Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diyah Kartika

Resensi Buku Happy Woman (Maria fenny, 2020)

Sastra | Thursday, 21 Apr 2022, 20:52 WIB

Diyah Kartika Dewi

“Saya Bahagia hari ini, esok, seterusnya, sampai selamanya”

Sumber: e-book Gramedia

“Materi Bukanlah Sumber Kebahagiaan”

“Dengan uang Anda dapat membeli rumah,

tetapi tidak dapat membeli kehidupan”

“Dengan uang Anda dapat membeli jam,

tetapi tidak dapat membeli waktu.

“Dengan uang Anda dapat membeli tempat tidur,

tetapi tidak dapat membeli tidur”

“Dengan uang Anda dapat membeli buku,

tetapi tidak dapat membeli kehidupan”

“Dengan uang Anda dapat membeli kedudukan,

tetapi tidak dapat membeli kehormatan”

“Dengan uang Anda dapat membeli darah,

tetapi tidak dapat membeli hidup”

“Dengan uang Anda dapat membeli seks,

tetapi tidak dapat membeli cinta”

--Pepatah Cina--

Buku tulisan Maria Fenny dengan judul Happy Women ini menurut saya sangat menarik dan bahkan menginspirasi kaum perempuan. Buku ini sungguh spesial untuk kaum hawa karena bercerita tiap sisi kehidupan perempuan. Buku ini terdiri dari lima bagian, pada bagian pertama mengurai tentang apa itu kebahagiaan? Sering orang keliru memberikan persepsi tentang kebahagiaan yang diukur dengan materi duniawi. Sering dikaitkan dengan punya uang, liburan pergi ke suatu tempat dengan keluarga atau teman-teman untuk bersantai atau bersenang-senang, makan enak, ke pantai atau ke gunung menikmati keindahan alam. Kadang memaknai kebahagiaan dengan cara mengikuti suasana hati saja, contoh kalau hati sedang gembira berarti baru bahagia. Sejatinya tidak seperti itu, bahwa kebahagiaan itu merupakan sebuah pilihan. Kebahagiaan menurut penulis proses pikiran, perasaan, serta tindakan yang akhirnya dapat terwujud dalam kebiasaan dan sifat. Kebahagiaan itu proses dari dalam diri sendiri memaknai kata bahagia. Sumber bahagia adalah pikiran kita memaknai kebahagiaan tersebut. Bahagia diperoleh ketika yang ada dalam pikiran seseorang rasa tenteram, aman, nyaman, damai, puas, serta merasa cukup. Dengan demikian menurut buku ini, hakikat bahagia adalah bisa memberikan energi positif bagi lingkungan. Penulis memberi makna hidup bahwa merasa bahagia adalah merasa hidup cukup sesuai dengan porsinya.

Bagian kedua mengurai yang menjadi penghalang kebahagiaan. Hal-hal yang dapat menjadi penghalang kebahagiaan antara lain tidak pernah merasa puas, selalu berpikir buruk, tidak dapat menerima kenyataan hidup, iri hati dan membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain, hidup dalam trauma dan luka di masa lalu, hidup tanpa tujuan, rendah diri, stress akibat beban hidup. Isi pada bagian ketiga tentang penyebab kebahagiaan. Penyebab kebahagiaan dapat dipengaruhi oleh kondisi mental seseorang dalam memaknai kebahagiaan tersebut, terkadang muncul dalam pikiran seberapa bahagiakah kita?, kita tidak perlu membanding-bandingkan kehidupan diri sendiri dengan kehidupan orang lain yang dilakukan secara terus menerus karena akan membuat stres, tetapi yang perlu kita lakukan adalah menghitung hal baik yang pernah kita terima sehingga pikiran akan menjadi senang, kita harus berpikir bagaimana cara mendapatkan formula kebahagiaan, perjuangan untuk memperoleh kebahagian, dan berfokus pada tujuan suci.

Pada bagian keempat bercerita tentang cara menjadi bahagia. Cara ini dimulai dengan adanya komitmen/keinginan yang kuat untuk bahagia seperti ketika sedang melakukan aktivitas selalu tersenyum, hidup sederhana, selalu bersyukur, bersikap optimis dan positif dalam setiap keadaan, berusaha melupakan dari trauma dan sakit hati, dan bersahabat dengan alam dan lebih dekat dengan sang Pencipta. Cara cepat menuju kebahagiaan adalah berdamai dengan keadaan dan melakukan kegiatan yang dapat membahagiakan orang lain utamanya orang yang berada di sekitar lingkungan kita berada, misal bisa membagi waktu untuk kegiatan sosial atau kegiatan yang bersifat sukarela. Di zaman serba canggih ini, kehidupan cenderung menjadi individualis karena kemudahan akses teknologi dan komunikasi. Namun alangkah baiknya jika perempuan bisa tetap dapat berbagi kebaikan dengan tulus kepada orang lain, sekecil apapun. Perlu adanya suatu keyakinan bahwa yang bisa membahagiakan diri pribadi itu diri sendiri dan bukan orang lain.

Pada bagian terakhir yaitu bagian kelima membahas tentang saya bahagia hari ini, esok, seterusnya, sampai selamanya. Bagaimana memperoleh penguatan kebahagiaan, selamat datang di komunitas kebahagiaan, dan tertawa bersama dunia. Tulisan “Saya bahagia hari ini, esok, seterusnya, sampai selamanya” pada sampul buku ini memberi pesan yang mendalam bagaimana cara mencapai kebahagiaan secara permanen dengan sederhana. Perempuan harus berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan hidup tanpa meninggalkan kodratnya sebagai perempuan. Bahwa tuntutan di zaman modern seperti sekarang perempuan dituntut untuk serba bisa dalam segala hal. Namun, seorang perempuan tetap harus dapat berperan sebagai seorang ibu, sebagai seorang istri, sebagai seorang menantu, dan juga sebagai seorang anak. Sungguh banyak sekali tugas dan tanggung jawab seorang perempuan itu.

Kelebihan buku ini ada pada penemuan makna bahagia dari perjalanan hidup penulisnya sendiri. Secara sederhana namun sarat makna, penulis menggambarkan dari pengalaman hidup yang pahit, kemudian dengan penerimaan yang tulus tetap bertahan dan berdamai dengan keadaan dan belajar dari pengalaman dengan bertemu dengan banyak orang yang mempunyai berbagai permasalahan hidupnya hingga akhirnya menemukan kebahagiaan yang sejati.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image