Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taufiq Izhar

Mari Menertawakan Coki

Curhat | Saturday, 04 Sep 2021, 11:54 WIB

Bukan mengucapkan kata "WHY" saat saya bereaksi membaca berita penangkapan Coki. Tapi tertawa. Jari saya pun segera menshare berita tersebut ke status media sosial. Ada kawan menanggapi dengan jokes yang menggelitik, "Banyak tertawa kukira selera humornya, ternyata efek narkoba. Chuaksss".

Saya yang tertawa dengan jokes itu coba menimpali. "Kerap menertawakan orang beragama, eh dia menuhankan narkoba. Chuaxxss". Kami pun saling lempar jokes cukup lama sebagai selebrasi atas penangkapan Coki.

Ditambah lagi dengan video amatir polisi saat penangkapan. Melihat tingkah Coki yang tampak terkaget-kaget karena digrebek, semakin keras tawa saya untuknya. Apalagi dengan ucapan spontan polisi soal video tak senonoh sesama jenis. "Hanya dengan video kurang dari semenit, habis ini orang. Kena double kill". Demikian kata hati saya.

Ternyata tak cukup sampai di situ. Dengan mengikuti perkembangan kasusnya, bisa dibilang saat ini Coki kena triple kill. Karena terungkap bahwa ia menyuntikkan narkoba melalui anus. Bila nyabu dengan dibakar menggunakan bong atau disuntik di bagian tangan, itu sudah biasa. Tapi disuntikkan lewat bagian anus? Saat itulah saya baru beraksi dengan mengucapkan "WHY", tentu dengan tertawa juga.

Coki memang dikenal menuai kontroversi. Bersama rekannya, Tretan Muslim ia sempat diburu ormas atas kasus "Babi Kurma". Lalu pada peristiwa banjir, ia mentweet hal sensitif. "Anda yang semalem ga maksiat tapi ikut kena dampak azab bajir, nyesel kan anda? Kalo tau sama-sama banjir juga, mending mabok dan n**we. Kami basah-basahan tapi dalam keadaan senang. Anda basah basahan tapi tetep sebel hahahaha". Tweet itu pun diakhiri dengan emot tertawa.

Dalam beberapa kesempatan, ia juga sering membahas tentang ketersinggungan masyarakat Indonesia. Menurutnya ketika ada satu jokes, ada dua pilihan. Yakni tersinggung dan tidak tersinggung. Seharusnya masyarakat memilih tidak tersinggung karena yang menyampaikan adalah pelawak.

Maka tidak ada alasan lagi untuk tidak menertawakan Coki. Pertama, karena apa yang dialami dan ia lakukan menurut saya lucu. Kedua, dia mengaku sudah tidak tersinggung dengan ucapan seseorang. Menertawakan Coki sebagai batu uji atas klaim-klaim yang dia ucapkan di atas.

Rasanya tak perlu ada kalimat semangat, ajakan sabar atau meratapi penangkapan Coki. Karena cukup eneg saya mendengar orang ditangkap karena narkoba, tapi dianggap sebagai musibah. Padahal itu memang resiko.

Mari kita sama-sama menyimak perkembangan kasus ini dengan berbunga-bunga, karena penangkapan Coki bukan musibah yang harus ditangisi, tapi ditertawai.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image