Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Rodiyah

Semarakkan Gaya Hidup Minimalis nan Bebas Sampah Kepada Anak Usia Dini melalui Teknik Mendongeng dan

Gaya Hidup | Tuesday, 25 May 2021, 10:27 WIB

Anak usia dini yang berumur 0-5 tahun merupakan masa emas-emasnya untuk tumbuh kembang anak (golden age). Di mana pada masa itu terjadinya optimalisasi tumbuh kembang baik secara kognitif, afektif dan motorik. Maka dari itu pembiasaan yang positif pada anak usia dini sangat representatif untuk ditanamkan dan dilestarikan. Salah satu kebiasaan positif yang penting untuk diajarkan sejak sedini mungkin ialah gaya hidup minimalis untuk meminimalisir produksi sampah yang berlebihan dalam tiap harinya. Sebab sektor keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pendidikan yang pertama bagi sang buah hati.

Gagasan gerakan meminimalisir sampah melalui dongeng memang bukan pertama kalinya, gagasan tersebut memang telah dicetuskan sebelumnya. Namun diperlukan sosialisasi yang lebih agar guru PAUD di seluruh Indonesia tetap antusias untuk mengaplikasikannya dan menjadikan seri dongeng edukasi Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) sebagai bagian dari kurikulum di tingkat PAUD yang harus direalisasikan secara nyata di berbagai wilayah di Indonesia. Sebab sampah yang menggunung juga berakibat fatal pada kesehatan bersama, tidak hanya berdampak pada pribadi individu. Selagi masih bisa diupayakan untuk menjadi material yang lebih bermanfaat, mengapa harus dibuang dan diabaikan yang tentunya kurang ramah lingkungan. Lebih baik manfaatkan kembali sampah rumah tangga menjadi kompos.

Seri Dongeng Edukasi Sampahku Tanggung Jawabku (SAMTAKU) dipelopori oleh Danone Indonesia saat bersamaan dengan gelaran Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) yang dimeriahkan oleh Komunitas Ayo Dongeng Indonesia. Konten dari SAMTAKU tersebut berisi perihal edukasi menariknya pengelolaan sampah secara bijak dan menyenangkan sejak usia dini. Gagasan SAMTAKU juga salah satu bentuk tanggung jawab Danone Indonesia dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di lautan, yang saat ini juga menjadi bagian program kerja dari pemerintah, berkaitan dengan Gerakan Indonesia Bersih melalui Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016.

Seri dongeng SAMTAKU karya Mochamad Ariyo Faridh Zidni dan Ilustrator Dewi Tri Kusumah Handayani sangat atraktif, di mana berbentuk video animasi dan juga cerita bergambar. Dongeng tersebut sangat inspiratif, di mana terdapat 4 tema aplikatif, yaitu petualangan pagi-pagi, bahaya mengancam, jagoan beraksi dan tawa Kemenangan. Anak-anak diperkenalkan dengan jenis-jenis sampah, sirkulasinya, serta dampak negatifnya apabila membuang sampah sembarangan, melalui penokohan kakak-beradik Mita dan Dodo. Dengan konsep berpetualang, anak-anak diajari untuk menjadi penyelamat lingkungan dengan cermat dalam memilah-milah sampah dan membuah sampah sesuai jenisnya, serta pada tempatnya. Seri dongeng tersebut diharapkan menjadi media pembelajaran sekaligus permainan yang menyenangkan untuk diulik lebih mendalam lagi.

Kepekaan terhadap masalah lingkungan dan berupaya mendorong partisipasi aktif generasi muda penerus bangsa untuk menjadi bagian dari problem solver perlu diupayakan sejak sedini mungkin. Untuk menumbuhkan minat dan pemahaman anak di bidang kesehatan dan lingkungan, tentunya juga diperlukan dari kesadaran dan keterlibatan aktif orangtua maupun guru dalam membimbing anak sedini mungkin dengan cara yang unik dan mudah diikuti oleh anak usia dini.

Pembuatan buku saku untuk anak-anak usia dini yang berisi tentang minimalkan perilaku konsumtif, pilih makanan yang tidak menghasilkan sampah, ambil nasi ataupun lauk secukupnya, baru jika kurang ambil lagi secukupnya (memperkirakan porsi makan masing-masing, maupun memperkirakan porsi memasak bagi bunda di rumah). Membuat daftar menu masakan atau makanan yang fantastis agar tidak mudah bosan untuk makan makanan yang itu-itu saja. Membuat daftar belanjaan dan perhitungkan sehemat mungkin. Apabila masakan atau makanan yang ada dirasa lebih, lebih baik diberikan ke kerabat atau tetangga yang rumahnya dekat, sehingga tidak ada makanan yang tersisa, terlebih basi. Hal tersebut tentunya berkaitan dengan istilah food waste, anak perlu diperkenalkan dan diberi bimbingan terkait upaya meminimalisir terjadinya food waste.

Melalui teknik home visit, guru membentuk murid menjadi beberapa kelompok. Lalu tiap kelompok secara bergantian setiap 3 hari sekali atau 1 pekan sekali misalnya, diajak untuk mengunjungi rumah masing-masing. Jadi adanya kerjasama antara guru dengan orangtua untuk mempraktikkan konsep zero waste, dalam hal ini ialah kiat-kiat untuk meminimalisir food waste di rumah, tentunya tetap dengan nuansa teknik mendongeng agar pembelajaran tidak monoton. Tips-tips yang dapat diperagakan contohnya ialah food preparation (dalam hal ini teknik memasak atau pengolahannya seperti apa, cara pemotongannya, pengenalan jenis-jenis wadah penyimpanan bahan makanan yang sesuai dipakai, cara menyimpan bahan makanan yang benar dan rapi agar tidak menimbulkan food loss, cara membekukan bahan makanan seperti apa).

Membuat kreasi dengan berbagai resep yang dihasilkan dari sisa makanan juga tidak kalah atraktif nih sobat blogger. Berlatih membuat kompos rumah tangga dan berkebun. Pengenalan durasi penyimpanan daging, sayuran dan buah-buahan di kulkas agar tetap segar dan masih layak untuk dimasak ataupun dimakan. Jangan lupa ajari anak untuk mencatat history atau rekam jejak tanggal masuknya di kulkas. Berlatih memasak secukupnya sesuai dengan jumlah orang yang mau makan. Berpetualang dan belajar untuk belanja bahan makanan (sayuran, daging, buah-buahan, dan bahan lainnya) berdasarkan kualitasnya, tampilannya masih bagus tidaknya dan tentunya tanggal kadaluarsanya masih lama tidaknya jika akan membeli bahan-bahan yang masih ingin disimpan. Jadi harus menanamkan sifat jeli nan teliti kepada sang buah hati.

Checklist berbagai item di buku saku tersebut sebagai upaya maintenance perilaku anak yang berpedoman atau berasaskan konsep zero waste. Lakukan pre-test dan post-test control group design untuk mengukur atau mengevaluasi seberapa besar komitmen dan perubahan anak untuk membudayakan hidup minimalis dan menerapkan konsep zero waste nan zero pollution. Jadi dalam hal ini, anak-anak diajarkan untuk selalu bereksperimen yang salah satu outputnya ialah anak dapat memilah-milah sampah organik dan anorganik sesuai jenisnya. Belajar membuat tempat sampah dan mengolah sampah menjadi kerajinan yang tepat guna. Dalam hal ini guru maupun orang tua penting kaitannya untuk memperkenalkan dan melatih anak untuk menerapkan 3R (reduce, reuse, dan recycle).

Kenalkan anak usia dini terkait pentingnya mengelola dan memberdayakan bank sampah, anak dihimbau untuk menabung sambah, baik organik maupun anorganik pada setiap harinya. Jadi sebagai tugas sekolah yang harus dikumpulkan setiap harinya guna bisa masuk kelas misalnya. Lebih mulia lagi jika mampu membuka sekolah PAUD yang mana pembayaran SPP.nya bukan berupa uang, namun sampah yang dapat dikelola atau diolah bersama untuk menjadi barang yang layak pakai, tepat guna dan bahkan layak jual.

Menariknya lagi, jika anak-anak diajari untuk menerapkan waste recovery, jadi konsepnya pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Jadi dalam praktik waste recovery melibatkan kerjasama antara guru PAUD, TK, orangtua, maupun kerja tim dari anak-anak itu sendiri. Contoh penerapan waste recovery yang dapat dicoba dan berdayakan ialah membuat kebun hidroponik dan mikro kebun binatang. Sehingga melalui kegiatan berbasis proyek ini, anak-anak diharapkan mampu menumbuhkan rasa memiliki dan tumbuhnya kesadaran atau kepekaan untuk memutus rantai permasalahan sampah di lingkungan sekitarnya. Dalam mempraktikkan kegiatan waste recovery, anak juga perlu diselingi pemahaman terkait dampak buruk dari kebiasaan mengubur sampah di tanah yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya kesuburan tanah dan penyerapan air yang terganggu.

Agar anak tidak bosan dalam mengelola sampah rumah tangga tersebut, tentunya harus ada cara yang beranekaragam untuk meningkatkan kreativitas anak dalam mewujudkan urban farming. Salah satu kegiatan yang juga tidak boleh untuk dilewatkan ialah, mengajarkan anak untuk mempraktikkan sistem pertanian terpadu. Pengajar dan bunda di rumah dapat memperkenalkan anaknya terkait sistem pertanian terpadu. Contoh aktivitas aplikatif berkaitan dengan konsep Sistem pertanian terpadu ialah melalui pembuatan kompos dari feses, pembuatan silase dari limbah sayuran, penanaman sayuran dari kompos, budidaya maggot dan pemanfaatannya sebagai pakan ikan serta unggas. Penerapan sistem pertanian terpadu akan meningkatakan pendapatan karena mengurangi persentasi input barang dari luar lingkup lahan budidaya (Rodiyah, 2019).

Semua limbah organik rumah tangga dapat dimanfaatkan sebagai pakan larva maggot, maggot akan memanfaatkan sampah organik dan digunakan sebagai nutrisi pertumbuhan. Hasil akhir nya maggot digunakan sebagai tepung sebagai pakan ikan maupun unggas di lingkungan peternakan (Rodiyah, 2019). Ternak kambing menghasilkan feses yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk penumbuh hijauan pakan maupun sayuran. Limbah sayuran sisa konsumsi dapat dimanfaatkan sebagai silase pakan ternak dan digunakan sebagai penambah pupuk kompos (Rodiyah, 2019). Jadi output-nya, anak tidak hanya mahir perihal pengolahan sampah, namun juga dapat berkebun dan beternak, hasil dari memanfaatkan limbah makanan yang berserakan.

Output: anak dilatih untuk membuat poster manual (ilustrasi bergambar) tentang food waste, dan menceritakan di depan kelas untuk siswa lain ataupun menceritakan ke keluarga atau kerabat di rumah, berkaitan dengan ilustrasi gambar yang telah dilukis di kertas gambar. Terlebih jika anak setiap harinya mampu menggandeng teman sekeliling atau tetangga sekitarnya untuk turut berpartisipasi mewujudkan Gerakan Indonesia Bersih Sampah. Aktualisasi diri dalam penanganan sampah tersebut tentunya diperlukan dukungan bersama, dari berbagai pihak, dan senantiasa diupayakan agar terus sustain. Mulia dari kepedulian diri sendiri terhadap kelestarian atau kebersihan sektor rumah tangga yang berkelanjutan hingga pada sektor komunitas atau movement.

Hidup dengan penuh kesadaran, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan alam (asset nonmaterial). Wujudkan bumi layak huni, sebab bumi semakin lama semakin rapuh yang salah satunya diakibatkan oleh manusia sebagai salah satu produsen sampah aktif. Kurangi pemakaian barang yang hanya dapat digunakan sekali pakai, contohnya plastik. Membeli apa yang memang benar-benar dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Jangan selalu turuti hawa nafsu ataupun haus mata. Perhatikan dan beri pemahaman anak-anak, melalui keteladanan atau penokohan berbasis dongeng juga tak kalah asyik.

Referensi:

Nurul Rodiyah. 2019. INSTABLE (Integrated Stock Raising Double Solution) Application Intergrated Farming Sistem Zero Waste by Black Soldier Fly Larvae Cultivation, Organic Composter Process and Feed Processing for Islamic boarding school Raudhatul Madinah Batu. https://jiat.ub.ac.id/.

Parapuan (Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia). Ajarkan Anak Kelola Sampah Sejak Dini di Rumah dengan Cara Ini. https://www.kompas.com/.

https://bandungfoodsmartcity.org.

#foodwaste

#zerowaste

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image