Fasilitas Modern di Kota Baghdad Pada Abad 8 dan 9
Sejarah | 2021-07-06 11:37:15Dinasti Abbasiyah lahir pada tahun 750 masehi setelah menggulingkan kekuasaan Dinasti Umayyah. Akan tetapi, orang-orang Damaskus menolak kekuasaan tersebut, sehingga khalifah Al-Manshur memutuskan untuk memindahkan kekuasaan Abbasiyah di kota lain.
Baghdad merupakan kota yang dipilih oleh Khalifah ke-2 ini, karena kota Baghdad memiliki lokasi yang strategis. Kota Baghdad terhubung dekat dengan Mesir, Syria, serta memiliki akses ke Teluk Persia.
Kota tersebut juga memiliki iklim yang bagus. Di sekitar sungai juga terdapat kawasan pertanian yang dapat ditanami beragam tumbuhan tergantung musim yang sedang berjalan.
Di masa Khalifah ke-5, Harun Ar-Rasyid berhasil memanfaatkan keberadaan Sungai Eufrat dan Tigris untuk pertanian gandum.
Pada saat itu diciptakan sistem kanal, tanggul, serta cadangan air yang berhasil mengeringkan rawa-rawa. Sanitasi kota itu juga luas dan bersih. terdapat pancuran air, dan pemandian umum air panas/hammam. Biaya yang dikenakan hammam tidaklah mahal, terkadang cenderung seikhlasnya. Sehingga seluruh masyarakat dari berbagai kalangan dapat masuk dan menggunakan hammam.
Wilayah sub-urban kota Baghdad tidak kalah mengagumkan. Terdapat lukisan dinding yang dipernis biru dan merah, panel berlapis kaca, serta lukisan ubin dari keramik untuk menghiasi daerah taman, kebun, dan vila. Tidak ketinggalan sebuah lapangan yang digunakan untuk turnamen, balapan, dan kegiatan apel militer.
Kemajuan yang terjadi di Kota Baghdad, sangat berbanding terbalik dengan keadaan-keadaan di wilayah Eropa lainnya. Menurut Benson Bobrick pada buku Kejayaan Harun Ar-Rasyid, Saat itu London dan Paris masih sebuah kota yang kotor dan kacau. Kota London dan Paris berbentuk labirin dengan jalan yang tidak teratur. Rumah-rumah di sana terbuat dari kayu atau anyaman ranting yang dilapisi dengan tanah liat dengan kapur yang digunakan sebagai pemutih. Jalanan di kota-kota tersebut juga berdebu dan banyak sampah.
Pada abad ke-8, rumah-rumah di kota Baghdad telah dibangun dari batu bata yang dijemur atau dibakar dalam sebuah tungku. Bagi masyarakat kelas menengah kebawah, rumah-rumah mereka dibangun dari gundukan tanah yang disemen dengan mortar atau tanah liat. Tidak lupa, setiap hari jalanan kota itu selalu disirami air dan dibersihkan dari sampah-sampah.
Pada abad ke-9, Kota Baghdad telah mencakup daerah seluas 40,2 kilometer persegi, dengan penduduk yang diperkirakan sebanyak 300.000 hingga 500.000 jiwa. Dengan penduduk sebanyak ini, Baghdad menjadi kota besar yang bahkan lebih besar daripada Konstantinopel.
Fasilitas-falitas khusus yang terdapat di kota Baghdad pada abad ke 8-9 terdiri atas:
Kuttab, yaitu tempat belajar untuk tingkat pendidikan rendah dan menengah. Kuttab menjadi bangunan tambahan yang biasanya didirikan di sekitar masjid. Kurikulum yang digunakan pada sekolah ini berpusat pada Al-Qur’an.
Majlis Muhadharah, tempat yang diperuntukkan bagi ulama, para sarjana, ahli piker, dan para pujangga untuk membahas mengenai masalah keilmuan.
Bait Al-Hikmah, tempat yang pada mulanya merupakan pusat penerjemahan buku-buku dari berbagai bahasa ke bahasa arab, pada tahun 830 M menjadi lembaga pendidikan tinggi Islam, serta perpustakaan terbesar. Rumah Kebijaksanaan ini berkembang sebagai pusat studi humaniora dan sains yang tidak tertandingi pada saat itu. Adapun bidang ilmu yang dibahas adalah Matematika, Astronomi, Kedokteran, Kimia, Geografi, Filsafat, Sastra dan Seni, serta Alkimia dan Astrologi.
Masjid, selain untuk beribadah, biasanya dipakai untuk tempat pertukaran ilmu. Menurut Benson Bobrick, Ciri Khas Masjid di Masa Khalifah Harun Ar-Rasyid yaitu terdapat tambahan bangunan menara yang menjulang, dan dihubungkan dengan sebuah jembatan ke masjid. Desain inilah yang nantinya akan diadaptasi dalam pembangunan masjid modern.
Pabrik kertas. Produksi kertas mulai diperkenalkan oleh para pengrajin Cina. Pada tahun 794 hingga 795, Perdana Menteri Ja’far Al-Barmak kemudian mendirikan pabrik kertas pertama di Baghdad. Khalifah Harun Ar-Rasyid juga memerintahkan agar dokumen-dokumen pemerintah yang sebelumnya menggunakan perkamen harus diganti menggunakan kertas, sehingga tidak bisa diubah atau dihapus dengan mudah.
Toko Buku. Toko ini mulai beredar luas setelah terdapatnya produksi kertas. Setelah didirikan pabrik kertas pertama di Baghdad, disediakan tempat komersial untuk menjual kertas dan buku di salah satu jalan komersial di kota.
Sumber Referensi:
Bobrick, B. (2019). Kejayaan Harun Ar-Rasyid, Legenda Sang Khalifah dan Kemajuan Peradaban pada Zaman Keemasan Islam. (Indi Aunullah, Terjemahan). Tangerang Selatan: PT Pustaka Alvabet.
Maslikhatin. (2018). Sejarah Kota Baghdad Dalam Peradaban Islam Masa Abbasiyah Tahun 762-1258 M. Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. diakses http://digilib.uinsby.ac.id/25387/7/Maslikhatin_A02213051.pdf
Bernhard, A. (2021, Februari 23). Bagaimana Perpustakaan Islam dari Abad ke-8 Dapat Melahirkan Ilmu Matematika Modern dan Mengubah Dunia. bbc.com. Diakses pada 4 Juli 2021 dari https://www.bbc.com/indonesia/majalah-56150677
Assidiq, Y. (2010, Juli 30). Jaringan Jalan di Masa Dinasti Abbasiyah. republika.co.id. diakses pada 3 Juli 2021 dari https://www.republika.co.id/berita/127524/jaringan-jalan-di-masa-dinasti-abbasiyah
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.