Mengenal Sufistik Syair Karya Maulavi
Eduaksi | Monday, 14 Jun 2021, 12:57 WIBSyair telah menjadi media pengungkapan ide serta perasaan manusia yang sudah ada sejak beberapa abad lalu. Hingga di abad pertengahan muncullah seorang penyair legendarin yang namanya harum hingga saat ini. Siapa lagi jika bukan Maulana Jalaluddin Mohammad Maulavi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Rumi. Maulavi merupakan seorang sastrawan, sufi juga penyair mistik, jadi tak heran jika banyak diantara puisinya mengandung unsur sufistik juga syarat akan ajaran Tasawuf yang sangat kental.
Karakteristik puisi-pisinya yang dipenuhi oleh unsur mistikus atau sufisme, yang membuat tidak semua orang dapat paham dengan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Maulavi. Melalui bait-bait puisinya, ia mampu mengekspresikan sufismenya. Seperti contoh pada salah satu karya fenomenalnya yang merupakan kumpulan puisi-puisinya yaitu al-Maknawi, ia menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Dalam puisinya yang lain, Maulavi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamainya.
Selain itu, ciri khas lain dari puisi karya Maulavi yaitu seringnya ia menggunakan kisah-kisah sebagai pembuka. Bukan karena ia ingin menulis puisi naratif, namun kisah-kisah ini digunakannnya sebagai media pengungkapan ide atau pikiran. Tidak sekedar menulis puisi biasa, Maulavi juga menggunakan beberapa aspek yang mungkin tidak ada pada puisi-puisi karangan sufi lainnya. Kelihaiannya dalam menetapkan kata dalam bait-bait sangatlah rinci.
Nilai-nilai mistik pada puisi Maulavi diantaranya yaitu tawakkal, syuukr, ridha, hayaâ (malu), sabar, al-faqir, mahabbah, khauf, taubat, rajaâ (harap), adil, tawadhuâ khusyuâ, taqwa, tasamuh, ikhlas, zuhud, riyadah, istiqamah, muraqabah, mujahadah, dan hazn.
Corak karakteristik mistik Maulavi setelah melalui beberapa analisis pembacaan terdapat dalam lima ciri yang bersifat psikis, moral, dan epistermologis yang sesuai dengan mistisme tersebut. Kelima ciri tersebut yaitu meliputi Taqiyatul Akhlaq, Pemenuhan Fana, Pengetahuan intutif langsung, Farah wa surur (ketentraman dan kebahagiaan, dan enggunaan simbol dalam ungkapan-ungkapan.
Nah, untuk lebih memahami karakteristik sufisme yang terkandung dalam puisi karya Maulavi, berikut ini adalah contoh sebuah puisi dengan nilai mistik tawadhuâ:
Jika engkau bukan seorang pencinta,
maka jangan pandang hidupmu adalah hidup
Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan
dihitung Pada Hari Perhitungan nanti
Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta,
akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.
Burung-burung Kesedaran telah turun
dari langit dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari
Mereka merupakan bintang-bintang di langit
agama yang dikirim dari langit ke bumi
Demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah
dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya.
Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting
dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan
Lihatlah pepohonan ini ! Semuanya gembira
bagaikan sekumpulan kebahagiaan
Tetapi wahai bunga ungu, mengapakah engkau larut dalam kepedihan ?
Sang lili berbisik pada kuncup : âMatamu yang menguncup akan segera mekar.
Sebab engkau telah merasakan bagaimana Nikmatnya Kebaikan.â
Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati
adalah melalui Kerendahan Hati.
Hingga dia akan sampai pada jawaban âYAâ dalam pertanyaan :
âBukankah Aku ini Rabbmu ?â
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.