Review Film Nobody (2021)
Gaya Hidup | 2021-08-15 22:49:28Review Film Nobody (2021) - Film yang dibintangi Bob Odenkirk ini memanggil sekilas ingatan kita pada film John Wick. Hal tersebut wajar sekali sebab film ini memang ditulis oleh Derek Kolstad yang menggarap kisah film tersebut. Dengan balutan unsur komedi, film Nobody (2021) menampilkan rentetan aksi yang menawan, sekaligus menghibur.
Kisah ini dibuka dengan penggambaran tokoh sentral, Hutch (Bob Odenkrik), yang ditampilkan tidak âbetahâ dalam menjalani rutinitas hidup yang tampak absurd. Di samping itu, ia memiliki keluarga, seorang istri dan sepasang anak, yang tampak tidak mampu melengkapi dirinya. Oleh sebab itu, ia merasa hidupnya amatlah kosong. Hasrat Hutch menjalani hidup tidak menggebu-gebu.
Meski proses penceritaan pada bagian awal ini tampak terkesan âterengah-engahâ, sejak masuk rumitan cerita, kita mulai dapat menikmati proses penceritaan yang mulai sambung-menyambung pada film yang digarap Ilya Naishuller ini. Selain itu, kita mulai mengharapkan munculnya jalan cerita yang takdikira-kira atau kejutan-kejutan aksi.
Rumitan cerita dimulai saat Hutch sudah sangat jenuh dengan rutinitas hidup dan standar moral yang ada di lingkungannya. Kemudian, ia tidak sengaja bertemu dengan segerombolan pria yang berniat menggangu seorang gadis. Baginya, kondisi semacam ini bukan sebagai malapetaka, melainkan hal-hal yang ia idam-idamkan. Uniknya, ia tidak berniat menolong gadis yang terjebak di dalam bus tersebut, melainkan menyalurkan kekesalan dalam dirinya dengan menghajar pria-pria tersebut.
Terjadilah pertarungan yang sebenarnya tidak seimbang dan membuat kita mungkin mengambil napas beberapa kali. Pertarungan ini rupanya mengantarkan Hutch pada konflik yang jauh lebih besar. Hutch dihadapkan dengan Yulian, bos besar yang sosiopat. Kemudian, Hutch diburu anak buah Yulian. Rentetan aksi pun silih berganti hadir.
Tidak berbeda dengan John Wick, identitas masa lalu Hutch sebagai pembunuh yang memiliki rekam jejak mengerikan mulai tersingkap dalam proses penceritaan. Identitas Hutch yang menganggap dirinya bukan siapa-siapa mulai terbuka. Seiring dengan itu, sajian aksi Hutch menghadapi beberapa orang justru makin dipertunjukan, mulai dari yang sangat mengerikan sampai yang menghibur.
Rentetan aksi yang dilengkapi komedi menjadi hal yang lumayan menyihir dalam film ini. Unsur humor menjadi penebal daya pikat. Dialog yang jenaka dan komedi situasi pada film ini mampu membuat kita tersenyum ataupun tertawa lepas. Salah satunya adalah sisipan komedi saat Hunt mengajak korbannya yang kritis untuk mendengarkan ia bercerita. Oleh sebab itu, secara umum, film ini lebih menghibur daripada John Wick.
Selain itu, kemunculan tokoh-tokoh baru menjelang akhir kisah membawa kejutan yang menyenangkan dan memberi kesegaran. Secara tersirat, hal tersebut membuka peluang untuk membuat sekuel film ini, ditambah adegan kredit setelah film. Namun, di sisi lain, kisah Nobody sebenarnya juga dapat dibuat lebih panjang apabila ada keinginan pengembangan kisah yang lebih luas dengan tidak menyimpan tokoh-tokoh kejutan menjelang akhir kisah.
Sementara itu, film ini masih memuat formula yang kita lihat pada film-film aksi lainnya, yaitu sajian aksi yang dikemas dengan adegan yang diperlambat. Kemudian, muncul tembang jazz yang bernuansa berbeda sekali dengan sajian gambar yang menampilkan adegan sadis dan mengerikan. Penggunaan elemen ini dalam beberapa adegan pun bukan hal yang baru.
Dengan durasi 1 jam 32 menit, film Nobody (2021) menampilkan kisah yang menawan secara aksi serta menghibur secara komedi. Meski ada peluang untuk pengembangan cerita yang lebih luas dan kompleks, Nobody cukup mampu menghadirkan sensasi khas dari film-film aksi dan menggambarkan rasa kokosongan yang dirasakan manusia dalam menjalani rutinitas hidup yang absurd.
Sumber: IMDB
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.