Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ony Linda FIKES UHAMKA

Konsumsi Hidangan Idul Fitri, Tetap Perhatikan Pedoman Gizi Seimbang

Gaya Hidup | Saturday, 07 May 2022, 07:11 WIB

Oleh: Ony Linda (Mahasiswa Program Studi Doktor Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret, Dosen Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA)

Umat Islam usai menjalankan ibadah puasa Ramadhan biasanya melanjutkan dengan tradisi mudik ke kampung halaman untuk bersilaturahmi kepada keluarga dan kerabat. Budaya tersebut berlaku untuk seluruh wilayah di Indonesia, bahkan warga yang tinggal di luar negeri pun tak jarang ikut meramaikan momen mudik ini. Acara silaturahmi itu umumnya diiringi dengan ngobrol dan makan-makan. Setelah selesai liburan di kampung halaman, mereka akan kembali ke rumah masing-masing untuk kembali melanjutkan berbagai aktivitas. Masih dalam suasana lebaran, acara berikutnya adalah halal bil halal yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas. Ini juga berisi antara lain makan-makan. Menu utama yang disajikan biasanya ketupat, rendang, opor ayam, dan sambel goreng kentang hati. Selain makanan lengkap, terdapat pula makanan camilan yang secara sumber zat gizi memiliki komposisi tinggi karbohidrat, protein, dan lemak seperti dodol, kue nastar, kastengel, dan putri salju meskipun tiap daerah memiliki jenis makanan dan minuman yang khas. Ketika acara kumpul-kumpul seperti ini sering asupan makanan tidak terkontrol baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga yang terjadi adalah besar tiang daripada pasak (konsumsi makanan dan minuman lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh tubuh) sehingga berdampak pada kelebihan berat badan (overweight) atau bahkan kegemukan (obesitas) karena selama sekitar sebulan berpuasa, latihan mempraktikkan pola makan sehat terbentuk, namun ketika memasuki masa lebaran, sering pola makan ini menjadi berantakan karena pilihan menu yang tersedia beraneka ragam dan sayang bila dilewatkan.

Hasil survei yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 mendapatkan hasil prevalensi (jumlah keseluruhan kejadian) kelebihan berat badan dan kegemukan berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh (IMT), hasil bagi dari berat badan (kilogram) dengan tinggi badan (meter) dikuadratkan, sebesar 13.6% dan 21.8%. Sementara obesitas sentral, istilah awamnya adalah perut buncit berlebihan, sebesar 31%. Prevalensi ini selalu mengalami peningkatan dalam 2 kali survei sebelumnya yaitu tahun 2007 dan 2013 (18.8% dan 26.6%). Parameter obesitas sentral dihitung berdasarkan ukuran lingkar perut, untuk laki-laki > 90 cm dan perempuan >80 cm. Kondisi ini berisiko untuk meningkatkan berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, stroke, dan serangan jantung. Sebagai upaya menekan angka kejadian obesitas, pada peringatan hari obesitas dunia (World Obesity Day) tanggal 4 Maret 2022 yang lalu mengangkat tema “Every Body Needs to Act”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap elemen (individu ataupun organisasi) berkontribusi dalam upaya penurunan prevalensi obesitas tersebut. Kampanye yang dilakukan oleh pemerintah berupa penerapan pola hidup sehat dengan mengadopsi perilaku CERDIK (cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin beraktivitas fisik, diet seimbang, istirahat yang cukup, dan kelola stress dengan baik)

Pemerintah RI melalui Kementerian Kesehatan telah membuat regulasi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang (PGS), konsep susunannya mengikuti pola tumpeng yaitu semakin ke atas semakin mengecil/ mengerucut. Bagian dasar tumpeng PGS berupa pola hidup bersih dan sehat, pola olahraga dan aktivitas fisik, serta memonitor berat badan secara rutin dengan tujuan untuk menjaga kenormalan berat badan. Bagian badan tumpeng PGS berupa anjuran konsumsi makanan beraneka ragam dan acuan konsumsi makanan harian berdasarkan zat gizi dan kadar rata-rata harian penduduk Indonesia yang sehat.

Makanan yang dimaksud berupa makanan pokok sumber karbohidrat (antara lain nasi, lontong, mie, roti, sagu, terigu, talas, ubi, singkong, jagung, kentang) sebanyak 3--4 porsi, sayuransumber vitamin dan mineral baik berbentuk daun (antara lain bayam, kangkung, sawi, slada, mangkokan, genjer), batang (rebung, asparagus), umbi (antara lain wortel, lobak, bit), bunga (antara lain kembang kol, tebu telor kembang waluh, kembang bawang, jantung pisang), dan buah (antara lain labu air, labu siam, oyong, pete, pare, tomat), ataupun lalapan sebanyak 3--4 porsi, buah sumber vitamin dan mineral (antara lain alpukat, apel, belimbing, durian, jambu, mangga, manggis, pepaya, pisang, pir, rambutan, semangka) sebanyak 2--3 porsi, lauk pauksumber protein hewani (antara lain daging, unggas, ikan, telur, susu) dan nabati (antara lain tempe, tahu, oncom, kacang-kacangan dan hasil olahannya) sebanyak 2--4 porsi, serta gula, garam, dan lemak (GGL) dibatasi sebanyak 4 sendok makan, 1 sendok teh, dan 5 sendok makan. Bahkan konsumsi GGL sudah diatur sebelumnya melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Tujuan dibuat aturan ini adalah sebagai upaya preventif dan edukatif terhadap masyarakat dari risiko penyakit degeneratif terutama hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung sehingga akan tetap sehat untuk saat ini dan seterusnya

Sebagai gambaran, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyajikan hasil prevalensi penyakit tidak menular (degeneratif) pada penduduk Indonesia usia dewasa di perkotaan khususnya yaitu hipertensi sebesar 34.4%, stroke sebesar 12.6‰, diabetes melitus sebesar 10.9%, dan penyakit jantung sebesar 1.6%. Salah satu penyebab munculnya penyakit tersebut berasal dari pola makan yang tidak seimbang. Pola makan tidak seimbang ini bisa saja dipicu oleh konsumsi hidangan selama Idul Fitri

Sebagai kendali konsumsi yang berlebihan ini, asupan makanan selain berpedoman pada tumpeng PGS, bisa secara sederhana dapat mengacu pada Isi Piringku, sebagai pengembangan dari tumpeng PGS yang juga memberikan gambaran porsi makan yang dikonsumsi sehari-hari. Sajian sekali makan terdiri dari makanan pokok (150 gram nasi atau penukarnya: 3 centong nasi atau 3 buah sedang kentang atau 1.5 gelas mie kering), sayuran (1 mangkuk sedang), lauk pauk (1 potong sedang ikan atau 2 potong sedang ayam tanpa kulit atau 1 butir telur ayam besar atau 2 potong sedang daging sapi, dan 2 potong sedang tempe/ tahu), dan buah-buahan (2 potong sedang pepaya atau 2 buah sedang jeruk atau 1 buah kecil pisang ambon). Atau secara lebih sederhana lagi dalam sekali makan sebanyak 50% isi piring berupa sayur dan buah selebihnya adalah karbohidrat dan protein.

Apabila telah terlanjur dengan konsumsi berlebihan selama Idul Fitri, masih ada waktu untuk kembali ke pola hidup sehat dengan mengatur kembali pola makan sesuai pedoman yang dianjurkan. Alternatif lain adalah melanjutkan aktivitas ritual selepas Ramadhan yaitu puasa sunnah selama 6 (enam) hari sehingga upaya membentuk pola hidup sehat dengan berpuasa selama Ramadhan tidak seperti hilang kemarau setahun oleh hujan sehari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image