Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bahar Sungkowo SPd MPd

Menyelamatkan Karakter Peserta didik dengan PENDEKAR SAKTI

Guru Menulis | Friday, 17 Sep 2021, 14:47 WIB

Pandemi Covid-19 belum berakhir dan masih menebar teror bagi umat manusia sedunia. Siapapun manusia apakah dia seorang centayang, ahli bakteri dan virus, sorang pemimpin dunia yang dapat memprediksi pandemi menjadi endemi dan hilang tanpa bekas. Hanya Allah SWT yang mampu menghentikan pandemi Covid-19. Kita tahu, bahwa dampak pandemi Covid-19 menghancurkan semua aspek kehidupan, mulai dari Ekonomi, Budaya, Sosial, sampai Pendidikan. Hal yang sangat ditakutkan adalah diskrupsi karakter generasi bangsa yang hancur karena pandemi Covid-19, yang dikenal dengan “ The Loss Generation”.

Tahun 2019 adalah awal munculnya Covid-19 di Wuhan China, namun Maret 2020 adalah pertama kali ditemukan kasus Positif Covid-19 di Indonesia. Begitu cepatnya penyebaran virus Covid-19, sehingga WHO menyatakan Pandemi Covid-19. Dampaknya begitu tragis, semua aktivitas manusia beralih dari aktivitas outdoor menjadi aktivitas di rumah saja. Bekerja, belajar dan berkarya tidak sebebas lalu, namun semua harus WFH ( Work From Home ). Begitupun dunia pendidikan, langsung berubah 360 derajat, dari tatap muka langsung menjadi pembelajaran jarak jauh atau daring/online. Guru dan peserta didik harus beradaptasi cepat dengan konsep pembelajaran jarak jauh dengan daring atau dalam jaringan (Online)

Surat edaran mentri Pendidikan dan Kebudayaan Ristek nomor 4 tahun 2020 tentang pedoman pelaksaan BDR di masa darurat Covid-19 menjadi panduan guru dan sekolah menerapkan pembelajaran Daring dengan belajar jarak jauh. Ada tiga aspek keberhasilan pendidikan dalam pembelajaran jarak jauh, yakni :

1.) Komitmen peserta didik, orangtua dan guru, 2). Karakter positif yang mendukung keberhasilan pembelajaran jarak jauh, dan 3) Sarana dan prasarana pendukung PJJ secara daring. Dalam tulisan ini, aspek kedua yang akan dibahas berkait dengan karakter positif yang mendukung keberhasilan pembelajaran jarak jauh.

Bagai asap jauh dari bara, bagai kenyataan jauh dari harapan. Kenyataan yang didapat bahwa terjadi distorsi karakter secara Nasional akibat pembelajaran jarak jauh. Salah satu indikasi adanya distorsi karakter adalah : sikap meremehkan guru dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mengapa demikian?. Yaa.. keleluasaan menggunakan gadget dan internet, ditunjang dengan kurangnya kerjasama orangtua, menjadikan peserta didik tidak berdisiplin dalam belajar, dengan mematikan kamera dan meninggalkan guru yang sedang menjelaskan materi.

Menurut pakar pendidikan banyak indikasi adanya Learning Loss dalam pembelajaran jarak jauh. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi gejala learning Loss adalah hilangnya kesempatan belajar karena berkurangnya intensitas interaksi dengan guru saat proses pembelajaran yang mengakibatkan penurunan penguasaan kompetensi peserta didik.Salah satu penyebabnya adalah : tidak mendapat kesempatan memperoleh Pendidikan karena beberapa faktor internal/ eksternal.Faktor internal adalah gangguan psikis peserta didik dengan gejala adiksi internet sehingga meremehkan pembelajaran jarak jauh yang menjadi kewajibannya.

Jika ini dibiarkan berlarut-larut, akan memberikan dampak psikologis peserta didik dengan indikasi malas belajar, asyik bermain game online dan sosial media, serta berfantasi menyaksikan film anime dan serangan edutainment Korea. Bukan hanya menjadi nomophobia effect, gejala jangka panjangnya adalah diskrupsi karakter penerus bangsa. Mental dan karakter pemuda menjadi lemah, cengeng, mudah menyerah dan tidak tahan uji. Maka berhati-hatilah terhadap generasi yang lemah. Sebagaimana Qs Annisa ayat 9 yang berbunyi : “ Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

Sejatinya sebagai pengajar PPKn dan IPS, penulis menyadari bahwa generasi melankolis dan imajinasi serta halusinasi ini sangat berbahaya bagi kelangsungan bangsa dan negara ini. Game online dan adiksi internet lebih bahaya dari Narkoba, Rokok dan minuman keras. Untuk itu penulis Menyusun suatu pedoman dalam pendidikan etika dan karakter yang diakronimkan dengan Pendekar SAKTI. Apa itu pendekar SAKTI?. Intinya ada lima karakter mulia yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang religious Nasionalis yang diakronimkan dengan SAKTI, sebagai berikut :

1. S adalah Santun : yakni karakter ramah, baik hati, sabar dan tenang. Santun juga bermakna suka menolong dan sopan kepada orang lain. Sikap ini wajib diwariskan karena pribadi luhur bangsa Indonesia.

2. A adalah Amanah : yakni menjaga janji, tekad, cita-cita dengan baik serta berusaha tidak melukan perbuatan yang merusaknya. Amanah adalah menjalankan kesepakatan misalnya kontrak belajar di awal semester antara peserta didik dan guru.

3. K adalah kebangsaan : yakni cinta dan bangga terhadap bangsa dan negaranya. Berdisiplin dalam penjalankan tanggungjawab diri dengan amanah adalah bentuk dari kebangsaan. Karena jiwa kebangsaan itu tumbuh dari rasa tanggungjawab, cinta dan Amanah terhadap kepercayaan orangtua sebagai masyarakat bangsa yang terkecil, sebelum cinta, tanggungjawab dan Amanah kepada bangsa dan negaranya.

4. T adalah teladan : Yakni sifat baik untuk memberikan contoh baik pada orang lain. Guru adalah figur digugu dan ditiru. Maka karakter guru wajib menjadi teladan bagi peserta didiknya.

5. I adalah Ikhlas : Yakni sifat tidak mengharapkan balas jasa dari orang lain, melainkan berharap balasan dari Allah SWT. Ikhlas merupakan makom tertinggi dari SAKTI, sehingga jika Ikhlas didapat, maka sedah mencakup Santun, Amanag, Kebangsaan, dan Teladan.

Pendekar SAKTI sebagai pedoman pembinaan etika dan karakter khususnya di masa pandemi Covid-19 dengan pembelajaran jarak jauh dapat efektif dan efisien jika diterapkan dalam tiga implementasi sebagai berikut :

a. Sosialisasikan dengan menarik dan menginspirasi. Misalnya dengan Banner dan spanduk pendekar SAKTI disetiap sudut sekolah ataupun grup WA kelas. Juga memberikan kata-kata Quote di grup WA, Instagram dan Google Classroom.

b. Setiap guru mengantarkan diawal pembelajaran jarak jauh, nasehat-nasehat baik itu nasihat seorang salih ataupun pimpinan pondok/sekolah dalam Zoom meeting atau Google Meet. Peserta didik diingatkan dengan kontrak belajarnya sebagai perjanjian suci selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Memberikan reward bagi peserta didik yang dapat menjaga konsitensi kontrak belajar dengan berdisiplin, santun, amanah,kebangsaan, teladan dan ikhlas dalam proses pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan selaman pandemi Covid-19 dalam skala kelas, dan sekolah.

Demikian sebuah pendapat dan ide akan pendekar SAKTI yang menjadi suatu solusi alternatif dalam pembelajaran jarak jauh berkait dengan menjaga kualitas karakter peserta didik dalam mengikuti konsep belajar pembelajaran jarak jauh. Meski pandemi tidak membuat distorsi karakter peserta didik disfungsi, tetap SAKTI dengan pendekar SAKTI. Wallahu Alam.

Sumber gambar diambil dari dokumentasi pribadi penulis.

Penulis adalah pengajar/guru IPS,PPKn dan Kewirausahaan SMP Internat AlKausar Kab Sukabumi Jawa Barat

WA/HP : 087820994093

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image