Bersedekah Lebih Baik Dengan Harta Tercinta
Eduaksi | 2021-06-29 21:02:51Sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia mempunyai kecenderungan mencintai harta. Kecenderungan manusia mencintai harta dapat tergambar sebagaimana firman Allah dalam Al Qurâan surat Al-Fajr ayat 20 :
Artinya : âDan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.â (QS. Al-Fajr: 20).
Ulama tafsir Ibnu Katsir menafsirkan âjammaaâ dengan katsiroon (banyak). Lihat Tafsir Al-Qurâan Al-âAzhim, 7:563. Artinya, manusia itu sangat berlebihan dalam mencintai hartanya.
Dalam ayat yang lain, Allah Taâala juga berfirman tentang kecenderungan manusia mencintai harta. Dalam surat Al-âAdiyat ayat 8, Allah berfirman :
Artinya : âDan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.â (QS. Al-âAdiyat: 8). Ada dua makna yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat ini: manusia itu sangat cinta pada harta dan manusia sangat tamak dan bakhil (pelit) dengan harta sehingga mencintainya berlebihan. Lihat Tafsir Al-Qurâan Al-âAzhim, 7:635.
Ada riwayat pada jaman Nabi yaitu tentang Abu Thalhah radhiyallahu âanhu, yang dikisahkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu âanhu bahwa, âAbu Thalhah radhiyallahu âanhu adalah orang Anshar yang memiliki banyak harta di kota Madinah berupa kebun kurma. Ada kebun kurma yang paling ia cintai yang bernama Bairahaâ. Kebun tersebut berada di depan masjid. Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam pernah memasukinya dan minum dari air yang begitu enak di dalamnya.â
Ketika turun surat Ali Imran ayat 92
Artinya :âKamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.â (QS. Ali Imran: 92)
Anas berkata bahwa Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam, ia menyatakan, âWahai, Rasulullah, Allah Subhanahu wa Taâala berfirman, âKamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.â (QS. Ali Imran: 92)
Kemudian Nabi shallallahu âalaihi wa sallam menyambut keinginan Abu Thalhah,
Artinya :âBagus, itu adalah harta yang menguntungkan, itulah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang kamu katakan tadi, dan aku berpendapat, hendaklah engkau membagikan kepada kepada sanak kerabat.â
Sungguh harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairahaâ. Sungguh aku wakafkan kebun tersebut karena mengharap pahala dari Allah dan mengharap simpanan di akhirat. Aturlah tanah ini sebagaimana Allah Subhanahu wa Taâala telah memberi petunjuk kepadamu. Lalu Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, âBakh! Itulah harta yang benar-benar beruntung. Itulah harta yang benar-benar beruntung. Aku memang telah mendengar perkataanmu ini. Aku berpendapat, hendaknya engkau sedekahkan tanahmu ini untuk kerabat. Lalu Abu Thalhah membaginya untuk kerabatnya dan anak pamannya.â
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.