Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Endang Mulyani

Tentang Cinta anak

Agama | Monday, 28 Jun 2021, 10:16 WIB

Alhamdulillah atas segala nikmat Allah Ta'ala dalam setiap keadaan.

Sore itu dia anakku yang paling kecil mendekatiku sambil tersenyum

Ada apa anakku sayang, anak ummi yang sholihah

Tidak apa ummi, dede cuman mau membisikkan sesuatu ke ummi tapi rahasia

Eehm ada apakah , nggak biasanya nich. Gumamku pada anakku yang paling kecil ini yang masih berusia kelas 2 SD kala itu.

Tiba-tiba dia membisikkan di telingaku, sesuatu yang membuatku tanpa terasa air mata mengalir.

Ummi...dede mencintai ummi karena Allah

Maa syaa Allah. Kata-kata itu yang keluar dari lisannya begitu indah . Sederhana tapi Cukup membuat hati ummimu ini gerimis.

Kala itu aku membalasnya dengan pelukan sayang dan menciumnya. Ummi dan abi juga mencintai dede karena Allah.

Semoga Allah kumpulkan kita dalam surgaNya kelak.

Tak lama anakku ini bercerita . Bahwa gurunya juga yang mengajari kalimat itu untuk dibisikkan ditelinga para ibunya ketika dirumah.

Maa syaa Allah...lagi-lagi aku merasa haru mendengar ungkapannya yang polos dan jujur tentang sekolah dan gurunya yang mengajari bagaimana memberi hadiah sederhana dengan sebuah ucapan sebagai bentuk sayang terhadap orang tua.

Sekali lagi sederhana cara anak mengungkapkan cintanya. Mungkin Tak hanya ucapan sederhana yang dilontarkan dari lisan polos anak-anak, tapi bisa juga berupa hadiah dalam bentuk pribadi yang terpuji. Terkadang kita sebagai orang tua terlalu menuntut banyak hak kepada anak , tapi lupa memberikan hak mereka.

Memberi teladan yang baik pada anak sebagian aplikasi pendidikan yang seharusnya bisa diterapkan dirumah sebagai awal pendidikan anak-anak. Dan tentunya ini akan sangat membantu tugas para pendidik di sekolah .

Terlihat Sederhana memang tapi pada kenyataannya sulit untuk diterapkan.

Contoh sederhana saja ketika kita mengingatkan anak untuk berkata-kata yang baik, ternyata yang didengar dirumah kata-kata yang tidak baik, atau memberi instruksi anak segera sholat, ternyata orang tua masih sibuk didepan TV dan lain-lain. Atau menyuruh anak makan dengan tangan kanan, ternyata yang dilihat dirumah makan dengan tangan kiri.

Ketika anak pingin didengar ceritanya oleh orang tua ternyata hal itu terabaikan, akhirnya anak lebih suka curhat dan cerita pada orang lain. Ketika anak ingin diperhatikan dengan bermain bersamanya, lagi-lagi hal itu terabaikan dengan berbagai alasan kesibukan orang tua.

Sungguh sederhana dan unik cara anak mengungkapkan cintanya, tapi terkadang kita sebagai orang tua tanpa sengaja mengabaikan ungkapan cinta anak yang sederhana ini. Anak hanya ingin didengar ceritanya, curhatannya dan ingin kebersaman orang tuanya dirumah.

Hanya Rasulullah saja sebagai contoh sebaik-sebaik teladan yang bisa kita ikuti untuk diaplikasikan dalam mendidik keluarga. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman dalam Al Qur'an , surat Al Ahzab ayat 21.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi orang yang menghendaki Allah dan hari akhir dan yang banyak mengingat Allah"

Bentuk salah satu contoh keteladanan Rasulullah saat bersama dengan anak-anak dan mengusap -usap pipi mereka sebagai bentuk kasih sayang, ketakjuban dan motivasi terhadap mereka.

Jabir bin Samarah Radhiyallahu anhu berkata, "Aku pernah shalat Dzuhur bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah selesai,beliau kembali kerumah bersamaku. Tiba-tiba dua orang anak menyambutnya . Beliaupun mengusa-usap pipi mereka satu persatu. Kemudiannya mengusap-usap pipiku dan aku mendapati tangannya terasa dingin, atau tercium aroma dari tangannya seakan-akan baru dikeluarkan dari botol-botol minyak wangi." (HR Muslim)

Alangkah indahnya ketika para orang tua kembali memainkan perannya dirumah sebagai pendidik utama dirumah untuk anak-anak dan keluarga. Mengawalinya dengan memberikan keteladanan yang baik.

Anak merupakan pondasi yang paling mendasar bagi terbentuknya sebuah bangunan masyarakat. Apabila kita meletakkannya dalam posisi yang benar, bangunannya secara utuh akan bisa lurus.

Dapat pula diibaratkan bahwa anak merupakan bibit tumbuhnya suatu pohon generasi yang besar, yang darinya akan tumbuh cabang-cabang dan ranting-rantingnya. Jika selama ini kita sangat memperhatikan fisiknya, kita pun semestinya juga memberikan perhatian lebih pada kelurusan cara berpikir dan cara pandangnya.

Teringat apa yang selalu dinasehatkan para ustadz dikala kajian para orang tua. Sering-seringlah berdialog tentang Iman kepada anak. Kenalkan anak tentang Rabb nya, ajarkan mereka mencintai Rabbnya yaitu Allah Ta'ala. Karena cinta kepada Allah akan melahirkan rasa takut yang disertai penghormatan dan pengagungan baik ditengah kesepian maupun keramaian. Jika seorang anak sudah mencintai Allah dengan senang hati dan lapang dada ia akan menjunjung tinggi perintahNya dan menjauhi laranganNya. Rela berkorban harta dan jiwa demi meraih keridhaanNya. Jangan lupa berikan sentuhan fisik pada anak dengan cara mengusap kepalanya dengan lembut , memeluknya dan menciumnya dengan penuh kasih sayang.

Ceritakan kisah-kisah tentang keteladanan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. agar anak-anak juga mengenal dan mencintai Rasulullah.

Hal yang paling bagus kita lakukan setelah mencurahkan segenap daya, mulai dari tenaga dan cara yang cocok dalam setiap fase umur adalah memohon secara sungguh-sungguh dengan merendahkan diri kepada Allah Ta'ala. Memohon pertolonganNya agar anak-anak senantiasa dalam penjagaanNya dan berharap agar Allah senantiasa memperbaiki semua kondisi anak-anak kita.

Tidak ada kata terlambat bagi para orang tua untuk mendidik anak dengan penuh kasih sayang yang tentunya mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mendidik.

Tidak ada kata terlambat mengapresiasi cinta anak yang sederhana itu dengan apresiasi yang istimewa yang tentunya akan selalu di kenang oleh anak.

Buat guru-guru anak-anakku semoga Allah senantiasa menjaga para guru dan memberi balasan terbaik atas Pendidikan iman dan keteladanan terbaiknya dalam mendidik.

Jazaakumullohu khoiron

Baarokallohu fiikum

Referensi :

1. Menanamkan iman pada anak, Dr Amani Ar-Ramadi. Alih Bahasa oleh : Fauziah Nur Faridah , Lc. Penerbit : Istanbul

2. Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Syaikh Ahmad Farid .Penerjemah oleh : Najib Junaidi. Penerbit : Pustaka eLBA

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image