Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Bambang

Hati Yang Lalai Akhirat

Agama | Saturday, 31 Jul 2021, 08:31 WIB

Kehidupan dunia ini yang penuhi dengan warna warni kenikmatan seolah-olah sudah memalingkan kita akan negeri akhirat yang kekal abadi. Marilah kita renungkan firman Allah Ta'ala dalam Al Qur'an surat Al A’laa: 16-17

Artinya : “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17)

Ayat tersebut patut kita renungkan secara mendalam supaya hati kita tidak lalai dari akhirat. Dalam ayat tersebut Allah Ta'ala menjelaskan bahwa akhirat adalah lebih baik dari dunia dan akan kekal.

Coba kita renungkan lagi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu:

Artinya : “Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).” (HR. Ahmad, 4:412. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi.)

Dalam surat Adz-Dzariyat juga disebutkan,

Artinya : “Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai.” (QS. Adz-Dzariyat: 10-11)

Yang dimaksud “alladzina hum fii ghomroh” adalah mereka buta dan jahil akan perkara akhirat. “Saahun” berarti lalai. As-sahwu itu berarti lalai dari sesuatu dan hati tidak memperhatikannya. Sebagaimana hal ini ditafsirkan dalam Zaad Al-Masir karya Ibnul Jauzi.

Semoga Allah Ta'ala memberikan kepada kita semuanya hidayah dan taufikNya agar tidak mempunyai hati yang lalai akhirat. Aamiin

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image