mengadakan upacaya syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNYA kepada bangsa dan Negara.

Sekaligus mengajak masyarakat untuk memperingati dan mengheningkan cipta pada setiap awal Maret 2020. Uniknya, pemerintah membiasakan memakai masker dan protokol kesehatan lainnya berlaku meskipun bertatus bebas pandemi. Bahkan sanksi hukum tetap berlaku baik denda, sanksi sosial, dan lainnya untuk menghadirkan kualitas kenyamanan dan keamanan.

Adaptasi kebiasaan lama (AKL) pada bidang kesehatan. Andai pandemi covid-19 pergi dari bumi Indonesia, maka nuansa dan situasinya kelak terlihat sama dengan adaptasi normal lama. Nuansa bebas masker atau bebas protokol kesehatan terlihat ketika berkunjung ke klinik, apotik, puskesmas, dan rumah sakit. Para dokter, suster, dan tenaga kesehatan lain tidak akan mengenakan Alat Pelindung Diri (APD), kecuali pakaian praktik/dinas.

Interaksi tenaga kesehatan dengan manajemen dan para pasien menuai hasil positif tanpa ada rasa kuatir/takut yang berlebihan. Inilah yang di dambakan insan manusia melalui doa kepada Tuhan Yang Maha Esa sejak awal Maret 2020 hingga sekarang. Selain itu muncul canda tawa, senyum, dan sukacita antar komponen manusia di dalamnya karena berada dalam normal lama.

Kalaupun ada masalah dukacita yang menyelimuti pasien, maka dapat dipastikan bahwa situasinya bukan covid-19. Inilah normal lama yang berpotensi menjadi sejarah atau kenangan dan menjadi sebutan tahun 2020 (sebelum masehi). Tahun 2020 B.C yang menjadi salah satu kenangan indah dan mungkin diceritakan kepada anak-cucu sebagai generasi berikutnya.

Adaptasi kebiasaan baru (AKB) pada bidang kesehatan. Adaptasi kebiasaan baru (AKB) pada bidang kesehatan merupakan kenyataan yang terjadi sekarang dan selama-lamanya. Nuansa masker atau protokol kesehatan (prokkes) terlihat ketika berkunjung ke apotik, puskesmas, dan rumah sakit. Para dokter, suster, dan tenaga kesehatan lain akan mengenakan dan memaksimalkan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap.

Interaksi tenaga kesehatan dengan manajemen dan para pasien menuai hasil negatif dengan rasa kuatir/takut yang berlebihan. Selain itu muncul kepahitan, tidak bahagia, dan dukacita antar komponen manusia di dalamnya karena berada dalam normal baru. Meskipun begitu, roda kehidupan pada masyarakat terus berputar dengan kehidupan yang dinamis dan beragam.

Tapi, apakah perspektif bebas pandemi covid-19 tersebut dapat terlaksana? Kalaupun bisa, kira-kira berapa tahun ke depan yang dibutuhkan untuk merealisasikannya? Jawabannya tidak ada seorang yang tahu, kecuali Tuhan Yang Maha Tahu. Yang masyarakat bisa lakukan adalah berdoa dan berusaha untuk membuat obat medis dan mensiasati jalan untuk mencegahnya.

Adaptasi kebiasaan lama (AKL) pada bidang pendidikan. Adaptasi kebiasaan lama (AKL) pada bidang edukasi menyajikan tatap muka manual seperti biasanya melalui ruang kelas. Tatap muka manual menghadirkan interaksi langsung antara dosen/guru dengan para mahasiswa/pelajar pada ruang kelas/kuliah. Perspektif ini berlaku dari Taman Kanak hingga jenjang Perguruan Tinggi sehingga tercipta proses belajar-mengajar.

Adaptasi kebiasaan lama (AKL) pada bidang pendidikan meniadakan media pembelajaran online dan meniadakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Itupun berlaku khususnya pada tingkat pendidikan dasar seperti SD hingga tingkat SLTA. Kecuali dilakukan pada tingkat perguruan tinggi tertentu yang menyelenggarakan program pasca sarjana pada program studi S2/S3.

Tugas atau proyek individu dikerjakan sendiri secara mandiri oleh perorangan mahasiswa/pelajar yang bersangkutan. Atau tugas atau proyek kelompok yang dikerjakan secara berkelompok oleh para mahasiswa/pelajar itu sendiri. Kualitas interaksi antara staff pengajar sebagai motor utama dengan para pelajar/mahasiswa tersaji secara maksimal. Itulah salah satu memori yang tidak bisa dilupakan.

Adaptasi kebiasaan baru (AKB) pada bidang pendidikan. Hadirnya pandemi covid-19 pada bidang pendidikan diakui atau tidak melahirkan adaptasi yang berubah dari sebelumnya. Teknologi rapat yang dipakai untuk kegiatan kantor atau perkuliahan seperti Zoom, google meet, dan lainnya mulai ditumbuhkan. Kualitas interaksi antara orang tua sebagai motor utama dengan para pelajar/mahasiswa tersaji secara maksimal.

Namun sisi lain tidak menutup kemungkinan terjadi kekerasan dalam pendidikan (KDP) yang dilakukan orang tua terhadap putra-putrinya. Selain itu, normal baru yang terlalu lama menghasilkan betahnya edukasi para pelajar/mahasiswa terhadap media pembelajaran online. Atau bisa juga mengikis interaksi dan persahabatan antar pelajar/mahasiswa dengan temannya.

Meskipun begitu, semua staff pengajar setuju untuk menjalankan media pembelajaran online demi kesehatan dan keselamatan. Kegiatan ini bisa berubah menuju pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pasca mobilitas vaksin sudah terpenuhi semuanya. Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang kembali mengandalkan interaksi guru dengan para siswa secara langsung.

Adaptasi kebiasaan lama (AKL) pada bidang pariwisata. Adaptasi normal lama bidang pariwisata sangat memanjakan penyelenggara, para turis, pihak kuliner, dan lainnya. Bahkan maskapai penerbangan bak mendapat durian runtuh seiring pertumbuhan turis asing dan domestik yang datang. Semua itu terjadi sebelum masa pandemi covid-19 sehingga terlihat situasi yang bebas masker dan tidak ada protokol kesehatan.

Apakah normal lama bidang pariwisata bisa kembali pulih 100 persen seperti sedia kala? Kalaupun bisa pulih, tapi situasinya tidak akan sama dengan tahun 2020 B.C (sebelum masehi) yang berimbas pada sektor tertentu. Normal baru atau bahasa kerennya tahun 2020 sesudah masehi menyajikan pariwisata yang mengutamakan protokol kesehatan.

Adaptasi normal lama bidang pariwisata kerap menuai hasil positif pada pemasukkan Negara selain sektor migas. Belum lagi syarat dan ketentuan yang diterapkan Pemerintah melalui kementerian atau instansi terkait sehingga memberikan kemudahan. Namun itu semua sudah menjadi mimpi karena era kebiasaan lama sudah berubah menjadi era kebiasaan baru (AKB).

Adaptasi kebiasaan baru (AKB) pada bidang pariwisata. Era normal baru bidang pariwisata menghadirkan protokol kesehatan yang ketat karena masih bernuansa pandemi covid-19. Nuansa ini wajib menghadirkan dan memiliki sertifikat vaksin melalui perangkat aplikasi Peduli Lindungi yang diunduh dan diinstall. Tentunya, dengan syarat wajib mengikuti program vaksin nasional yang dicanangkan Pemerintah Pusat/Daerah.

Hadirnya program tersebut jelas menghadirkan kenyamanan dan keamanan yang berkualitas dan maksimal. Adanya sertifikat vaksin kepunyaanku memberikan perlindungan yang maksimal buat orang lain. Dan sertifikat vaksin orang lain memberikan perlindungan yang maksimal buat diriku. Metode ini bisa digunakan untuk mengakses ragam destinasi wisata.

Meskipun sudah memiliki sertifikat vaksin, protokol kesehatan seperti masker dan lainnya tidak bisa lepas begitu saja. Selain itu, destinasi wisata juga harus melakukan tindakan kesehatan dan keselamatan yang tegas, ketat, dan berintegritas. Meskipun potensi jelas menuai pendapatan yang belum maksimal karena masalah pandemi covid-19 yang belum selesai.

Adaptasi kebiasaan lama (AKL) pada bidang kehidupan harian. Dalam dinamika kehidupan sehari terasa begitu menyenangkan karena tidak memakai masker dan tidak ada protokol kesehatan. Kalaupun memakai masker, maka pemakaiannya bersifat terbatas pada medis, perjalanan jarak jauh, membersihkan ruangan, dan lainnya. Bahkan ketika berinteraksi dengan orang yang mengidap sakit flu biasa tidak perlu merasa kuatir atau takut.

Makan di resto atau rumah makan lainnya bisa langsung aman dan nyaman di tempat dengan durasi yang dikehendaki. Uniknya, masyarakat tidak diharuskan mengkonsumsi makanan, buah, atau obat yang mengandung vitamin C. Ironisnya, adaptasi normal lama sebelum pandemi tidak bisa lagi dijalankan sepenuhnya karena sudah hadir new era of normal life.

Tidak sedikit masyarakat yang menilai zaman sekarang bukan lagi zaman edan, resesi, atau apalah, melainkan zaman covid. Namun masyarakat harus terbiasa dengan situasi sekarang karena masa adaptasi pasca Maret 2020 harus dibiasakan ke depannya. Tentunya dengan sikap siaga, waspada, dan prudent sehingga tidak berdampak parah atau kembali ke titik awal.

Adaptasi kebiasaan baru (AKB) pada bidang kehidupan harian. Tidak ada seorangpun manusia dalam dinamika kehidupannya yang ingin tertular covid-19. Untuk itu banyak yang melakukan protokol kesehatan yang ketat sehingga menghadirkan masalah pada keuangan. Situasi ini yang kerap menampilkan dua sisi, yakni : (1) diam di rumah untuk melakukan pencegahan. Dan (2) mobilitas kegiatan yang berpeluang tertular covid-19.

Kondisi ini jelas membuat semua sektor kehidupan mengalami kerugian meskipun ada juga yang mengeruk keuntungan. Semua kegiatan dinas atau pekerjaan atau pariwisata yang bertujuan ke luar kota atau luar negeri wajib menghadirkan sertifikat vaksin. Bahkan untuk memasuki Mall, kantor, ruang kuliah, dan lainnya wajib hukumnya memiliki sertifikat vaksin.

Untunglah, Indonesia sudah melewati masa puncak pandemi covid-19 dan mengalami trend penurunan yang signifikan. Meskipun kondisi ekonomi dan kesehatan nasional sudah mengalami kemajuan, tapi euphoria tidak boleh berlebihan. Masyarakat Indonesia diminta memakai masker, protokol kesehatan, dan mengikuti vaksin yang diregulasikan Pemerintah.

Potensi bisnis pada era normal baru. Rasa optimis harus ditumbuhkan meskipun dalam situasi pandemi covid-19 dengan mencari peluang bisnis yang berdaya tahan tinggi. Selain itu, para pengusaha yang bergerak dalam sektor apapun harus mencermati komponen internal seperti SDM, pemasukkan, dan lainnya. Dan mencermati sektor eksternal seperti pengeluaran, investasi, keamanan, dan ragam lainnya.

Perspektif ini terjadi karena sangat sulit untuk bertahan hidup dengan mengandalkan tabungan yang jumlahnya tidak banyak. Kecuali orang tersebut memiliki tabungan atau investasi yang jumlahnya tidak sedikit dan berdaya tahan hidup untuk 10 tahun ke depan. Hadirnya pandemi covid-19 memacu inovasi dan kreasi dalam mencari peluang bisnis yang berdaya tahan tinggi.

Peluang bisnis yang berdaya tahan tidak harus bisnis baru yang belum jelas daya kompetitif terhadap krisis, persaingan, dan lainnya. Melainkan peluang bisnis tertentu yang dapat diolah dengan metode yang lebih moderat dengan teknologi terkini. Para pengusaha bisnis harus melakukan identifikasi yang berupa SWOT (strength, weakness, oppourtinity, and threads).

Potensi ekonomi yang bisa dibangkitkan pada era normal baru. Komoditas barang atau jasa yang ditawarkan pihak penjual kepada pembeli sebaiknya tidak mengalami lonjakan yang tajam. Aspek tersebut terjadi karena situasi pandemi covid-19 yang dihadapi bukan bentuk krisis resesi atau krisis moneter biasa. Melainkan perpaduan atau gabungan krisis resesi, krisis ekonomi, krisis kesehatan, plus virus covid-19 di dalamnya.

Tawarkan harga barang atau jasa sewajarnya kepada konsumen karena tidak sedikit alih komoditas demi bertahan hidup. Khusus Sembilan bahan pokok (sembako) sebaiknya tidak mengalami lonjakan tajam karena berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Dan memastikan jalur distribusi tidak menuai masalah pada sektor transportasi, keamanan, dan kenyamanannya.

Praktik protokol kesehatan covid-19 tidak boleh abai dalam melakukan mobilitas ekonomi khususnya niaga barang dan jasa. Kalau perlu menghadirkan peraturan baik penjual, pembeli, dan pengunjung lain untuk mengenakan masker dan mematuhi prokkes. Atau mewajibkan adanya sertifikat vaksin yang boleh masuk berniaga dan proses tersebut berjalan tiap hari.

Perbaikan ekonomi pada sektor tabungan masyarakat.

Pemerintah. Pemerintah Pusat/Propinsi harus membuat regulasi perbankan khususnya tersedianya tabungan yang menarik dan kompetitif. Peraturan yang mengajak masyarakatnya untuk gemar menabung sehingga memiliki daya tahan terhadap ragam krisis. Daya tahan terhadap ragam krisis yang menjawab bentuk persoalan keuangan dan lainnya minimal selama 24 bulan ke depan.

Perspektif ini terjadi karena selama ini dinamikanya mengarah pada pertumbuhan investasi, sementara tabungan mengalami penurunan. Hasilnya adalah ketika krisis datang seperti badai covid-19 menghantam investasi, maka solusi tabungan untuk bertahan hidup. Ironisnya, dana tabungan yang disimpan pada perbankan kurang dari tiga bulan dan investasi tidak bisa langsung digunakan.

Untuk itu, pemerintah pusat/daerah harus memformulasikan tabungan yang menarik, kompetitif, selain aman dan nyaman. Dana tabungan yang dipakai masyarakat pada media perbankan tidak boleh lagi digunakan untuk â numpang lewatâ . Investasi pada sektor bisnis tidak boleh lebih besar daripada tabungan karena tabungan itu sendiri berperan sebagai modal.

Masyarakat. Masyarakat harus menyadari bahwa fungsi tabungan tidak kalah penting dengan investasi pada sektor apapun juga. Perbaikan ekonomi pada sektor tabungan perlu dimutakhirkan supaya laju inflasi bisa ditekan dan keuangan tercukupi. Tatkala krisis apapun datang menghampiri, maka kemampuan tabungan merupakan solusi efektif bertahan hidup minimal 24 bulan berikutnya.

Selama masa krisis, maka masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk membangun ulang pendapatannya. Perspektif ini yang tidak terjadi pada masyarakat Indonesia sehingga ketika pandemi datang menuai keuangan yang tidak tercukupi. Paradigma dana yang tersedia harus diinvestasi memang benar, tapi tanpa tabungan kelak menuai masalah keuangan ke depannya.

Satu hal yang perlu dipertimbangkan bahwa resiko terhadap sektor bisnis apapun kerap terjadi. Namun resiko yang tidak kalah besar adalah resiko pada saat krisis multidimensi, regulasi pemerintah, perang, dan lainnya. Tatkala bentuk investasi mengalami macet yang memakan waktu sebagai dampak dari krisis, maka tabungan merupakan jawaban yang tepat dan terbaik.

Perbaikan ekonomi pada sektor sumber daya manusia.

Pemerintah. Perbaikan ekonomi pada sektor sumber daya manusia (SDM) mutlak diperlukan pasca pandemi berakhir atau situasi aman terkendali. Ibarat kata : â Perang telah selesai dimenangkan dan saatnya untuk kembali memulihkan semua kondisi yang adaâ . Selama pandemi covid-19 tidak sedikit pengangguran yang terjadi dan berimbas pada ekonomi, pendapatan, dan lainnya.

Salah satu programnya adalah pemberian insentif atau subsidi kepada para tenaga kerja (SDM) secara langsung. Bantuan ini harus diartikan bukan kepada perusahaan/pabrik sehingga pelaku bisnis tidak boleh menyalahgunakannya pada era covid-19. Dan pemberian sanksi positif bagi para pengusaha yang melakukan perbuatan atau sikap tidak terpuji melalui prosedur hukum.

Atau bisa juga bantuan dalam bentuk produktif, seperti program kerja, pelatihan gratis, penempatan kerja, dan lainnya. Tujuannya bukan hanya mencegah pengangguran yang semakin meluas, tapi juga meringankan beban hidup, dan pemulihan ekonomi. Tentunya, pemerintah perlu menghadirkan regulasi yang solutif, adaptif, dan edukatif tanpa mengurangi kualitas selektif.

Masyarakat. Pada situasi covid-19, masyarakat harus memanfaatkan dan memaksimalkan program kerja yang ditawarkan Pemerintah Pusat/propinsi. Meskipun begitu, para (mantan) tenaga kerja berhak memilih tawaran tersebut atau berwiraswasta sesuai kehendaknya. Sekaligus memunculkan kualitas optimisme bahwa inilah saatnya untuk bergerak maju dan membantu orang lain.

Kalaupun masyarakat yang mengikuti program produktif dari pemerintah tidak lolos seleksi, maka dapat berwiraswasta. Dalam situasi sulit seperti sekarang, lapisan masyarakat tidak boleh masuk ke dalam perbuatan kriminal atau kejahatan. Dalam situasi sulit seperti pandemi, lapisan masyarakat yang berniaga tidak boleh menaikkan harga pakan sembako melonjak tajam.

Selain itu masyarakat harus membantu pemerintah pusat/propinsi melalui kepatuhannya kepada regulasi protokol kesehatan. Tentunya disiplin normatif tersebut tidak mengurangi kualitas kerja atau wirausaha yang dijalankannya secara mandiri. Tumbuhkan kualitas optimisme dan hindari rasa pesimisme yang berpotensi menurunkan semangat gairah hidup.

Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan.

Pemerintah. Langkah pemerintah pusat/propinsi untuk membangun fasilitas kesehatan pada pandemi covid-19 merupakan sikap yang tepat. Alangkah baiknya untuk menghadirkan sarana yang lebih luas untuk mengantisipasi pandemi atau penyakit lain pada masa mendatang. Infrastruktur kesehatan yang dapat menjawab keluhan masyarakat pada penyakit bawaan, virus, dan lainnya.

Pemerintah harus membangun pabrik atau perusahaan obat medis dan perlengkapan kesehatan supaya tidak mengimpor dari luar negeri. Persediaan obat medis dan peralatan atau perlengkapan kesehatan tersedia secara maksimal dengan harga yang terjangkau. Tenaga kesehatan seperti dokter, suster, apoteker, dan pendekar kesehatan lainnya hadir untuk mencegah terulangnya wabah covid-19.

Insentif atau bonus perlu diberikan kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan supaya melahirkan semangat positif. Sekaligus memperhatikan pihak keluarga yang ditinggalkan tatkala suami/istri/orang tua/anak sedang menjalankan tugas kesehatan. Atensi ini kerap menghadirkan kenyamanan buat semua pihak supaya bekerja maksimal melayani pasien covid.

Tenaga kesehatan. Andai pandemi covid-19 berakhir, maka perlu menghadirkan penghargaan tertinggi di bidang kesehatan, medis, dan farmasi. Perspektif ini terjadi karena garda berikutnya pasca pasien yang bersangkutan gagal menangani covid-19 berada pada pihak tenaga kesehatan. Untuk itu, para tenaga medis layak menerima apresiasi baik berupa insentif, bonus, piagam dan ragam lainnya.

Memang tidak mudah menjaga kualitas kesehatan buat para pendekar medis asalkan berolahraga, makan teratur, dan lainnya. Penjadualan shift kerja perlu diatur secara seksama dan cermat supaya tidak menganggu kinerja dan kesehatan tenaga medis itu sendiri. Andai pandemi berakhir, maka tidak sedikit dari tenaga kesehatan yang melakukan tour and travel bersama keluarga.

Pemberian beasiswa pendidikan layak dialamatkan kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan atau keluarganya. Biaya murah pada edukasi kedokteran, suster, bidan, dan lainnya perlu mendapat perhatian ulang karena profesi medisnya. Profesi medis yang bersingungan dengan nyawa orang dan nyawa sendiri ketika menghadapi pandemi covid-19.

Masyarakat. Perspektif euphoria terjadi pada masyarakat yang kelak menikmati kebebasan pasca pandemi covid-19 berakhir. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang mengalami ketakutan dan kekuatiran terhadap potensi tertular dan kematian karena wabah. Uniknya, sisi lain harus melakukan mobilitas kegiatan yang menghasilkan pendapatan atau kegiatan positif lainnya.

Selama masa badai wabah, banyak kegiatan amal yang dilakukan lapisan manusia untuk saling membantu khususnya dalam situasi sulit. Misalnya bergotong royong dalam memberikan bantuan makanan kepada salah satu penderita covid-19 supaya tidak keluar rumah. Andai pandemi berakhir, maka harapan untuk saling membantu sesama manusia tidak boleh kendur.

Pasca pandemi menjadi endemik kelak pemakaian masker dan protokol kesehatan menjadi tradisi positif. Tradisi yang tidak hanya menjadi suatu kebiasaan, tapi menjadi bentuk pencegahan supaya tidak tertular virus/bakteri apapun. Selain itu kelak terdapat spanduk atau papan reklame untuk mengingatkan pentingnya masker dan protokol kesehatan lainnya.

Perbaikan obat medis/vaksin sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan.

Pemerintah. Perbaikan obat medis atau vaksin covid-19 yang dimaksud bukan berarti kualitas atau khasiatnya yang tidak memadai. Melainkan membuat obat medis/vaksin tersebut berkinerja lebih baik dan meramunya ke dalam bentuk tablet atau kapsul. Uniknya, untuk menghadirkan obat medis tersebut membutuhkan modal, durasi waktu. dan riset ilmiah yang sangat panjang.

Program vaksin covid-19 kepada lapisan masyarakat tetap terus digalakkan setidaknya setiap dua tahun sekali. Sekaligus untuk memastikan kesehatan dan keselamatan masyarakat dalam kondisi bebas pandemi dan penyakit bawaan. Biaya untuk injeksi vaksin perlu digratiskan sehingga animo atau antusias masyarakat senantiasa meningkat dan bersedia divaksin.

Pemerintah Pusat/Propinsi perlu meniadakan domisili sehingga masyarakat bisa divaksin di luar lokasi tempat tinggalnya. Misalnya : Pak Budi dan keluarganya yang berlokasi di Jakarta Pusat dan mengajukan permohonan vaksin di Jakarta Timur. Adanya kemudahan ini membuat Pak Budi dan keluarganya atau orang lain dapat divaksin dimana saja asalkan memiliki identitas penduduk.

Tenaga Kesehatan. Tenaga kesehatan (nakes) juga perlu divaksin karena berperan sebagai garda terdepan yang berhadapan langsung dengan penderita covid-19. Andai pandemi berakhir maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan edukasi sekolah medis dan apoteker. Langkah ke dua memberikan beasiswa atau potongan harga selama menempuh pendidikan.

Perspektif ini mutlak dilakukan karena tidak sedikit tenaga kesehatan yang gugur karena terpapar covid-19. Sekaligus mempersiapkan bangsa Indonesia secara keseluruhan untuk menghadapi bahaya pandemi lain untuk 100 tahun berikutnya. Persiapan ini mutlak dijalankan sehingga ketika bahaya pandemi lain menghampiri, maka masyarakatnya sudah sangat siap.

Posisi tenaga kesehatan tidak kalah penting dengan militer dan polisi sehingga kuantitas dan kualitasnya perlu ditingkatkan. Kalau perlu tenaga kesehatan tertentu memiliki jenjang karir yang jelas selain profesi, pekerjaan, dan pendapatan yang diperolehnya. Itulah bayangan kesehatan yang harus ditinjau andai pandemi berakhir sehingga kuantitas dan kualitasnya mengalami pertumbuhan.

Masyarakat. Kondisi wabah pandemi yang masih berlangsung, maka pemberian vaksin terhadap lapisan masyarakat mutlak dilakukan. Tujuannya bukan hanya mengurangi potensi terinfeksi, tapi menghadirkan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan yang lebih luas. Masyarakat pun diminta jangan menunda-nunda karena alasan pemilihan vaksin, domisili tempat tinggal, dan lainnya.

Andai pandemi berakhir pemberian vaksin kepada masyarakat tetap terus dilakukan sampai tingkat persentasenya mencapai 100%. Tujuannya untuk mencegah terulangnya terbentuknya covid-19 ke depannya sehingga tidak bertambah luas. Sekaligus mencegah dan menghindarkan orang yang kita sayangi termasuk diri sendiri dari bahaya terinfeksi, long covid, dan kematian.

Masyarakat harus mau diedukasi Pemerintah Pusat/Propinsi untuk diajak berpikir maju tentang penting dan manfaat vaksin. Kalau diperlukan sesama masyarakat saling mengingatkan, memotivasi, dan mengikuti program pemulihan kesehatan nasional. Andai pandemi berakhir, saatnya masyarakat bekerja keras dan cerdas untuk memulihkan pendapatan pribadi dan keluarganya.

Perbaikan kualitas kerja sebagai upaya pendapatan pribadi dan perusahaan.

Pendapatan Pribadi. Andai pandemi covid-19 berakhir, maka semua peluang kerja yang tersedia segera dilamar para calon tenaga kerja. Atau mengikuti pendidikan dan pelatihan yang berupa kursus tertentu yang dibiayai sendiri atau dibiayai Pemerintah. Atau membuka usaha sendiri dengan pinjaman lunak dari Bank Pemerintah/Swasta, bantuan pemerintah, atau kemampuan dana sendiri.

Selain itu, tidak sedikit kelompok masyarakat yang menyadari pentingnya edukasi dan berupaya memaksimalkannya. Tujuannya adalah menatap masa depan yang gemilang pasca berakhirnya pandemi menuju situasi normal lama yang terkendali. Sekaligus mencapai omzet yang tidak sedikit dan menggairahkan sektor bisnis atau ekonomi pribadi dan keluarganya.

Masyarakat mulai menyadari pentingnya tabungan atau dana langsung yang bisa ditarik cepat. Selain itu, pentingnya menabung sebagai solusi efektif untuk bertahan hidup dalam menghadapi krisis apapun. Kelak terjadi pergeseran alat investasi ke tabungan yang tersimpan dalam deposito dan tabungan lainnya. Meskipun tingkat bunganya kecil, tapi mampu bertahan hidup minimal 24 bulan.

Pendapatan Perusahaan. Zaman pandemi covid-19, tidah mudah menemukan karyawan yang berpendapatan tinggi pada tempatnya bekerja. Kalaupun ada jumlahnya bisa dihitung dengan jari alias tidak banyak. Bahkan pemberian pesangon pada masa persiapan pensiun (MPP) salah satu karyawannya saja belum tentu diberikan. Kas atau tabungan perusahaan mengalami penurunan karena harus membiayai operasional sementara pemasukkan menurun.

Andai pandemi berakhir, besar kemungkinan perusahaan atau instansi terkait melakukan perbaikan dan pemulihan. Efisiensi dan efektivitas mutlak dilakukan sekaligus meningkatkan dan menguatkan neraca keuangan yang lebih kompetitif. Kajian terhadap SWOT yang dialamatkan kepada perusahaan perlu dilakukan supaya berdaya tahan terhadap krisis apapun.

Manajemen perusahaan atau pabrik juga berharap kemajuannya diikuti dengan capaian maksimal dari para pegawainya. Sekaligus memberikan bonus, insentif, dan kompensasi yang menarik sehingga para karyawannya memiliki gairah kerja. Itu semua bisa berjalan positif apabila diikuti dengan pemasukkan perusahaan dan tentunya pasca pandemi berakhir tuntas.

Perbaikan pariwisata sebagai upaya pendapatan Negara non migas.

Pelaku pariwisata. Andai pandemi berakhir, maka sektor pariwisata dari Sabang sampai Merauke harus digairahkan kembali secara cermat. Papan, spanduk, dan informasi yang berkaitan dengan protokol kesehatan perlu diregulasikan kepada para wisatawan asing dan domestik. Tujuannya untuk mencapai kesehatan, kenyamanan, dan keamanan yang berkualitas dan maksimal.

Andai pandemi berakhir bukan berarti sektor pariwisata langsung pulih 100 persen dan mulai mengenakan bebas protokol. Tidak hanya itu, nilai pendapatan omzet dari aspek pariwisata itu sendiri mengalami fluktuasi yang berdurasi lama. Artinya para turis membutuhkan waktu untuk mempercayai situasi dan kondisi tujuan pariwisata berada dalam persepsi yang terkendali.

Andai pandemi berakhir, maka pelaku wisata dapat menyajikan ragam produk kerajinan tangan yang kompetitif. Suatu produk yang tidak hanya bernilai sejarah atau penting, tapi dapat menggerakkan dan memakmurkan sektor ekonomi. Bahkan jangka panjangnya dapat menambah cadangan devisa yang kelak menumbuhkan pendapatan daerah secara maksimal.

Pemerintah. Pemerintah harus menfasilitasi dan mendukung kehidupan para pelaku wisata di daerah secara seksama dan cermat. Salah satunya dengan melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan tetap mengutamakan prokkes. Perlu dicatat bahwa kemajuan tersebut berjalan positif ketika suatu kondisi mengalami normal lama kembali. Selain itu, pinjaman lunak dari Bank BUMN/Swasta atau Pemerintah perlu dihadirkan.

Jaminan hukum mutlak ditegakkan kepada turis asing atau domestik sehingga meningkatkan kepercayaan yang berkualitas. Lingkungan pariwisata sekitarnya perlu mendapat pemeliharaan dan perawatan sehingga menghadirkan kesan yang menarik dan elegan. Biaya masuk untuk mengunjungi pariwisata daerah bernada murah dan terjangkau sehingga dapat menjangkau para turis lain.

Wisatawan. Para turis asing atau domestik wajib mengikuti regulasi masker plus protokol kesehatan lainnya sesuai ketetapan Pemerintah. Andai pandemi berakhir beberapa waktu kemudian, maka protokol kesehatan tetap dijalankan turis secara penuh. Jadi, intinya tidak ada yang berubah kecuali perubahan pandemi covid-19 menjadi endemik flu biasa yang tidak mematikan.

Kewajiban memiliki surat vaksin yang berlaku dari Negara asal (turis asing) mutlak dihadirkan berdampingan dengan paspor. Andai pandemi berakhir pada kegiatan pariwisata yang melibatkan para turis menyajikan perpaduan normal lama dan normal baru. Tidak mudah memang dalam menyikapi pandemi covid-19 dan perubahannya menjadi endemik flu biasa.

Satu hal yang pasti variabel adaptasi merupakan salah satu kunci yang efisien dan efektif selain variabel lainnya. Sementara ini, kita bisa lihat dan berharap ke depannya kondisi wabah covid bisa melandai dan meminimalkan tingkat kematian.

Saran. Semua yang sudah dibahas dari segmen pertama hingga segmen terakhir hanya mengutarakan andai pandemi berakhir. Realitasnya covid-19 tetap menetap selamanya di bumi Indonesia dan dunia internasional. Situasi sulit ini masih bisa dikendalikan ke arah endemik flu biasa sehingga tidak membahayakan bagi manusia. Salah satunya dengan riset medis yang bisa memakan waktu, tenaga, pikiran, dan modal yang tidak sedikit.

Tambahannya adalah kewajiban memakai masker dan kepatuhan kepada protokol kesehatan yang berkualitas. Berikutnya adalah mensosialisasikan kepada masyarakat untuk kembali beraktivitas dengan menghadirkan era normal baru. Tenaga medis, obat, dan sarana kesehatan senantiasa dipersiapkan lebih baik lagi untuk menghadapi situasi tertentu.

Perilaku dalam bekerja atau mobilitas kegiatan lainnya pun mulai berubah sesuai irama penerapan normal baru. Program vaksin terus berlanjut tidak hanya kepada lapisan manusia yang belum menerima, tapi kepada pengaturan frekuensinya. Era digital kembali mencuat signifikan dalam rangkaian mobilitas dan menjembatani interaksi tatap muka virtual online yang lebih humanis.

Kesimpulan. Apakah pandemi covid-19 yang berawal dari Maret 2020 hingga tulisan ini diturunkan sudah berakhir menjadi endemi? Jawabannya belum tahu secara definitif karena tidak sedikit korban covid-19 yang berjatuhan baik terinfeksi, sembuh, dan meninggal. Tidak sedikit suara dari pejabat, epidemiologi, dan lainnya yang mengatakan bahwa pandemi tetap selama-lamanya.

Sejak kehadiran pandemi covid-19 hingga sekarang tidak sedikit melahirkan trauma dan ketakutan yang tidak sedikit. Bahkan tidak sedikit manusia yang menjadi paranoid sehingga lebih memilih tiarap untuk lindung diri seperti diam di rumah. Banyak korban sembuh dari covid-19 yang mengalami long covid selama beberapa waktu dan berpotensi seumur hidupnya.

Pemerintah Pusat/propinsi harus menyiapkan masyarakatnya untuk menghadapi normal baru atau kembali pada normal lama. Kalaupun tidak bisa kembali kepada normal lama, maka setidaknya siapkan kebutuhan medis harus dipersiapkan normal baru. Kelak harus berdampingan dengan virus covid-19, maka infeksi atau kematian bisa diatasi secara seksama.

Andai pandemi berakhir, maka pelaku wisata dapat menyajikan ragam produk kerajinan tangan yang kompetitif. Suatu produk yang tidak hanya bernilai sejarah atau penting, tapi dapat menggerakkan dan memakmurkan sektor ekonomi. Bahkan jangka panjangnya dapat menambah cadangan devisa yang kelak menumbuhkan pendapatan daerah secara maksimal.

Daftar Pustaka

1. â Masalah Psikologis di Era Covid-19â , http://pdskji.org/ home.

2. â Sepanjang Maret Juli Kemnaker Catat 214 Juta Pekerja Terdampak Covid-19â , 5 Agustus 2020, https://nasional. kontan.co.id/news/sepanjangmaret-juli-kemnaker-catat-214- juta-pekerja-terdampak-covid-19.

3. Buana, Dana Riksa, "Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa," Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Volume 7, No. 3 (2020).

4. Putri, N. N. (n.d.). Retrieved from https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/67504- Dampak-Pandemi-Corona-Terhadap-Sektor-Ekonomi-Indonesia.

5. Ridwan, A. (n.d.). Alinea. Retrieved from https://www.alinea.id/nasional/pemerintah-harusjamin-kebutuhan-pokok-terpenuhi-saat-psbb-b1ZLh9sVp,

6. Rohmah, S.N. "Adakah Peluang Bisnis di Tengah Kelesuan Perekonomian Akibat Pandemi Corona?," Adalah: Volume. 4, No. 1 (2020).

7. Suni, Nur Sholikah Putri. (2020). Kesiapsiagaan Indonesia Menghadapi Potensi Penyebaran Corona Virus Disease. INFO Singkat, 12 (3), 14.

8. Yunus, Nur Rohim; & Rezki, Annissa. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lockdown sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syari-i, 7 (3), 228.

9. Herdiana, D. (2020). Penanggulangan COVID-19 Tingkat Lokal Melalui Kebijakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Provinsi Jawa Barat. Journal of Governance Innovation. https://doi.org/10.36636/jogiv.v2i2.442

10. Januar Mahardhani, A. (2020). Menjadi Warga Negara yang Baik pada Masa Pandemi Covid-19: Persprektif Kenormalan Baru. Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan. https://doi.org/10.24269/jpk.v5.n2.2020.pp65-76

11. Purnomo, Agung. 2020. COVID-19 Terhadap Bisnis: Implikasi, Strategi, dan Asesmen. Surabaya: Yayasan Kita Menulis. E-ISBN: 978-623-7645-72-6

12. Zendrato, Walsyukurniat. 2020. â GERAKAN MENCEGAH DARIPADA MENGOBATI TERHADAP PANDEMI COVID-19.â Jurnal Education and Development 8 (2): 242â 48

Profil Penulis

Marthin Robert Sihotang, S.Kom., M.M berusia 42 tahun. Biasa di panggil Robert. Menggeluti bidang pendidikan sejak Tahun 2007. Tajuk yang menjadi minatnya adalah bidang pendidikan, jurnal ilmiah, dan sebaginya. Sekarang aktif juga pada hobi menulis dan membaca buku. Nomor yang bisa dihubungi adalah WA 08812339593 dan nomor Hp 085780727254

Penulis aktif pada penulisan ragam Buku Latihan Ajar. Beliau juga aktif pada bentuk penulisan artikel SEO, artikel non SEO, cerpen, opini, dan puisi. Untuk menghubungi beliau, maka bisa langsung ke email : [email protected]. Beliau senang sekali dengan ragam masukan yang membangun, solutif, dan positif.

Beliau merupakan staff pengajar pada mata kuliah Statistik Dasar, Statistik Probabilitas, Aljabar Linier, dan lainnya. Setelah memperoleh gelar kesarjanaan S. Kom selama 4 (empat) tahun dari Universitas Bina Nusantara pada tahun 2001. Kemudian beliau melanjutkan studinya dan meraih gelar Magister Manajemen (M.M) selama 2 (dua) tahun dari Universitas Trisakti pada tahun 2005.

Pengalaman beliau dalam mengajar mata kuliah tertentu pada beberapa perguruan tinggi swasta (PTS). Pak Robert menyadari bahwa tanpa kehadiran pendidikan nasional, maka hasilnya berjalan di tempat atau berjalan mundur ke belakang. Beliau merupakan salah satu dari pengamat pendidikan yang menyoroti masalah edukasi dan budaya nasional/daerah.

Pak Marthin Robert, sering dipanggil pak Robert memulai rangkaian penulisan selama dua tahun terakhir (2019-2021). Tentu, tidak sedikit pengalaman menulis yang pernah ditempuhnya secara mandiri dengan penuh suka dan duka. Namun, semuanya menjadi proses pembelajaran yang positif demi mencapai kesuksesan.

Kegiatan menulis tetap terus dilanjutkan sampai sekarang sehingga dapat memberikan corak edukasi yang komprehensif. Salah satunya adalah keikutsertaannya sebagai penulis lepas serach engine (SEO) pada salah satu perusahaan tertentu. Pak Robert juga berkenan untuk membagi waktunya kepada para generasi muda untuk berkonsultasi atau bertanya.

Kelengkapan IDENTITAS

Nama : Marthin Robert Sihotang

No. HP : 08812339593/085780727254

Kota Asal : Bekasi Timur, Jawa Barat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image