Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Bambang

Penutup Pintu Taufiq

Eduaksi | Tuesday, 06 Jul 2021, 21:30 WIB

Sering kita mendengar kata taufiq. Sudah pahamkan kita tentang makna dari taufiq? Kalau kita baca literatur agama Islam bahwa kata taufiq berasal dari kata wafaqa yang berarti kesesuaian antara dua hal. Makna ini akhirnya berkembang menjadi: kesesuaian antara perbuatan manusia dengan takdir Allah Ta'ala. Dengan kata lain, taufiq mempunyai makna: ‘kesesuaian antara keinginan manusia dengan kehendak Allah Ta'ala’.

Contohnya : Seseorang ingin melaksanakan sholat malam, jika sholat malam tersebut terlaksana, berarti orang tersebut mendapatkan taufiq dari Allah Ta'ala.

Dalam Al Qur'an ada beberapa kata taufiq, namun dalam kesempatan kali ini penulis hanya menukilkan satu ayat yang mengandung taufiq, yaitu surat An Nisa ayat 35 :

Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufiq kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. al-Nisa’ [4]: 35)

Dalam ayat tersebut kata ‘taufiq’ diawali dengan kata ‘yuridu’ atau kehendak dan ‘ishlah’ atau perbaikan. Dengan demikian untuk memperoleh taufiq maka kita harus memiliki kehendak atau keinginan untuk memperbaiki permasalahan yang sedang dihadapi.

Sehingga apabila kita ingin berhasil dalam suatu usaha, maka kita harus memiliki tekad (kehendak) yang kuat dan usaha yang terbaik ketika melaksanakan usaha tersebut, sehingga akan mengundang datangnya taufiq dari Allah Ta'ala.

Supaya pintu taufiq selalu terbuka pada diri kita maka kita perlu memperhatikan apa yang pernah Ibnu Qayyim rahimahullah sampaikan dalam kitab Al Fawa’id:

“Syaqiq bin Ibrahim rahimahullah ta’ala berkata:“Pintu taufiq tertutup bagi manusia dalam enam perkara:

(1) Sibuk dengan nikmat daripada mensyukurinya.

(2) Senang mencari ilmu, tetapi tidak mengamalkannya.

(3) Cepat melakukan dosa, namun lambat dalam bertaubat.

(4) Bergaul dengan orang-orang shalih namun tidak mau meneladani amalan mereka.

(5) Mengetahui bahwa dunia fana, namun suka mengejar kehidupan dunia.

(6) Percayakan akan akhirat namun meremehkannya.

Itulah enam hal penutup pintu taufiq yang harus kita perhatikan, sehingga kita selalu mendapatkan taufiq dari Allah Ta'ala. Aamiin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image