Pengalaman Mengikuti Program Guru Penggerak yang Luar Biasa
Eduaksi | 2021-08-21 16:24:55Mulai hari Sabtu, pertengahan Agustus 2021 ini saya mengikuti program yang luar biasa, yakni Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3. Program Guru Penggerak (PGP) adalah suatu program dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. PGP bertujuan untuk mencetak guru menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Karena masa pandemi dan PPKM yang belum berakhir, lokakarya perdana menggunakan metode daring. Pelaksanaan pendidikan dilakukan menggunakan Learning Management System (LMS). Sebelumnya di saat saya melaksanakan Pendidikan Profesi Guru di UNY secara daring, saya pernah mengerjakan tugas-tugas melalui LMS, sehingga sedikit banyak saya memahami apa dan bagaimana itu LMS.
Saya banyak belajar dalam proses seminggu pertama ini, walaupun saya juga mengalami kesulitan kecil. Saya belajar ilmu-ilmu baru yang sebelumnya tidak begitu saya pahami, bahkan belum tahu sama sekali. Karena sama sekali belum tahu, saya kadang merasa bingung untuk melangkah. Saya bersyukur, ada teman sesama Calon Guru Penggerak, Pendamping Praktik, Fasilitator dan Admin LMS yang bisa menjadi tempat saya bertanya.
Karena melalui metode daring, tentu saja ini memerlukan kuota internet yang stabil. Hal ini menjadi kendala bagi saya juga. Selama masa pandemi, PPKM membuat saya hanya terjadwal beberapa hari dalam seminggu untuk piket di sekolah. Untuk internet yang stabil, tentunya melalui jaringan WIFI dan sekolah memiliki fasilitas itu, sementara di rumah saya hanya mengandalkan kuota dari gadget. Selain itu, kondisi laptop tua tanpa mikrofon membuat saya harus mengikuti diskusi melalui hp juga membuat saya sedikit repot dalam pelaksanaan diskusi. Saya mencoba bersabar untuk menggunakan alat dan fasilitas terbatas ini dengan semaksimal mungkin. Saya berusaha mempersiapkan data internet yang memadai dalam 2 kartu SIM, sebagai cadangan jika sewaktu-waktu kuota habis.
Saya merasa senang sekali mendapatkan kesempatan luar biasa untuk mengikuti pembelajaran-pembelajaran di prgram ini. Bagaimana tidak, untuk dapat lolos seleksi saja membutuhkan perjuangan yang luar biasa juga. Awalnya saya mengetahui program ini saat membuka SIMPKB. Saat itu, pendaftaran untuk angkatan 2 telah berakhir, lalu saya coba klik mendaftar untuk angkatan berikutnya. Tak disangka selang beberapa waktu kemudian, saya mendapat pesan dari Ditjen untuk segera melanjutkan proses pendaftaran dan mengikuti grup PGP dari kabupaten Sleman. Selanjutnya saya meminta izin mendaftar dari kepala sekolah, mengunggah beberapa dokumen di SIMPKB. Proses ini masih dilanjutkan dengan tahap tes menulis esai yang begitu banyak. Setelah lolos seleksi administrasi, masih dilanjutkan dengan tertulis, simulasi mengajar dan wawancara. Hasil tidak mengkhianati proses. Alhamdulillah saya dinyatakan lolos untuk mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 ini. Walaupun sempat goyah karena ingin mendaftar kuliah S2, tapi ketika mengingat banyaknya rangkaian tes yang saya jalani dan izin dari kepala sekolah, akhirnya saya memutuskan untuk terus menjalani proses selanjutnya.
Pilihan saya untuk mengikuti program ini ternyata sangat tepat, di minggu pertama ini saja saya merasa mendapatkan pengalaman yang luar biasa manfaatnya. Saya mendapatkan banyak ide untuk menerapkan pemikiran positif dari Ki Hajar Dewantara sebagai aksi nyata di sekolah. Selain itu, saya juga menemukan cara baru, aplikasi baru yang bisa saya gunakan. Ternyata, apa yang saya lakukan saat mengajar selama ini belum apa-apa, masih banyak hal yang harus dikembangkan agar lebih baik. Semoga saya bisa menularkan kepada rekan-rekan sejawat saya, sehingga manfaat positif ini dapat lebih tersebar luas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.