Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Devaldy Bagus

Menyingkap Politik Identitas Dalam Tubuh Indonesia

Politik | Tuesday, 19 Apr 2022, 05:06 WIB
Oleh : Devaldy Bagus Satria

Indonesia adalah negara kepulauan dengan aset yang sangat melimpah meliputi ribuan budaya, ras, suku dan juga etnis. Hal ini merupakan sebuah keuntungan bagi masyarakat Indonesia, karena sebagian aspek tersebut menjadi jalan terbentuknya kesatuan dan juga persatuan yang nyata dibawah bendera merah putih dan semboyan bhineka tunggal ika. Dengan memeluk asas demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan, rakyat Indonesia dapat dengan mudah memilih budaya apa yang ingin dipelajari, bahasa mana yang ingin digunakan sehari-hari dan juga kelompok mana yang ingin diikuti. Tentunya hal ini akan membentuk suatu kelompok serta golongan kepentingan dibawah naungan identitas yang mereka ikuti. Seiring berjalannya waktu, dewasa ini masyarakat dibawah naungan sistem demokrasi yang terus dicanangkan oleh banyak pihak ini ternyata melahirkan sebuah ketidakharmonisan bahkan konflik antar kelompok masyarakat yang meliputi ras, suku dan agama.

Sistem demokrasi dengan kebebasan mutlak untuk semua pihak yang dimana hal tersebut merupakan suatu unsur pembangun persatuan diantara perbedaan kini kian terpisahkan akibat permasalahan yang terus timbul dalam setiap lapisan identitas masyarakat yang semakin mengalir mengikuti perkembangan atas isu yang menyebar. Hal ini menyebabkan gejolak konflik-konflik perpecahan yang sulit disatukan kembali, terlebih karena lahirnya propaganda yang sengaja dibuat oleh pihak-pihak tertentu. Lalu setelahnya munculah berbagai macam stigma, pandangan,pendapat serta pembenaran dari masing-masing identitas yang ada.

Permasalahan ini tentunya tidak lepas dari kepentingan politik oleh sebagian elit serta aktor politik untuk meraih suaka serta kepentingan pribadi. Sebagian besar dari mereka memanipulasi identitas yang ada agar meraih kepentingan-kepentingan tertentu ,seperti merebut suatu kekuasaan atau mempertahankan kursi operiode kekuasaan mereka agar lebih lama. Di Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa agama lah yang menjadi posisi tertinggi atas maraknya penggunaan identitas politik yang digunakan oleh banyak pihak.

Pilkada DKI tahun 2017 menjadi gambaran perpecahan yang besar bagi masyarakat terhadap penempatan identitas yang mereka punya, sehingga timbul pengelompokan identitas yang amat sangat terasa dengan jelas bagaimana politik identitas dimainkan. Proses pilkada DKI inilah yang menjadi corak politik yang menimbulkan keresahan akibat ketidaksesuaian budaya. Dengan menunjang permasalahan atas krisis utama sebelumnya yang tidak berjalan dengan baik, sehingga hal ini tentunya membentuk aliansi kelompok baru untuk melawan hal tersebut sehingga dengan mudahnya masyarakat terpecah belah menjadi dua kubu yang berlawanan bahkan hingga saat ini. Hal ini tentunya menjadi kesalahan besar karena pihak-pihak pendukung bukan hanya terlibat konflik moral atau budaya, tetapi memasuki babak antar agama dimana masing-masing agama tersebut saling menjatuhkan.

Ketidakseimbangan arah gerak politik identitas ini tentunya akan menyebabkan degradasi moral serta runtuhnya persatuan yang sudah dibentuk ratusan tahun oleh leluhur dan para pahlawan yang telah mengabdi serta mengorbankan dirinya membentu persatuan demi kesatuan yang utuh negara ini. Sudah seharusnya para elit atau aktor-aktor politik tidak lagi menjadikan politik identitas sebagai penggerak untuk kekuasaan politik mereka. Pemerintah perlu meningkatkan basis keamanan serta kepercayaannya terhadap masyarakat dengan menertibkan hal-hal yang mungkin menjadi akses terbukanya problematika politik terutama politik identitas. Lalu tak lupa peran masyarakat juga sangatlah penting untuk menjaga stabilitas keragamaan yang ada di Indonesia, yaitu dengan tidak menyebarkan berita palsu atau hoax, ujaran kebencian, serta propaganda di media sosial.

Oleh : Devaldy Bagus Satria

Mahasiswa Ilmu Politik, FISIP

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image