Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adichandra S

Kegiatan Pawai Obor: Bukan Hanya Sekedar Momentum Tahunan

Gaya Hidup | Sunday, 30 May 2021, 17:53 WIB
Ilustrasi kegiatan Pawai Obor

Ucapan Selamat Tinggal Menyakitkan bagi Momen Pawai Obor yang Menghilang

Sebentar lagi adalah momentum di mana umat muslim di hari terbesarnya. Hari setiap muslim di bumi berhamburan keluar menuju ke semua yang dicintainya. Waktu setiap umat islam mengucapkan kata 'maaf' yang frekuensinya lebih besar dibandingkan hari-hari lainnya. Kesempatan setiap muslim untuk menyimpan, merefleksi, dan berbenah diri dalam menyambut hari-hari berat lainnya dengan iman yang lebih tebal. Benar sekali, laporan hari raya idul fitri 1442 H.

Sayangnya, pada momentum idul fitri kali ini, pertemuan seolah disekat oleh penghalang tidak terlihat yang 'mematikan' bagi yang mengalaminya. Pandemi Covid-19, tiga kata yang mungkin kita sudah mendengarnya. Tiga kata seolah menjadi pemisah setiap orang tidak hanya hidup bagi umat muslim untuk menjauhkan objek objek berakal yang dekat.

Saat sebelum virus penggempar dunia menyerang, apa salah satu kegiatan yang anda hubungi untuk menyambut hari raya idul fitri 1442 H?. Saya yakin, pasti ada diantara kita yang akan menjawab 'Pawai Obor'.

Pawai Obor: Sederhana namun Bermakna

Mungkin ada di antara Anda menganggap bahwa 'pawai obor, hanya sebuah kegiatan sepele. Berjalan dengan obor, bertemu orang-orang, lalu berpisah. Padahal, momentum ini bisa didefinisikan lebih dari pemikiran pemikiran itu.

Saat tahun-tahun lalu, 'pawai obor' menyambut idul fitri beriringan dengan kumandang takbit di setiap sudut rumah membuat saya sempat bergetar. Sekilas dari balik pagar, terlihat seperti lautan manusia berjalan dalam satu jalur yang sama sambil tidak henti-hentinya mengumandangkan takbir kemenangan. Meski sebenarnya, jalan di depan rumah saya hanya jalan 'tembusan' yang pas-pasan jika ada dua mobil berpapasan.

Bukan hanya saya yang berpikir tentang hal ini, banyak anak-anak yang gembira dan saling bersahut-sahutan sangat menikmati momen ini. Para remaja juga sangat senang menyambut acara tahunan yang kini menghilang itu.

“Saya terpana melihat anak-anak yang bersahut-sahutan mengumandangkan takbir kemenangan waktu itu. Sebagai seorang kakak pembina di momen itu, saya puas acara sederhana ini berjalan baik dan menyatukan, ”ucap seorang perempuan dalam acara tersebut.

Sedangkan, bagi guru ngaji, Pawai Obor merupakan saat yang menjalin silaturahmi antara murid pengajian lainnya. Meski tidak bercakap secara langsung, namun suara takbir yang terus-menerus menjadi pertanda dan saksi bisu mereka menjalin silaturahmi secara tidak langsung dalam satu tujuan sama.

“Anak-anak saya saling berbalas dalam mengumandangkan takbir dengan anak pengajian lainnya. Saya sebenarnya sangat mengharapkan momen seperti ini tidak hilang, ”ungkap guru ngaji tersebut.

Guru ngaji itu juga menuturkan, waktu itu, pawai obor mengikuti pengajian dari tiga tempat dari lajur berbeda seperti pada judul yakni dari arah komplek Bukit Nusa Indah, Komplek Bukit Indah, dan desa Serua Indah.

Terlaksana Lagi Usai Menghilang Dua Tahun

Usai terhenti tanpa kabar selama dua tahun, akhirnya kegiatan Pawai Obor diadakan lagi pada momen Idul Fitri tahun ini yakni Rabu 12 Mei 2021 meski antusiasme partisipan yang berkurang.

Meski begitu, partisipan yang masih bertahan itu tetap bersemangat. Hal ini terlihat dengan para anak-anak yang tetap mengumandangkan takbir kemenangan sepanjang menyusuri jalan. Meski kegiatan usai pun, mereka tetap mengumandangkan "suasana malam".

Anak-anak, remaja, hingga dewasa semua bersorak menggemakan takbir kemenangan. Dengan suara 'snare' yang bergemuruh semakin menyemarakkan momentum malam kemenangan yang sering dinanti setiap tahun ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image