ISTRI, CEK PERANMU, SUDAHKAH MENJADI MANAGER RUMAH TANGGA ATAU SEKEDAR JURU BAYAR SAJA?
Eduaksi | 2021-06-04 16:51:25Wanita baik yg bekerja, berdagang, maupun full menjadi ibu rumah tangga, garis besarnya sama : harus paham pengelolaan keuangan keluarga. Kebanyakan yang terjadi seorang istri seringkali merasa telah menjadi âManager Rumah Tanggaâ, padahal pada prakteknya tidak lebih dari sekedar âJuru Bayarâ saja. Nah apa bedanya ?
Seorang manager rumah tangga, tentunya harus paham berapa total pemasukan, alokasi pos-pos pengeluaran, mengatur budgeting , tahu tujuan yg akan dicapai, rutin berdiskusi dengan kepala keluarga tentang keuangan, terus upgrade skill dan pengetahuan, dan seterusnya.
Sedangkan kenyataannya selama ini peran istri dalam keuangan keluarga kebanyakan hanya sebagai juru bayar saja. Sekedar terima uang, membelanjakan, membayar ini itu. Tidak tahu menahu pola pemasukan pengeluaran, bagaimana mengatur ke depan untuk mencapai suatu tujuan, berapa yang harus diinvestasikan, dan seterusnya.
Terus terlena dengan ritme seperti itu dengan dalih sibuk urusan domestik sehari-hari berikut keyakinan âASAL SEMUA KEBUTUHAN AMANâ, tentu berdampak melemahkan bagi diri sendiri di masa depan. Adakah yang bisa memastikan suami sebagai penopang perekonomian keluarga akan hidup selamanya? Apakah Tuhan pasti menakdirkan rumah tangga yang dijalani tidak akan mengalami gangguan di tengah perjalanan? Memang kita harus selalu positif thinking berharap yang terbaik, tapi perlu diingat ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi dan perlu diantisipasi. Maka membiasakan diri menjadi Manager Rumah Tangga adalah suatu keharusan. Paling tidak pahami ilmu dasar pengaturan keuangan keluarga.
Berikut langkah sederhana yang bisa diterapkan agar para Istri juga memiliki âpowerâ dalam pengaturan keuangan keluarga.
1. TRANSPARANSI KEUANGAN
Pertama tentu saja harus berdiskusi dengan pasangan, sampaikan bahwa Istri perlu tahu dan berhak dilibatkan dalam pengaturan. Dengan berkomitmen saling terbuka di awal, akan memudahkan untuk mencapai tujuan bersama di masa depan. Harus diketahui bersama berapa harta, pemasukan dan pengeluaran serta hutang yang ada.
2. BUAT PENCATATAN
Dari hasil diskusi tersebut buat pencatatan bulanan serinci mungkin, sampai ke hal-hal terkecil seperti jatah beli kopi dan gorengan pun juga sebaiknya dicatat. Karena sering kali kebocoran pos pengeluaran keluarga bersumber dari hal seperti itu.
Sebutlah pencatatan awal ini sebagai catatan versi nyata. Pasti akan timbul keterkejutan, oh ternyata selama ini borosnya di bagian jajan Boba nih, atau wah ternyata selama ini gag terasa banyak habis di kuota internet, aduh koq biaya gojek les anak bengkak gini ya harusnya bisa nih dihemat dianter sendiri, dan seterusnya.
Setelah kita tahu mana yang seharusnya dibatasi, buat pencatatan ulang sebagai catatan versi harapan. Lebih bagus lagi misalkan pemasukan tiap awal bulan, langsung bagi dalam amplop-amplop sesuai pos dalam catatan versi harapan. Pembagian boleh dilakukan manual menggunakan amplop kertas, atau dibagi per rekening jika memang memiliki pos-pos rekening tersendiri.
Nah kegiatan catat mencatat ini tidak bisa hanya dilakukan sekali dua kali saja. Harus rutin dilakukan tiap bulan sambil terus dievaluasi. Memang terkesan merepotkan di awal, tapi saat sudah terbiasa kita akan sangat terbantu dengan adanya pencatatan sederhana ini.
3. TENTUKAN TUJUAN DAN LANGKAH
Setiap keluarga pasti punya mimpi yang ingin dicapai di masa depan. Tentukan TUJUAN KONKRIT yang ingin dicapai berikut berapa nominal yang harus disiapkan sedini mungkin. Misal : 15 tahun lagi harus siap dana Kuliah anak 500 Juta atau 5 tahun lagi harus upgrade kendaraan butuh biaya 100 Juta. Maka untuk mencapai itu setiap bulan harus menyisihkan sekian. Ingat, SISIHKAN BUKAN SISAKAN.
Lalu perlu dipikirkan juga instrument apa yang tepat digunakan untuk mencapainya, apakah cukup tabungan? Atau deposito, saham, sukuk, dan lain sebagainya. Ada beragam instrument investasi tentunya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing yang perlu dipelajari lebih dalam. Hal ini juga perlu didiskusikan, lebih bagus lagi dipelajari bersama, supaya dalam pemilihan nanti sudah disepakati dan disesuaikan dengan tujuan.
4. LAKUKAN BUDGETING
Pertanyaan umum yang sering muncul adalah BERAPA PERSEN IDEALNYA PEMBAGIAN PORSI POS-POS KEUANGAN?
Sebenarnya tidak ada ilmu pasti terkait pembagian pos ini, karena harus disesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing. Pengaturan keuangan keluarga dengan double income tentu berbeda dengan yang bekerja hanya 1 orang. Pengelolaan kebutuhan keluarga dengan 3 anak sudah pasti berbeda dengan yang memiliki 1 anak saja.
Tetapi yang perlu digaris bawahi, umumnya pastikan jatah Tabungan / Saving yang disisihkan di awal MINIMAL 10% dari total penghasilan. Ingat, batas minimal tidak boleh dilanggar namun sangat boleh dilebihkan dari itu. Adapun jatah cicilan hutang MAKSIMAL 30 % dari total penghasilan. Hal ini juga sesuai aturan yang diterapkan pada bank. Selebihnya dari 2 patokan di atas, bisa diatur sesuai kebutuhan.
5. TERUS MENERUS UPGRADE SKILL DAN PENGETAHUAN
Di jaman serba modern ini, informasi apapun mudah sekali didapat. Beragam ilmu disebar luaskan melalui media social. Yang perlu kita lakukan adalah terus belajar meningkatkan pengetahuan, banyak membaca, bergabung dengan grup informasi yang bermanfaat, follow influencer yang tepat. Tidak kalah penting terapkan filter informasi agar tidak hanya sekedar ikut-ikutan trend, misal yang belakangan terjadi banyaknya khalayak yang tertipu investasi abal-abal melalui tiktok cash, aplikasi pinjaman online, aplikasi crypto bodong, dsb. Ilmu pengetahuan yang cukup akan membentengi kita dari hal-hal negatif seperti itu.
Menjadi seorang istri tidak berarti berhenti mengembangkan diri. Tetap harus selalu meluangkan waktu untuk belajar, karena hanya dengan begitu peran sebagai âManager Rumah Tangga" benar-benar bisa berjalan. Selamat mengatur keuangan keluarga.
Oleh : Era Prima Febrian
Instagram : eraprimafebrian
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.